Inevitable Fate [Indonesia]

Intimidasi Dari Si Predator



Intimidasi Dari Si Predator

0Esok harinya, Yuka dan Reiko berangkat bersama-sama dari penthouse. Mereka sempat sarapan roti bersama Nathan Ryuu.     
0

Yuka merasakan suasana akrab dan hangat dari pasangan suami istri itu, bahkan dia melihat sendiri bagaimana Nathan Ryuu bersikap mesra dan menggoda Reiko.     

Sesekali Yuka tertawa kecil melihat gelagat pasangan suami istri di depannya. Ia mendadak merasakan sebuah kehangatan keluarga.     

Yuka yang kini hanya tinggal dengan ibunya yang janda, mereka hanya berdua saja semenjak kakak perempuannya meninggal akibat kerusuhan geng motor.     

Melangkah bersama di gedung G&G untuk ke dorm, Yuka bertanya ke Reiko, "Apakah tidak apa-apa kalau agensi tahu kau sudah memiliki suami?"     

Reiko lekas membawa telunjuknya ke bibir sambil satu mata dikedipkan, berkata, "Ini adalah rahasia, Yuka. Tolong rahasiakan, yah!"     

Paham untuk itu, Yuka pun tersenyum dan mengangguk. Reiko sudah bagaikan pengganti kakaknya, mana mungkin Yuka akan mengkhianatinya?     

Masuk ke kamar dorm, Aoi dan Tami menyambut mereka.     

"Wah, kakak dan adik sudah pulang!" Aoi berseloroh. Yuka tersenyum senang mendengarnya. "Lihat, Yuka tersenyum lebar!" Ia lekas menghampiri Yuka dan merangkul bahunya. "Sepertinya kau dapat hal-hal bagus di tempat Reiko, ayo ceritakan padaku!"     

"Hm, tidak bisa." Yuka masih tersenyum. "Ini … rahasia kakak dan adik! Ha ha!"     

Tami menatap perubahan Yuka dan merasa gembira. "Yuka ternyata sangat manis ketika tersenyum apalagi saat tertawa!" Ia juga berjalan ke Yuka dan merangkul gadis pemalu itu.     

Mereka pun mulai saling bercanda dan Yuka sudah lebih membuka dirinya dan tersenyum lebar dengan lebih tulus. Melihat itu, Reiko sangat lega.     

Di hati Yuka pun, rasanya batu besar sudah terangkat dari sana. Dia merasa lega bukan kepalang telah menceritakan bebannya pada Reiko, dan percaya bahwa tak lama lagi Luis akan menerima ganjarannya.     

"Ayo, ayo. Kita harus mulai jadwal pagi kita!" Tami menepuk tangannya.     

Yuka pun berganti pakaian olah raga sama seperti yang lainnya. Hanya kaos dan celana training longgar saja.     

Mereka berjalan ke tempat fitness. Reiko merangkul bahu Yuka dan menepuk di sana, menguatkan gadis itu.     

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Reiko saat berjalan ke tempat fitness.     

"Umh!" Yuka mengangguk tegas. Dia percaya pada Reiko, juga percaya pada Nathan Ryuu. Sebentar lagi, sumber deritanya akan menyingkir dari hidupnya, tak perlu lagi bertemu.     

"Ingat, Yuka, kau harus tabah, kau harus kuat, jangan biarkan dia mengintimidasi kamu." Reiko membisikkan ini sebelum mereka benar-benar masuk ke ruangan fitness.     

"Ya, akan aku coba, Reiko." Yuka mengangguk. "Ohh, bolehkan aku memanggilmu onee-chan?"     

"Boleh saja! Kalau begitu, aku panggil kamu Yuka-chan, yah!" Reiko mengangguk setuju. Demikian pula Yuka.     

Ketika setengah jam mereka sudah di ruang fitness, seperti biasa, Luis datang bersama Rurika.     

"Apakah kalian sudah lama berlatih?" tanya Luis.     

"Kau bisa melihat jam saja, Coach, kami datang se-su-ai jad-wal!" jawab Aoi si lidah tajam.     

Luis tidak bisa marah karena nyatanya dia memang sangat terlambat. "Ha ha ha, baiklah, baiklah." Dia mendadak saja mendatangi Yuka yang masih berlatih di alat lat-pull down. Ia berdiri di belakang Yuka, seakan hendak membantu gadis itu.     

Yuka mendadak saja merasa ketakutan. Apalagi ketika dia melihat ke depan, ke cermin, di sana ada pantulan wajah Luis yang tersenyum. Oh celaka, Reiko dan yang lainnya berada jauh darinya!     

Sekali lagi, dia melihat bayangan wajah Luis di cermin besar depannya. Lelaki itu menyeringai aneh. Atau itu hanya imajinasi Yuka saja yang sudah ketakutan.     

"Yuka, sepertinya kau melupakan kencan kita semalam," bisik Luis sambil lebih mendekat ke Yuka dan merunduk seolah sedang membantu Yuka menurunkan tongkat besi yang dipegang.     

Betapa gugupnya Yuka sampai tenaganya serasa diserap keluar dari tubuhnya. Pegangannya pada tongkat besi pun melonggar hingga Luis harus memegangi dengan benar.     

"Ke mana kau semalam, Yuka? Apakah kau berkencan dengan lelaki lain? Dasar kau ini … sudah jadi kucing kecilku yang nakal sekarang, yah?" Luis berbisik sambil memegangi tongkat lat-pull down dan menariknya ke bawah.     

"A-aku … aku …."     

"Coach, sepertinya besi bebannya bermasalah!" Reiko mendadak berseru dari sudut lain. Luis mendecak kesal atas interupsinya dan berjalan ke tempat dia berlatih. "Ini susah aku tarik. Atau mungkin pelumasnya sudah habis?"     

Luis memeriksa alat yang dipegang Reiko, namun tanpa dia duga, Reiko malah menyingkir dari sana dan berjalan ke tempat Yuka. Luis yakin alatnya baik-baik saja dan menoleh mencari Reiko. "Hei, Reiko, ini sudah benar, kau bisa melanjutkan di sini."     

"Ohh, aku ganti yang ini saja, Coach!" Reiko sudah duduk di alat lain di sebelah Yuka. Ini hanya akal-akalan dia agar bisa mengusir Luis dari dekat Yuka.     

Luis mendecak sebal. Tapi karena melihat raut wajah Rurika menghitam karena kesal, ia pun mengabaikan kedua gadis itu dan berjalan ke Rurika. Toh, nanti malam dia bisa melanjutkan pembicaraan dengan Yuka di tempat biasa. Demikian yang dia pikirkan.     

"Kau ini! Kenapa kau lama sekali di sana?" Rurika mendesis kesal ketika Luis sudah menghampirinya.     

"Maaf, maafkan aku, sayank." Luis membujuk dengan senyum tampannya. "Sudah, tak perlu cemburu. Apa sih yang perlu kau cemburui dari mereka? Kau jelas-jelas yang paling menawan."     

"Hm, bagus kalau kau mengerti itu." Rurika pun tersenyum senang dan meneruskan latihannya. "Bantu aku menahan ini."     

"Apapun untukmu." Luis memposisikan dirinya di dekat Rurika untuk membantu gadis manja itu.     

.     

.     

Di malam harinya, ketika Luis sudah bersiap di dalam gudang, dia terkejut karena ternyata yang masuk ke ruang dance tak hanya Yuka saja namun 4 gadis lainnya!     

Ternyata, Reiko berhasil membuat para gadis untuk berlatih bersama di sana. Ia juga sudah berkirim pesan ke suaminya karena sedang berlatih dance dulu beberapa saat sehingga akan terlambat pulang.     

Betapa dongkolnya Luis di dalam gudang. Di tempat sempit, pengap dan bau itu, dia harus meringkuk dan menunggu dalam diam. Apalagi, hingga lampu ruangan di matikan pun, Yuka tidak masuk ke dalam gudang.     

"Grrhh, apakah jalang kecil itu sudah hendak memberontak padaku?" Ia mengeluarkan ponsel untuk mengetahui sudah berapa lama dia di sana, menyia-nyiakan waktu. "Sudah satu jam lebih aku di sini. Sialan!"     

Luis menyesal tidak pernah mengambil foto porno Yuka selama ini karena biasanya Rurika akan memeriksa ponselnya ketika dia datang ke hotel yang sudah disewa Rurika belakangan ini setiap malam.     

Andaikan Rurika tidak bersikap cemburuan, tentu saja dia akan mudah menguasai Yuka menggunakan foto ataupun video mereka.     

Beberapa bulan ini, Rurika merupakan sumber keuangan utama bagi Luis selain gaji dari G&G. Itulah kenapa dia bersedia bersikap bagaikan anjing Rurika.     

"Hgh! Sebaiknya aku ke hotel saja sekarang. Sialan! Jalang kecil sialan itu membuang waktuku!" desis Luis dan keluar dari ruangan tersebut.     

Kemudian, dia bergegas turun ke bawah, dan hendak ke mobilnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.