Inevitable Fate [Indonesia]

Predator Beraksi



Predator Beraksi

0Karena Yuka tidak juga muncul di gudang seperti yang biasanya dilakukan atas ancaman Luis, lelaki latino itu pun geram dan merasa sungguh sia-sia menunggu di dalam ruangan pengap dan sempit itu.     
0

Luis pun keluar dan turun ke bawah untuk ke mobilnya. Mungkin saja Rurika sudah menunggu di hotel. Yah, jika memang malam ini dia tidak bisa mendapatkan Yuka, dia akan memperoleh ganti dari Rurika yang liar dan pintar menyenangkannya.     

Tapi, baru saja dia sampai mobil dan mengecek ponselnya, ternyata Rurika tidak berada di hotel. Rurika hanya memberikan pesan bahwa dia ingin tidur di rumahnya.     

Rurika ingin menghabiskan malam dengan lelaki lain dan Luis tak mengetahui hal ini.     

"Tsk! Sialan!" Luis melempar ponselnya ke kursi samping dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Sepertinya malam ini dia harus tidur sendirian di hotel. Tapi … rasanya itu terlalu mengenaskan bagi lelaki penuh vitalitas sepertinya, ya kan?     

Maka dari itu, ia pun berencana untuk pergi ke klub saja, siapa tahu bisa membawa pulang salah satu gadis dari sana ke hotelnya.     

Namun, ketika mobilnya sudah mulai mencapai gerbang keluar gedung G&G, dia dikejutkan dengan 2 gadis yang berjalan di depan mobilnya.     

Untung saja mobil Luis tidak melaju cepat sehingga dia bisa lekas menginjak rem. Ia segera keluar mobil. "Kalian tidak apa-apa?" tanyanya pada gadis yang mengusap-usap lututnya.     

"Ohh, tidak apa-apa." Gadis itu menjawab sambil merunduk.     

Mata Luis menyala ketika melihat belahan dada montok gadis itu dari baju minim yang dikenakan si gadis. "Kalian … hendak ke mana?"     

"Kami? Kami ingin ke klub, tapi bingung karena tidak ada taksi lewat sejak tadi." Gadis temannya menjawab.     

Sekali lagi mata Luis menyala karena menatap gadis yang satunya dan gadis itu pun memakai pakaian minm. "Kalian … ingin ke klub?"     

"Ya, kami suntuk di rumah dan ingin bersenang-senang sejenak." Gadis itu menjawab.     

"Mau aku antar?" tawar Luis dengan air liur dia tahan kuat-kuat agar tidak meleleh keluar dari mulut begitu saja. "Yah, daripada kalian sudah berdandan secantik ini dan tidak mendapatkan taksi. Alangkah berbahayanya jika malam selarut ini di sini berdua saja, ya kan?" Dia mulai menebarkan jaring laba-labanya.     

Kedua gadis muda itu saling pandang dan kemudian mengangguk setuju.     

"Baiklah, ayo saja kalau begitu," tutur gadis A.     

"Tolong antarkan kami ke klub X, yah!" pinta gadis B.     

"Tidak masalah." Luis membukakan pintu untuk mereka berdua. "Silahkan."     

Gadis A dan gadis B pun masuk. Salah satu berada di jok depan bersama Luis.     

Lalu, mobil pun mulai melaju meninggalkan tempat itu.     

"Oh ya, siapa nama kalian?" tanya Luis sambil melirik keduanya bergantian.     

"Aku Lana." Gadis A menjawab.     

"Namaku Piku." Gadis B menyahut dari belakang.     

Lana tertawa dan berkata, "Jangan percaya! Dia bukan Piku, ha ha ha, kau ini!" Ia menoleh ke belakang sambil tertawa pada temannya yang cekikikan. "Dia Lida."     

"Ohh, ha ha ha, syukurlah kau bukan benar-benar bernama Piku. Itu akan aneh! Ha ha ha!" respon Luis dengan tawa renyahnya.     

"Siapa namamu?" tanya Lana sambil menghadap ke Luis.     

"Aku Luis." Luis melirik sebentar ke Lana.     

"Halo, Luis." Lida menyapa ramah dari belakang.     

"Halo juga, Lida." Luis membalas disertai senyum sambil melirik Lida di belakang menggunakan kaca spion.     

"Hei, kita sama-sama bernama dengan huruf L, ya kan? Wah, kita bisa menjadi trio L, ha ha ha!" Lana berujar sambil dia mengelus paha Luis sambil lalu.     

Hal ini membuat darah Luis berdesir. Pahanya dielus begitu saja? Meski itu adalah elusan sambil lalu dan dilakukan Lana dengan acuh tak acuh, tetap saja itu merupakan elusan!     

Elusan di paha lelaki!     

"Hei, kau tadi keluar dari gedung itu, kan?" Lida bertanya sambil mencondongkan tubuhnya ke depan di celah kedua jok.     

"Ahh, ya, itu gedung G&G." Luis menjawab santai.     

"Gedung apa itu?" tanya Lida.     

"Gedung agensi hiburan." Luis tidak menutupi.     

"Wow! Apakah di sana tempat banyak idol?" tanya Lana tak mau kalah.     

"Ya, begitulah!" Luis mengangkat santai dua bahunya.     

"Luis, apakah kau salah satu idol di sana?" tanya Lida dengan antusias.     

"Hn, bisa dikatakan begitu, sih! Ha ha ha!" Dengan tak tahu malunya, Luis mengakui itu meski merupakan kebohongan.     

"Waahh, kita sedang jalan bersama idol!" Lana tampak terpukau. Dia lekas mengganti sikapnya menjadi lebih genit ke Luis. "Pantas saja kau tampan dan menawan begini." Tak lupa dia mengelus paha Luis, lebih seduktif ketimbang sebelumnya.     

"Aarrghh … kalian terlalu menyanjungku." Luis mengerang sambil melirik ke paha Lana yang terbuka hampir ke pangkalnya diakibatkan pendeknya rok yang dipakai. "Kalian juga cantik dan pantas tak hanya jadi idol, tapi model juga!"     

Kali ini, tangan Luis juga mengusap paha telanjang Lana.     

"Aghh … kau idol yang nakal, Luis! Ha ha!" Lana menyingkirkan tangan Luis meski dilakukan dengan cara bercanda.     

Akhirnya, mobil pun tiba di salah satu klub ternama di Tokyo. Ketiganya masuk dengan mudah menggunakan kartu identitas masing-masing.     

"Kalian sudah di atas 17 tahun, yah?" tanya Luis sambil menatap Lana dan Lida.     

"Itu hanya kartu identitas bohongan, hi hi hi!" Lida berkata ketika mereka sudah berhasil masuk ke dalam klub. Kedua gadis itu pun tertawa cekikikan.     

"Kalian benar-benar nakal." Luis langsung mengasumsikan bahwa Lida dan Lana adalah gadis remaja yang memang nakal saja, tipikal gadis pemberontak.     

Wajah Lana dan Lida memang sangat cantik dan masih memiliki aura gadis Jepang, namun tubuhnya tergolong sintal. Dada keduanya cukup menggembung kencang. Luis memperkirakan keduanya ada di tingkat 2 atau mungkin di akhir SMA.     

Menduga demikian, darah predator Luis terpacu deras. Dia paling menyukai gadis remaja dan usia 20-an awal. Gadis-gadis di usia demikian masih ranum-ranumnya ketika dinikmati.     

Dengan segera, ketiganya mulai akrab di dance floor. Luis tidak segan-segan menggerayangi tubuh Lana dan Lida bergantian sambil ketiganya menari suka-suka di sana.     

Tangan Luis secara bebas meremas dada Lana sambil dia berdiri di belakang gadis itu dan menggesekkan miliknya pada pantat Lana. Lalu di kesempatan lain, beralih ke Lida, berdiri di hadapan Lida dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Lida, bergoyang sensual sambil meremas kedua pantat Lida dan menggesek-gesekkan pangkal pahanya ke Lida.     

Rasanya Luis begitu bahagia karena dia yakin sebentar lagi bisa merayu kedua gadis remaja itu untuk melakukan threesome setelah ini. Bayangan threesome yang membara nanti di hotel sudah di pelupuk mata, pasti begitu menggelora seperti yang dia sukai selama ini.     

Luis sudah banyak mengalami pengalaman seks secara threesome di Amerika bersama gadis-gadis muda di sana, namun dia belum pernah merasakan di Jepang. Menurutnya, gadis Jepang lebih pemalu mengenai itu.     

Puas menari sensual dengan kedua gadis, dia mengajak mereka ke kamar VIP klub karena sudah tak tahan. Rasanya dia ingin meledak sekarang juga.     

Baru saja dia bercumbu sambil menggerayangi tubuh keduanya di kasur, terdengar ketukan di pintu VIP itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.