Inevitable Fate [Indonesia]

Asal Muasal Segalanya Terjadi



Asal Muasal Segalanya Terjadi

0Malam itu, ketika Reiko lewat di depan ruang latihan dance, dia melihat lampu di ruangan itu masih menyala dan pintu kacanya tertutup dengan sayup-sayup suara musik terdengar dari ruangan yang hanya memiliki kekedapan suara sebesar 80 persen saja.     
0

Ia hanya melirik dan menduga di dalam pasti masih ada Yuka yang berlatih pribadi seperti biasanya. Reiko dan yang lainnya sudah mengetahui seperti apa kegigihan Yuka agar bisa mengejar ketinggalan dalam aspek dance-nya.     

Maka dari itu, Reiko pun melanjutkan langkahnya untuk pergi ke lift dan turun karena ingin lekas pulang.     

Sayang sekali, Reiko tidak menengok ke dalam ruangan latihan dance tadi. Apabila dia melakukan itu, dia pasti mendapati bahwa Yuka tidak berada di dalam ruangan, melainkan ada di dalam gudang kecil yang berada di sudut dalam ruangan.     

Ya, sayang sekali.     

Tinggallah Yuka dan Luis saja di gudang itu, melakukan sesuatu yang sangat buruk bagi Yuka.     

Yuka tidak berdaya dan hanya bisa membekap kuat-kuat mulutnya ketika Luis terus menghentak dirinya sambil air matanya perlahan akan menetes keluar.     

Ketika usai, Luis akan mengecup kening Yuka sebelum gadis itu bergegas membereskan pakaiannya dan lari keluar dari gudang dan masuk ke kamar.     

"Yuka, kau baru selesai latihan?" tanya Tami ketika melihat kedatangan Yuka ke kamar tidur dorm. Ia menatap Yuka yang bersimbah keringat.     

"I-iya." Yuka menunduk dan berjalan ke arah lemarinya sendiri.     

"Tapi, kenapa mukamu pucat?" Tami masih menyambung. "Yuka, kalau kau sudah lelah, janganlah memaksakan diri berlatih malam-malam begini. Sayangi juga tubuhmu, oke?"     

Sebagai leader yang telah ditunjuk oleh agensi, Tami lebih ketat menasehati member lainnya agar tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.     

"Ohh, ini … aku cuma butuh mandi air hangat saja, aku tidak apa-apa." Yuka pun tersenyum kecil yang tentunya itu dipaksakan. Kemudian, gadis itu pergi ke kamar mandi usai mengambil pakaian ganti dan handuk.     

Di dalam kamar mandi, di bawah pancuran air shower yang mengucur bagai rinai hujan hangat, Yuka menangis tersedu-sedu. Suara isak tangisnya tersamarkan oleh bunyi shower tersebut.     

Yuka luruh ke lantai kamar mandi dan masih menangis. Dia menangisi nasibnya. Sudah seminggu lebih dia menjadi budak napsu dari Luis.     

Pertamanya, memang terjadi ketika Yuka sedang berlatih dance di malam hari seperti yang akhir-akhir ini dia lakukan untuk menaikkan nilai dance-nya.     

Ketika itu, Luis masuk ke ruangan dance, melihat Yuka sebentar yang tengah berlatih. Pandangan Luis tampak mesum, apalagi disertai seringaian. Semuanya terpantul di cermin besar di depan Yuka.     

Sudah pasti, hal semacam itu tidak membuat nyaman Yuka. Namun, dia berusaha mengabaikan lelaki latin itu. Ia ingin berkonsentrasi berlatih menari saja, tidak lebih!     

Padahal, hati kecilnya sudah beberapa kali menyeru agar dia berhenti berlatih saja malam itu dan lekas keluar dari ruangan tersebut. Sungguh sayang sekali, Yuka tidak terlalu menggubris suara hatinya dan memilih untuk terus berlatih sampai dia merasa puas dengan hasilnya.     

Melihat Yuka terus menari diiringi musik, melatih beberapa jenis gerakan dance, Luis pun mendekat ke Yuka hingga mereka berjarak sekitar 5 meter, dan ia bertanya-tanya mengenai dance.     

Yuka menjawab seperlunya saja karena dia memang sosok pendiam yang tergolong introvert.     

Luis bertanya ini itu seputaran dance, dan pertanyaan membosankan lainnya dan dijawab Yuka dengan jawaban sependek mungkin.     

Lalu, Luis meminta maaf sudah mengganggu Yuka berlatih dan lelaki itu bukannya pergi dari sana, dia justru melangkah ke dalam gudang alat di ruangan itu.     

Tentu saja, Yuka makin tidak menggubris mengenai itu. Justru sangat bagus jika Luis menghilang dari pandangannya.     

Namun, mendadak saja, Luis keluar dari gudang itu dengan wajah kesusahan. Luis meminta tolong pada Yuka untuk membantu mengeluarkan sesuatu dari dalam gudang.     

"Aku butuh benda itu untuk latihan besok." Demikian alasan Luis.     

Hati kecil Yuka sempat bertanya-tanya, bukankah Luis seorang pria dan biasa berlatih dengan besi-besi berat? Kenapa meminta tolong pada gadis kurus seperti dia?     

Namun, kebaikan hati Yuka menutupi alarm dari hati kecilnya dan ia mengalah, masuk bersama Luis ke dalam ruangan itu.     

Dan … saat itulah saat pertama Yuka mengalami pelecehan seksual yang berat.     

Sebuah pemerkosaan.     

Luis mendekap, menyergap, dan menguasai Yuka yang berpostur kurus kecil, menghempaskan Yuka pada matras yang ternyata sudah disiapkan Luis, lalu melucuti paksa pakaian Yuka dan kemudian memerkosanya.     

Usai memerkosa Yuka, Luis berbisik di samping Yuka yang terisak menangis dan ketakutan di matras. "Jangan bilang siapa-siapa atau kau akan tanggung akibatnya."     

Yuka memakai pakaiannya dengan tubuh gemetaran, namun sebelum dia keluar dari gudang itu, Luis ternyata masih ingin memberikan kalimatnya, "Gadis manis, aku akan menunggu kedatangannya setiap malam di jam seperti ini, oke! Jangan kecewakan aku atau kau terima akibatnya nanti."     

Kalimat itulah yang seakan menjadi penjara, menjadi belenggu bagi Yuka, sehingga gadis lugu itu pun terpaksa terus datang ke ruang latihan dance setiap malamnya dan Luis sudah menunggu di gudang untuk melecehkan dia.     

Saat Yuka merintih agar Luis jangan menyemprotkan benih cairnya ke dalam liang dia, Luis terkekeh dan berkata, "Tidak usah khawatir, sayank, aku mandul, dan ini sudah diverifikasi oleh beberapa dokter. Kau bisa tenang, oke?"     

Maka, seminggu belakangan ini merupakan hari-hari neraka bagi Yuka tanpa dia bisa berbuat apapun, bahkan sekedar meminta tolong atau bercerita saja dia tidak sanggup.     

Selain rasa malu luar biasa, juga takut akan ancaman dari Luis lah yang tidak ingin dihadapi Yuka. Jika ini sampai terbongkar luas di publik, akan sejatuh apa nama Yuka dan keluarganya kelak?     

Hal seperti inilah yang kerap menghantui para korban pelecehan, apalagi ketika itu sudah terlalu jauh menjadi sebuah pemerkosaan. Itu dianggap aib dan dosa bagi pihak korban.     

Oleh karenanya, melawan pelecehan seksual ini sungguh rumit dan sulit, terutama ketika hendak dibawa ke meja hijau. Tantangan dan rintangannya sungguh tidak kira-kira banyaknya.     

Dan bahkan, banyak korban pelecehan justru yang disudutkan oleh masyarakat, dianggap penggoda dan banyak hujatan dan hinaan lainnya.     

Maka dari itu, Yuka sudah paham akan apa yang akan menanti di masa depannya jika dia melaporkan Luis, dan dia pun akhirnya hanya bisa pasrah, berharap Luis melepaskan dia atau bosan padanya.     

Selesai mandi, Yuka menyeka bersih air matanya dan memakai baju lalu keluar dari sana. Rambut basahnya digosok-gosok dengan handuk sambil berjalan tertunduk ke kasurnya.     

"Yuka, apa kau baru menangis?" tanya Aoi ketika melihat Yuka.     

"O-ohh? Tidak, kok!" elak Yuka ke Aoi. "Ini … tadi terkena sampo, makanya memerah." Ia memaksakan senyum kecilnya hadir agar menenangkan Aoi.     

"Ohh, ya sudah, lain kali hati-hati, yah! Karena seluruh tubuh kita ini adalah aset yang harus dijaga, karena kita idol, kita akan ditatap dari atas sampai bawah, dan mungkin dicari kekurangannya oleh orang lain." Aoi berpesan sambil menghampiri Yuka dan memeluknya.     

"A-ahh, iya, aku mengerti, terima kasih." Yuka tersenyum canggung sebelum melepaskan pelukan Aoi dengan pelan dan pergi ke kasurnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.