Inevitable Fate [Indonesia]

Serahkan Saja Pada Nathan Ryuu



Serahkan Saja Pada Nathan Ryuu

0Akhirnya, Yuka membuka semua cerita mengenai perbuatan Luis pada Reiko di penthouse milik Nathan Ryuu. Dia sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan dan tekanan batin dari si lelaki latino itu.     
0

Reiko sangat marah mendengar penuturan Yuka, ia ingin sekali menyeret Luis ke pengadilan hingga menginginkan latino itu bisa dijebloskan ke penjara.     

Hal yang mengakibatkan Reiko sangat kesal pada kasus ini adalah … mengingatkan dia akan kasus-kasus dia sendiri, entah mengenai Tomoda, pemilik konbini, maupun yang terjadi di depan Adora.     

Namun, ternyata Yuka memohon dengan sangat pada Reiko untuk tidak menceritakan ini pada orang lain karena dia tak mau aib dia tersebut diketahui publik.     

"Hghh …." Reiko menghela napas. Dia jadi teringat dengan dirinya sendiri kala itu. Dia pun tidak menginginkan siapapun tahu ketika dia mengalami pelecehan seksual.     

"Reiko … maaf." Yuka menundukkan kepala. "Aku memang tidak ingin masyarakat tahu karena ini akan berimbas pada banyak orang di sekitarku, dan tentunya juga karirku yang hendak aku rintis."     

Mata Reiko menatap Yuka yang sedang meremas-remas ujung kemeja piyamanya. Ia tentu saja paham perasaan Yuka, apalagi pelecehan yang dialami Yuka sangat berat, tidak seringan yang dialami dirinya.     

"Tapi, Yuka, kalau kau tidak melaporkan Luis, dia akan terus menindasmu dan bahkan mungkin dia akan mencari korban selanjutnya." Reiko masih ingin membujuk Yuka.     

"Itu … itu juga dia sudah pernah mengatakan padaku." Yuka belum menceritakan bagian angan-angan Luis.     

"Maksudmu?" Mata Reiko menyipit curiga.     

"Dia … dia pernah berkali-kali mengatakan … kalau dia ingin … ingin … melakukan juga … pada kalian bertiga." Yuka menunduk sedih dan takut.     

Reiko melongo mendengar penuturan Yuka. "Kami bertiga?" desisnya lirih saking tak percayanya. Luis ini bukan hanya seorang peleceh saja tapi ini sudah di tahap predator wanita.     

Emosi Reiko makin menjulang mendengar kejujuran Yuka mengenai dirinya dan yang lain hendak dimangsa pula oleh Luis. "Sudah! Pokoknya, aku tidak akan tinggal diam begitu saja pada lelaki sialan itu, Yuka! Dia harus dihentikan dan HARUS menerima ganjarannya!"     

"Tapi bagaimana caranya, Reiko? Aku benar-benar tidak sanggup jika kasusku ini diketahui publik. Akan semalu apa aku dan ibuku. Aku takkan bisa meneruskan hidupku dan juga karirku." Yuka mulai terisak. Dia putus asa dan tak tahu harus melakukan apa.     

Hanya bercerita pada Reiko yang sudah dia anggap sebagai pengganti kakak perempuannya yang sudah meninggal sajalah yang bisa dilakukan Yuka. "Reiko, kau sudah aku anggap seperti kakakku sendiri, makanya aku sanggup bercerita begini padamu. Hanya padamu saja."     

"Hghh … ya sudah, aku tidak akan buka ini ke siapapun. Tapi, bolehkah aku menceritakan ini ke suamiku?" Reiko yakin pada dirinya sendiri bahwa dia tidak mungkin menyembunyikan ini dari suaminya. Bahkan, dia sangat ingin mengatakan hal itu pada sang suami.     

"Jangan! Jangan ceritakan ini pada suamimu!" Yuka menggeleng keras-keras sambil meremas tangan Reiko.     

"Tapi, Yuka, kalau lelaki brengsek itu dibiarkan, bukankah itu tidak adil untuk kamu dan juga korban-korban dia yang lain?" Reiko mendesak.     

Terdiam karena merenungkan ucapan Reiko, Yuka menundukkan kepala lagi, berkubang dalam dilema dia.     

Hal ini dimanfaatkan Reiko untuk menyuntikkan semangat pada Yuka. "Percayalah padaku, jika aku menceritakan ini pada suamiku, dia pasti akan mencarikan jalan keluar untukmu agar kau tak lagi menderita. Dan tentu saja, aku akan meminta dia untuk tidak mengungkap ini pada publik."     

Entah bagaimana, Reiko ingin mengandalkan suaminya dalam situasi pelik seperti ini. Dia paham ketakutan Yuka, dia paham rasa tak berdaya Yuka. Karena itu, dia merasa dia harus meminta tolong pada suaminya.     

Yang dia rasakan mengenai suaminya adalah lelaki itu selalu memiliki solusi dan bisa mengatasi apapun, meski ia tak pernah tahu dengan jelas apa saja hukuman yang diberikan Nathan Ryuu pada orang-orang yang menyakiti Reiko.     

Reiko hanya merasa bahwa orang-orang itu sudah dikirim ke penjara secara diam-diam oleh Nathan Ryuu. Kalau memang demikian cara kerja suaminya mengatasi orang jahat, tentunya ini bisa dilakukan pada Luis juga.     

"Yuka, apakah kau ingin terus ditindas oleh Luis?"     

"Tentu saja tidak ingin."     

"Apa kau ingin terus dikendalikan si brengsek itu?"     

"Tentu aku tidak ingin, Reiko."     

"Kalau begitu, kau harus percaya padaku, Yuka."     

"Aku percaya padamu, Reiko, maka dari itu aku mengatakan semuanya padamu."     

"Maka dari itu, biarkan aku yang menyelesaikan masalah kamu ini. Yah, aku tentunya akan meminta bantuan suamiku, dia yang akan menangani Luis, menjebloskan Luis ke penjara nantinya."     

Mata Yuka menatap tak yakin pada Reiko. "Menjebloskan dia ke penjara? Tapi … kalau begitu, bukankah aku harus maju di persidangan nantinya?"     

"Yuka, ketahuilah … aku juga pernah di posisimu, meski tidak mengalami seberat kamu." Reiko menggenggam tangan Yuka.     

"Ehh?"     

"Biar aku ceritakan mengenai kisahku." Reiko pun bercerita berbagai pelecehan yang dia terima sebelum ini. Yuka terperangah mendengarnya. "Maka dari itu, Yuka, aku tidak perlu datang ke pengadilan dan tidak perlu aibku itu diketahui publik dan penjahatnya sudah bisa dijebloskan ke penjara."     

Ya, dia ingat bahwa Tomoda dan pemilik konbini itu sudah merasakan penjara, kan? Bahkan dia tidak perlu bersaksi di pengadilan, semuanya sudah diurus oleh suaminya, entah dengan metode apa.     

"Reiko, aku tidak menyangka kau juga pernah mengalami kepahitan yang sama." Yuka memandang haru pada wanita di sebelahnya.     

"Maka dari itu, memang tepat ketika kau datang padaku dan bercerita mengenai ini padaku. Biarkan aku membantumu dengan cara yang tidak perlu mengekspos dirimu." Reiko menepuk-nepuk punggung tangan Yuka.     

"Kau … kau yakin suamimu bisa mengurus Luis tanpa melibatkan aku di persidangan? Tanpa namaku disebut?" Yuka menatap penuh harap.     

Reiko mengangguk. Dia mempercayai suaminya.     

"Hm … baiklah, mungkin memang sudah saatnya bagi Luis untuk berhenti." Yuka menyerah pada akhirnya.     

"Benar, dia memang harus dihentikan demi kamu dan banyak wanita lainnya." Reiko mempertebal pernyataan Yuka.     

.     

.     

"Lelaki itu berkata begitu? Hendak menjadikan kau korban selanjutnya?" tanya Nathan Ryuu pada sang istri di atas pembaringan usai Reiko bercakap-cakap dengan Yuka.     

"Ya, aku sungguh geram sekali mendengarnya. Terlebih, dia menyakiti Yuka." Reiko mengepalkan tangannya sambil meremas selimutnya. "Ryuu, bisakah kau melakukan sesuatu agar lelaki brengsek itu membusuk di penjara? Tapi aku mohon jangan sampai nama Yuka dilibatkan."     

"Hn, akan aku pikirkan caranya." Nathan Ryuu mencubit dagu sang istri. "Nah, sekarang, istriku cantik ini harus tidur, ya kan? Agar kecantikannya bisa terus terjaga hingga seribu tahun berikutnya." Ia tak lupa mengecup kening dan bibir Reiko sambil menaikkan selimut hingga batas leher Reiko.     

Reiko tersenyum geli dan mencubit lembut lengan suaminya, lalu berkata, "Ryuu, aku sungguh minta maaf karena kerap merepotkanmu." Reiko memandang penuh memuja pada sang suami. Betapa dia tak berdaya jika tak ada Nathan Ryuu.     

"Ini sama sekali tidak merepotkan, sayank. Justru menyenangkan bagiku untuk menghukum orang-orang jahat, ya kan?" Nathan Ryuu kedipkan satu matanya disertai senyum jenaka ke Reiko dan bangkit dari kasur.     

-0-0—00—0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.