Inevitable Fate [Indonesia]

Pelatih Bejat



Pelatih Bejat

0Di hari berikutnya, seperti biasa, jadwal latihan pagi adalah berolah raga bagi semua member Synthesa.     
0

Karena beberapa minggu ini pelatih fitness mereka, Luis, sudah terbiasa datang agak terlambat dan biasanya dibarengi kemunculan Rurika pula, maka member Synthesa lainnya tidak terlalu menggubris dan mereka akan melakukan latihan fitness secara mandiri saja.     

Toh, menurut mereka, mereka sudah paham gerakan-gerakan fitness sesuai yang diarahkan oleh Luis, jadi tak masalah apakah si pelatih datang atau tidak, mereka bisa saling membantu tanpa memerlukan Luis.     

"Wah, kemarin aku dapat kabar dari temanku, katanya Vendera akan comeback!" Aoi berkata mengenai salah satu grup idol Jepang yang cukup ternama.     

"Benarkah? Kapan?" tanya Tami yang saat itu masih mengayuh sepeda statis, bersebelahan dengan Aoi. Keduanya pun terlibat percakapan mengenai grup Vendera tadi.     

Sedangkan, Reiko berada di atas treadmill bersama Yuka yang menyebelahi dia. Mereka berjalan cepat sebelum mulai menaikkan kecepatan sehingga kaki pun mulai berlari.     

Biasanya, Reiko sambil berlatih di treadmill, dia juga akan bernyanyi apapun itu. Dia memang membiasakan diri melatih suara dan kardio dengan cara itu agar nantinya ketika menyanyi live di panggung, suaranya masih stabil meski sambil menari.     

Konon, salah satu vokalis dari grup Kpop terbesar di dunia saat ini, melatih suara mereka dengan cara seperti yang dilakukan Reiko, makanya suara dia ketika di atas panggung sangat prima dan stabil bagai itu suara rekaman. Reiko ingin mencontoh idol tersebut.     

Yuka beberapa kali melirik ke Reiko yang sedang berlari sambil menyanyi. Sementara, dia masih berjalan cepat saja. "Reiko-san, apakah cara sepertimu itu berhasil?"     

Menyadari ada suara lirih di sampingnya, dan itu ternyata Yuka, Reiko segera menoleh dan tangannya menekan tombol memperlambat laju treadmill dia. "Ohh? Cara sepertiku? Ahh, ya ini … iya, ini berhasil, kok! Coba saja berlatih begini seperti aku, Yuka."     

"Ohh." Yuka mengangguk singkat.     

"Um, Yuka."     

"Ya, Reiko-san?"     

"Jangan panggil aku terlalu formal begitu. Cukup Reiko saja, yah! Kita kan sudah berbulan-bulan bersama di sini, maka panggil nama langsung saja, setuju?"     

"O-ohh, um, iya, baiklah." Yuka mengangguk dan meneruskan latihan di treadmill dia. Tapi, dia merasa sepertinya Reiko masih belum usai memandang ke arahnya. Mau tak mau, ia pun menoleh lagi ke Reiko. "Um, ada apa, yah?"     

"Kau belum melakukannya." Reiko tersenyum kecil.     

"Melakukan apa?" Yuka bingung. Apa yang dimaksud Reiko baru saja?     

"Melakukan seperti yang aku lakukan." Reiko memberikan kerlingan jenaka ke Yuka. "Cobalah berjalan cepat begitu sambil bernyanyi."     

"A-ahh! Sekarang?" tanya Yuka agak tidak yakin.     

Melihat Reiko mengangguk sambil tersenyum, Yuka tak bisa mengelak dan dia mau tak mau melakukan seperti yang diminta Reiko. Ia mulai bersenandung kecil sambil jalan cepat.     

"Lebih keras lagi, coba!" pinta Reiko yang kini benar-benar sudah menghentikan treadmill dia agar dia bisa fokus menghadap ke Yuka.     

Sesuai dengan permintaan Reiko, suara Yuka diperkeras lagi.     

"Coba jangan hanya senandung atau gumaman, Yuka. Tapi lagu yang memiliki lirik. Nyanyikan utuh dari awal sampai akhir." Reiko menunggu dengan satu tangan bersandar di pegangan treadmill.     

Melirik ragu ke Reiko, Yuka pun mulai menyanyikan lagu yang dia hapal liriknya sambil tetap berjalan cepat.     

"Ya, begitu. Bagus, mulai stabil, kok! Nah, coba perkeras suaranya lagi, Yuka." Reiko bagaikan pelatih bagi Yuka saat itu. Bahkan, Aoi dan Tami saja sampai menghampiri mereka.     

"Wah, sepertinya ini memang cara yang bagus untuk kestabilan suara kita di atas panggung nanti, yah!" Aoi merasa langkah dari Reiko adalah sesuatu yang cemerlang. "Aku juga ingin berlatih seperti itu!"     

Maka, Aoi pun mulai naik ke treadmill lainnya yang kosong. Tami juga tidak ketinggalan. Dia pun ingin berlatih seperti cara Reiko. Akhirnya, 4 gadis itu pun berlatih di atas treadmill bersama-sama dan mereka bernyanyi.     

Kadang, nyanyian mereka berbeda-beda, kadang juga mereka melantunkan lagu yang sama dan bernyanyi bersama. Ini mengakibatkan suasana pun jadi lebih akrab dan dekat. Keempatnya tertawa cekikikan ketika mereka sudah cukup lama di atas treadmill.     

"Ehh, mereka datang!" Aoi mengarahkan dagunya ke pintu masuk ruang fitness. Di sana, ada Luis dan Rurika datang bersamaan.     

"Wah, maaf aku terlambat!" Luis dengan senyum lebar plus gigi putih berderet rapinya berkata dengan suara menggelegar seperti biasanya. "Tadi mobilku mogok di jalan dan bertemu dengan Rurika. Dia penolongku." Lalu, lelaki latino itu menoleh ke Rurika dengan pandangan memuja penuh rasa terima kasih.     

"Ahh, itu hanya bantuan kecil saja, Luis." Rurika mengibaskan rambut pendeknya menggunakan satu tangan dan berjalan ke depan cermin besar.     

"Oke, jadi … kalian sudah berlatih sendiri sejak tadi?" tanya Luis pada keempat gadis yang kini sudah turun dari treadmill. Pandangannya menyapu mereka satu demi satu dan berhenti pada Yuka.     

"Tentu saja. Kami tak mungkin pasrah menunggu Coach saja, kan?" Aoi seperti biasa, berkata lugas dan apa adanya meski nantinya akan disenggol lengannya oleh Tami atau Reiko.     

"Ha ha ha, ya ya ya! Itu bagus!" Luis melirik ke Yuka lagi, membuat gadis itu menunduk karena merasa tak nyaman. "Baiklah, kalian bisa melanjutkan latihan fitness kalian, nanti kalian bisa memanggilku jika butuh bantuan."     

"Luis!" panggil Rurika yang sudah melepas pakaian kasualnya dan telah memakai pakaian fitness, sebuah set pakaian minim dan ketat berupa celana pendek ketat yang panjangnya hanya sekian inci saja dari pangkal paha, dan atasan berbentuk kemben dari bahan spandex. "Bantu aku di sini."     

"Oke!" Luis segera berjalan ke Rurika dan mulai sibuk dengan gadis itu.     

Sudah menjadi pengetahuan umum bagi 4 gadis itu, ketika Luis sudah hadir di sesi olah raga dan ada Rurika pula di sana, maka Rurika tidak akan membiarkan Luis menghampiri 4 gadis lainnya.     

Seakan, Rurika ingin perhatian Luis hanya tertuju pada dirinya saja. Jika Luis baru saja membantu sedikit 4 gadis memegang alat, Rurika pasti akan memanggil dari ujung ruangan dan Luis bagaikan anjing pada majikannya, dia berlari ke Rurika.     

Melihat sikap keduanya yang sangat jelas bahwa mereka memiliki hubungan tertentu, Yuka merasa tertekan dan murung. Ada perasaan tidak terima berkecamuk di hatinya.     

Dan malam itu, ketika dia menyampaikan kecamuk di hatinya pada Luis, "Kau, bukankah kau pasti sudah mendapatkan hal semacam ini dari Rurika? Kenapa kau masih melakukan ini padaku? Lepaskan aku. Jangan lagi menyentuhku. Kau sudah ada Rurika, jangan begini padaku." Ia berkata sambil menangis usai Luis menyetubuhinya.     

"He he he …." Wajah brengsek Luis diiringi seringaian ketika menjawab Yuka. "Bukankah memiliki beberapa ragam makanan itu sesuatu hal yang bagus? Hanya makan satu jenis saja tentunya bosan, kan?"     

Mata Yuka mendelik mendengar alasan Luis. Lelaki ini ternyata sangat brengsek! Dia dan Rurika hanya dianggap santapan saja selama ini. "Jadi … kau berharap kau juga ingin memakan yang lainnya? Selain aku dan Rurika?" Suara Yuka bergetar akan amarah.     

"Ya, kalau memungkinkan. Doakan saja itu berhasil, oke! Agar kalian nantinya bisa melayaniku bersama-sama, khi hi hi!" Seringai menjijikkan ditampilkan di wajah pelatih fitness itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.