Inevitable Fate [Indonesia]

Persaingan Penampilan Dua Pangeran Acara



Persaingan Penampilan Dua Pangeran Acara

0Pada waktu menjelang petang, semua peserta yang telah siap, segera masuk ke bus. Kali ini mereka membawa serta koper dan tas mereka karena ini adalah final, mereka tidak mungkin kembali ke dorm jika bukan merupakan yang lolos nantinya.     
0

Yuza diiringi oleh Wei Ying, Zhao Fei dan Peter. Mereka menjaga Yuza dengan baik agar tidak terdesak oleh peserta lain ketika naik di bus atau di dalam studio.     

Setiba di studio, tentu saja suasana mulai riuh begitu 39 peserta datang. Semua make up artist yang ditugaskan segera bergegas ke ruangan rias dan para peserta mulai masuk ke ruangan itu 8 orang sekaligus.     

Ketika giliran Yuza dirias, make up artist tetap memberikan bebat pada siku dan lutut Yuza. "Apakah tidak lebih baik jika kau memakai perban patah tulang saja? Apa itu namanya? Bi-Biocrepe, ya kan?"     

"Uhh, tidak usah, perban elastis krep untuk keseleo ini saja." Yuza menjawab sambil tersenyum.     

"Tapi, kalau hanya perban keseleo, itu akan berada di bawah lengan bajumu dan juga celanamu. Tidak terlihat." Si make up artist memberikan alasan.     

"Ehh?" Yuza agak bingung.     

"Tenanglah, aku ini penggemarmu, aku akan buat kau tampak meyakinkan dengan cideramu sehingga penonton akan bersimpati padamu, oke!"     

"Tidak, tidak, tidak! Jangan terlalu berlebihan, aku akan merasa malu nantinya." Yuza menolak sambil tertawa kikuk. Dia tahu niat baik dari si make up artist, tapi jika siku dia dibebat seperti orang cidera patah tulang, bukankah itu berlebihan dan menggelikan?     

"Oh, oke, kalau begitu, ijinkan aku melakukan sesuatu pada outfit-mu saja, yah!" Si make up artist menghampiri temannya yang penata busana dan mengatakan sesuatu. Lalu, dia kembali lagi ke Yuza, berkata, "Tolong lepas dulu atasanmu."     

"Ehh?" Yuza bingung. Akan diapakan bajunya nanti? Dia segera mencari-cari Wei Ying dan 2 lainnya, tapi karena suasana sedang riuh dan kacau di sana sini, ia tidak melihat mereka. Apakah baik-baik saja jika dia menyerahkan bajunya ini?     

"Ayo, cepat. Nanti tidak keburu!" Si make up artist memaksa.     

Tidak bisa menolak karena sungkan, Yuza pun melepas atasannya dan dia saat ini hanya memakai singlet tanpa lengan saja.     

Baju Yuza segera dibawa si make up artist ke temannya yang penata busana, lalu dia kembali ke Yuza. "Ayo, aku rias dirimu agar kau terlihat paling tampan dari semuanya." Wajah berseri wanita muda itu terlihat tulus. Yuza pun mau tak mau mencoba percaya.     

Setelah Yuza selesai dirias, dan memang itu merupakan riasan yang sangat menawan, membuat pesona Yuza seolah keluar berkali lipat, wanita si make up artist terlihat puas dengan kinerjanya terhadap Yuza. "Lihat, kau terlihat begitu tampan, benar kan?"     

"E-ehe he he … iya, terima kasih." Yuza menundukkan kepala sebagai rasa terima kasihnya. Ternyata make up artist tersebut tidak bercanda ketika berkata dia ingin membuat Yuza tampil lebih tampan.     

Lalu, seseorang menghampiri mereka, itu adalah si penata busana. "Sudah." Ia menyodorkan atasan Yuza ke wanita make up artist.     

"Trims!" Wanita itu berucap ke si penata busana dan beralih ke Yuza. "Nah, ayo pakai." Ia membantu Yuza memakai atasan itu.     

Mata Yuza membelalak ketika melihat bahwa lengan di bagian cidera siku dia ternyata dipotong menjadi lengan pendek! "I-ini …." Ia bingung sekaligus waswas. Apakah dia sedang berusaha disabotase dengan penampilan aneh begini?     

"Tenang saja! Aku yakin, nanti di panggung, kau akan ditanya mengenai cideramu oleh pembawa acara. Nah, daripada kau harus susah payah menggulung lenganmu, lebih baik perlihatkan saja dari awal, ya kan?" Demikian alasan dari wanita make up artist.     

"Ohh, um, baiklah." Yuza merasa itu memang masuk akal. Berita mengenai cidera dia sempat menjadi trending topic di beberapa platform media sosial, jadi kemungkinan besar memang nanti itu akan dibahas sebentar di atas panggung.     

"Hn, sebenarnya aku juga ingin agar celanamu dibuat menjadi celana pendek saja." Wanita make up artist itu mengusap dagunya sambil menatap lutut Yuza.     

"Ja-jangan! Lengan saja! Lengan ini saja sudah cukup, he he …." Yuza segera menolak. Menjadikan celana panjangnya berubah celana pendek? Akan sekonyol apa itu nanti?     

Akhirnya, riasan untuk Yuza pun selesai dan ia harus menyingkir dari ruangan itu. Tak lupa dia berterima kasih pada wanita baik tadi. Ia pun berjalan pelan dan hati-hati ke ruang tunggu. Di sana sudah ada Peter. Ia menghampiri kawan satu kamarnya yang sudah dirias.     

"Wah, Yuza, kau terlihat keren sekali!" puji Peter ketika melihat penampilan dan riasan Yuza. "Sepertinya hanya kau yang bisa menyaingi penampilan dari si tuan muda kita."     

Yuza mengerutkan kening. "Siapa?"     

"Siapa lagi kalau bukan tuan muda Woojae, dia juga tampil luar biasa dengan riasannya tadi." Peter berceloteh seenaknya.     

Ternyata itu didengar salah satu pengikut Woojae dan dia segera mengabarkan ini ke Woojae.     

"Apa? Dia berusaha menyaingiku?" Woojae yang berada di luar ruangan pun seketika panas ketika membaca pesan dari pengikutnya. Ia segera masuk ke ruangan tunggu dan melihat sendiri Yuza yang sedang duduk.     

Yuza dan Peter segera tahu kedatangan Woojae yang langsung menatap tajam ke Yuza.     

"Wah, ini akan seru! Persaingan penampilan dua pria terkenal di acara ini!" celoteh Peter.     

"Sshh!" Yuza segera menyenggol lengan Peter agar kawannya segera tutup mulut daripada membuat suasana makin tidak kondusif.     

"Humph!" Woojae mendengus tak senang ketika melihat riasan Yuza terlihat fantastis menyamai dirinya. Ia segera keluar untuk mencari tahu make up artist mana yang sudah merias Yuza tadi.     

.     

.     

Waktu yang dinanti semua peserta pun tiba. Mereka bergegas keluar dari ruang tunggu dan mulai berdiri di belakang panggung, siap keluar ketika dipanggil.     

Program acara survival pun dimulai dan disiarkan secara live di televisi dan di Yutub. Peserta mulai dipanggil ke atas panggung satu demi satu dan menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Termasuk Yuza.     

Namun, kemunculan Yuza tentu saja yang paling dinanti banyak penonton. Itulah kenapa ketika dia muncul di panggung, sorakan mulai terdengar riuh dari arah penonton di studio. Yuza tersenyum agak canggung. Dia tidak mengira masih banyak yang mau mendukung dia setelah berbagai rumor tak sedap mengenai dia beredar beberapa waktu lalu.     

Yuza melambai dan membungkukkan badan ke arah penonton dan para juri penilai semuanya, lalu duduk di kursinya.     

Pembawa acara ternyata memang menanyai dia sehubungan dengan cidera yang dia alami. Yuza dengan muda memperlihatkan sikunya yang masih dibalut perban. Namun, ketika pembawa acara ingin melihat cidera di lutut, Yuza hanya tertawa.     

"Ha ha ha, ya, tentu saja kau akan kesulitan menggulung celanamu ke atas, ya kan Yuza? Nanti bisa-bisa penggemarmu pingsan melihat betismu atau pahamu, ha ha," canda si pembawa acara. Yuza ikut tertawa dan kemudian perhatian berganti ke peserta lainnya.     

Ketika semua peserta sudah masuk ke panggung, mereka harus menari bersama lagu acara tersebut. Hanya Yuza yang duduk saja tidak melakukan apapun. Ia merasa payah dan tak berguna.     

Yuza bertanya-tanya, untuk apa dia ikut malam final ini jika hanya duduk begini saja seperti orang cacat?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.