Inevitable Fate [Indonesia]

Karma Untuk Seungwan



Karma Untuk Seungwan

0"Bagaimana jika aku katakan bahwa kau masih memiliki jalan untuk menjadi idol?" Wei Ying mendekat sambil membawa buah pir bersamanya, satu diberikan ke Yuza dan satu lagi dia gigit.     
0

"Jalan apa lagi yang aku bisa harapkan?" Yuza tak mengerti. Dia sudah ingin menyerah saja jika ini selalu menuntut dirinya tumbang atau berada dalam kemalangan.     

"Aku sudah mengumpulkan beberapa hal sehubungan dengan insidenmu ini. Kau ingat siapa yang menyenggolmu di tangga?"     

"Ya, dia Seungwan."     

"Apa kau tahu, sebelum ini, beberapa minggu lalu, dia juga melakukan hal serupa pada peserta bernama Jiseung yang kala itu ada di peringkat kedua dan memiliki kans untuk di peringkat pertama pada evaluasi berikutnya. Namun, tiba-tiba saja … bum! Jiseung terjatuh dari tangga dan mengalami patah tulang di siku dan pergelangan kakinya hingga dia harus operasi. Kau tahu itu?"     

Yuza membelalakkan matanya karena sungguh heran dengan temuan Wei Ying ini. "Dia … dia melakukan itu pada Jiseung?"     

"Tsk, kau ini kadang terlalu acuh tak acuh pada sekitarmu, itulah kenapa kau mudah ditindas karena kau tidak waspada pada sekelilingmu. Kalau kau pandai mengamati dan menilai sepertiku, kau setidaknya tidak sesial ini."     

"Aarghh … Ying, jangan makin membuatku buruk dengan ucapanmu itu," erang Yuza penuh tatapan tak berdaya. Dia akui dia memang kurang waspada dan kurang memperhatikan sekelilingnya, berbeda dengan Wei Ying yang terlihat cuek tapi sebenarnya pemikir dan pengamat ulung.     

Wei Ying tertawa santai dan berkata, "Pokoknya, serahkan saja ini padaku, aku akan buat si Seungwan itu menerima karmanya! Dia hampir membunuh kau dan Jiseung, ya kan! Mana bisa itu lolos terus menerus! Harus dihentikan!"     

"Yah, aku memang bisa apa kalau sudah dalam kondisi menyedihkan begini? Berjalan saja masih kesusahan." Yuza menatap pahit ke lututnya yang masih memar dan bengkak.     

Mendadak, ponsel Yuza bergetar di dekatnya. Yuza meraih benda itu dan melihat di layarnya, ada nama Nathan Ryuu, ia pun segera mengangkatnya.     

"Yuza-kun! Kau luka? Kau cidera?" Suara Reiko sudah menyembur di telinga Yuza.     

"A-aku … Reiko-chan …." Yuza terkejut.     

"Biarkan aku melihatnya! Ubah jadi video call saja!" Reiko tidak menunggu respon Yuza dan mengganti menjadi video call.     

Mau tak mau, Yuza merasa tak berdaya. Dia sedang dalam kondisi terburuknya dan sepertinya dia saat ini sangat kumal dan tidak ganteng, sungguh akan memalukan dilihat langsung oleh Reiko, tapi mau bagaimana lagi? "Re-Reiko-chan."     

"Perlihatkan padaku lukamu!" Reiko bersikeras.     

Tentu saja Yuza tidak memiliki pilihan lain dan mengarahkan layar ponselnya pada siku dan juga lututnya.     

"Itu! Itu pasti sakit, ya kan Yuza-kun?" Reiko semakin panik melihat perban yang membebat siku dan lutut Yuza.     

"He he, ya begitulah." Yuza terkekeh masam.     

"Siapa yang membuatmu jadi begitu, Yuza-kun? Katakan, siapa!" Reiko sepertinya geram.     

Segera saja, wajah Nathan Ryuu muncul juga di layar ponsel Yuza. "Halo, Yuza-kun. Maaf jika istriku ini sungguh tidak sabar dan ingin segera menghubungimu usai dia mengetahui tentang cideramu dari postingan seseorang di Twiter."     

"Um, iya, tidak apa-apa, Tuan Ryuu. Aku sangat berterima kasih atas perhatian kalian berdua." Yuza bersyukur dia masih memiliki orang-orang yang perduli padanya. Sebelum ini, Shingo sudah meneleponnya beberapa jam sebelum Reiko dan Nathan Ryuu.     

Wei Ying masih ada di sana ketika Yuza berbincang dengan Reiko dan Nathan Ryuu. Ia memberikan kode ke Yuza agar dia diperbolehkan bicara pada Nathan Ryuu.     

Yuza meski ragu, dia pun akhirnya menyerahkan ponselnya ke Wei Ying sesudah berkata ke Nathan Ryuu, katanya, "Tuan Ryuu, ada seseorang yang ingin berbicara pada Anda. Dia adalah orang yang memiliki rekaman yang waktu dulu itu."     

"Ohh, ya, siapa namanya?" tanya Nathan Ryuu.     

"Dia Wei Ying, dari Tiongkok." Lalu, Yuza pun memberikan ponsel ke Wei Ying.     

"Halo, Tuan Ryuu, salam kenal dan salam hormat dari saya, Wei Ying," sapa Wei Ying ramah ke Nathan Ryuu.     

"Wah, nihongo kamu bagus dan fasih, yah!" Nathan Ryuu terpukau.     

"He he, saya pernah mengalami masa kecil cukup lama di Jepang, Tuan. Hanya nihongo terbatas saja yang aku kuasai." Wei Ying merendah, lalu melanjutkan, "Tuan, aku memiliki tersangka dan mungkin ditambah juga … dalang dari insiden jatuhnya Yuza."     

"Benarkah?" Reiko segera muncul di layar.     

Wei Ying terkejut karena menurutnya, Reiko lebih cantik ketimbang di fotonya. "Ahh, salam kenal untuk Anda. Dan ya, aku memiliki bukti rekaman mengenai itu."     

Ucapan Wei Ying tidak hanya membuat mata Reiko membelalak lebar, namun juga Yuza. Ia segera mengirimkan bukti rekaman itu kepada Nathan Ryuu.     

"Silahkan Tuan Ryuu menangani ini." Demikian Wei Ying mempercayakan rekaman itu ke Onodera Ryuzaki.     

"Terima kasih untuk rekaman ini, Wei Ying. Aku akan memproses dengan cepat tindakan yang seharusnya. Akan kupastikan orang-orang yang berbuat jahat menerima budi baik dariku." Nathan Ryuu memunculkan senyum iblisnya sebelum akhirnya menyudahi video call.     

Apakah ada yang terjadi setelah itu?     

Pertama-tama, Wei Ying mengumpulkan bukti dari rekaman cctv mengenai insiden yang menyangkut jatuhnya Jiseung dan juga Yuza kala itu di tangga. Dia harus menyuap petugas pengawas cctv di sana dengan beberapa tumpuk uang. Tak apa, itu sebanding dengan keadilan yang akan dia tegakkan.     

Setelahnya, dia menyerahkan rekaman cctv itu ke teman dia di luar dorm dan menginstruksikan agar si teman lekas mempostingnya di SNS atau platform manapun yang bisa lekas diketahui publik.     

Segera, ada postingan yang menyodorkan rekaman cctv tentang Seungwan yang menyenggol Jiseung dan Yuza di tangga. Caption-nya: "Sepertinya Dia Hobi Menyenggol Pesaing Dia Hingga Jatuh. Apa Dia Ingin Membunuh Mereka? Calon Idol yang Mengerikan!"     

Dalam waktu singkat, berita itu bagaikan api terkena bensin di padang rumput kering. Korea pun gempar, dunia juga heboh. Orang tidak menyangka persaingan menjadi idol bisa begitu berdampak buruk terhadap kejiwaan remaja.     

Mereka langsung menghujat Seungwan habis-habisan dan mulai melakukan cancel culture terhadap si calon idol itu.     

Seungwan yang menjadi tersangka pun panik. Dia sampai memohon dan berlutut pada Woojae agar diselamatkan. Apalagi, orang tua Jiseung mulai menuntut Seungwan dengan tuduhan percobaan pembunuhan, itu sebuah tuntutan yang serius. Jika ditambah orang tua Yuza menuntut juga, maka habislah Seungwan.     

Woojae mendorong Seungwan. "Jangan dekat-dekat padaku agar kau tidak menularkan virusmu!" Ia tidak ingin dikait-kaitkan dengan Seungwan yang sepertinya sudah tidak bisa diharapkan. Bisa-bisa, dia ikut diseret apabila terlalu dekat dengan pemuda itu.     

"Ta-tapi, bos, bukankah ini atas perintahmu?" Seungwan mencoba mengingatkan Woojae mengenai itu.     

Brukk!     

Woojae sudah menekan Seungwan di tembok sambil tangannya mencekik pemuda ambisius itu. "Jangan sekali-kali aku dengar kalimat seperti itu dari mulutmu lagi atau aku bisa memastikan kau bisa kehilangan lidahmu, mengerti?"     

"Ta-tapi bos yang … urrhhh! Errkkhh!" Seungwan kian dicekik oleh Woojae.     

"Kau sendiri yang memiliki rencana penyenggolan itu, bukan aku! Apa kau tidak ingat itu, hah! Ingat, jangan sebut-sebut namaku atau kau ucapkan selamat tinggal pada lidahmu ketika kau dipenjara. Aku bisa memastikan itu." Lalu, Woojae pun melepaskan cekikannya hingga Seungwan terbatuk-batuk, dan pergi begitu saja meninggalkan Seungwan yang menyedihkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.