Inevitable Fate [Indonesia]

Memutuskan Nama Grup dan Leader



Memutuskan Nama Grup dan Leader

0"Sekarang, poin untuk vocal." Naoko melihat lagi ke tablet usai dia mengumumkan hasil evaluasi dance.     
0

"Poin untuk Tami … 9,1."     

"Wuaahh …." Keempat gadis mendesah keras untuk Tami dan Reiko mengacungkan ibu jari ke arahnya. Ia mengakui suara Tami memang bagus.     

"Poin Aoi … 8,5."     

"Reiko … poinmu 9,4."     

"Hebat!" Aoi memuji hasil poin vocal Reiko, diiringi desah kagum dari Tami dan Yuka.     

"Ayuka … 8,7."     

"Rurika … poinnya adalah 9,2."     

"Poinku hanya 9,2?" Rurika segera bertanya usai poin dia disebutkan.     

"Kenapa? Apa kau tidak puas?" tanya Naoko.     

"Tidak mungkin poinku ada di bawah dia." Rurika menunjuk ke Reiko.     

"Hei! Di atas langit masih ada galaksi, mengerti?" Aoi lekas menanggapi Rurika. Dia sudah siap ribut dengan si tuan putri jika tidak segera dihentikan Tami dan Maida juga.     

"Kalau kau tidak puas dengan hasil ini, maka … berusahalah lebih keras di evaluasi mendatang." Naoko santai saja menanggapi Rurika. Dia masih mengingat gadis yang terlalu congkak itu.     

Rurika sudah hendak melantunkan protesnya lagi ketika Hanzo menegur, "Rurika, hargai penilaian kami." Maka, Rurika hanya bisa menggertakkan gerahamnya sambil menahan diri.     

"Untuk evaluasi bahasa Inggris kalian … Tami 9,6. Aoi 8,3. Reiko 9,1. Ayuka 8,9. Rurika 9,5." Naoko dengan cepat memberikan hasil evaluasi bahasa Inggris mereka.     

"Aku kalah dari dia?" Lagi-lagi, Rurika geram karena kalah poin dari Tami.     

"Berusahalah lagi untuk minggu depan, yah adik kecil." Aoi kali ini menanggapi dengan sikap sangat santai sambil mengibas-kibaskan tangan, seolah meledek Rurika.     

"Kau!"     

"Hei, hei, tidak usah diributkan, bisa?" Hanzo lekas menyeru dengan suara tegas.     

"Baiklah, sekarang aku hendak memberikan 2 pilihan untuk nama grup kalian. Biasanya kami akan menentukan secara absolut tanpa melibatkan trainee. Tapi, Emiko-san mengusulkan lain dari biasanya dan dia memberikan 2 pilihan. Kalian bisa berunding dan memilih salah satunya." Naoko menyerahkan tablet ke Maida sambil mengamati satu demi satu trainee di depannya.     

Mata Naoko masih menatap kelima gadis itu dan dia seakan sedang memindai mereka satu demi satu dari atas sampai bawah. Sementara para gadis menanti dengan tegang. Nama macam apa yang disodorkan pihak agensi pada mereka nantinya?     

Ada 2, nama yang dipilihkan ada 2. Mereka harus berunding dan sepakat memutuskan 1 nama.     

"Oke, nama yang pertama …." Naoko menatap kelimanya bergantian, dan mengucap, "GGG. Glow and Glorious Girls, GGG, triple G, atau bisa juga … G3. Itu opsi pertama."     

Kelima gadis terdiam sambil masing-masing di benak mereka memikirkan nama tersebut.     

"Opsi kedua … Synthesa. Kepanjangannya … Synchronize of The Super Adorable." Naoko selesai menyebutkan dua opsi nama untuk grup mereka. "Nah, aku beri kalian waktu untuk berunding selama … 5 menit."     

"Ayo." Tami lekas mengumpulkan para gadis membentuk lingkaran dan berdiri menjauh dari para manajer. "Bagaimana kalau voting agar cepat?"     

"Baiklah," sahut Aoi. "Aku memilih G3."     

"Aku … Synthesa." Reiko memberikan suara.     

"Aku juga Synthesa." Tami juga memberikan suara sama seperti Reiko.     

"Bagaimana denganmu, Yuka-chan?" Aoi bertanya ke si pendiam. Semua gadis menoleh ke Yuka, menunggu jawaban darinya.     

"Aku … G3." Yuka menjawab lirih.     

Kini keputusan akhir voting terletak di tangan Rurika. Dia menyeringai, merasa dirinya adalah penentu.     

"Cepat katakan pilihanmu," desak Aoi tak sabar melihat Rurika malah senyum-senyum tak jelas.     

Tadinya, Rurika hendak memilih G3, namun karena Aoi sudah memilih itu, dan dia tidak suka Aoi, maka dia pun mengganti pilihannya. "Synthesa, tentu saja."     

"Baiklah, kalau begitu Synthesa. Karena … G3? Huh! Nama macam apa itu?" Rurika mencibir sambil mencemooh.     

"Kau tidak usah repot-repot mengumbar napas busukmu itu hanya untuk menjelekkan sesuatu, nona kecil. Kupikir nama Synthesa juga ternyata bagus, kok!" Aoi balas mencibir sambil menyeringai.     

"Baiklah, sudah membuat keputusan?" tanya Naoko.     

"Sudah, Naoko-san." Tami menyahut dan mereka kembali ke depan Naoko dan beberapa manajer.     

"Jadi, nama apa?" tanya Naoko.     

"Synthesa." Tami menjawab dengan mantap sambil menganggukkan kepala sekali untuk mempertegas ucapannya.     

"Oke, Synthesa kalau begitu." Naoko melirik ke Maida yang langsung mengetik di tabletnya. "Karena nama grup sudah didapatkan, sekarang, aku akan memilih leader untuk Synthesa."     

Sekali lagi, suasana hening meski mata Naoko terus mengamati mereka seperti tadi.     

"Aku dan tim manajer sudah berunding dan kami sudah memiliki nama yang akan berperan sebagai leader grup." Naoko berbicara dan menjeda sejenak agar tercipta suasana tegang dulu. Kelima gadis memang menunggu penuh berdebar. "Kami memilih … Tami sebagai leader Synthesa."     

"Wah! Tami-chan!" Aoi segera melonjak senang. Reiko mengangguk disertai wajah cerahnya. Ini benar-benar sesuai dengan harapan dan juga prediksi dia. Yuka tersenyum simpul tanpa banyak bicara.     

Sedangkan Rurika, wajahnya terlihat masam, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Sepertinya dia malas protes jika nantinya hanya akan membuat dia ditegur Hanzo atau manajer yang lain.     

"Naoko-san, kalian … apakah kalian yakin kalian memilih aku?" tanya Tami usai mendapatkan ucapan selamat dari Aoi dan Reiko.     

Naoko mengangguk terlebih dahulu sebelum menjawab, "Kami melihat bagaimana kamu bisa meredam teman-temanmu ketika mereka berdebat. Dan juga kami melihat kau memiliki leadership yang baik. Kenapa? Apakah kau keberatan dengan keputusan kami?"     

Tidak berani membantah keputusan agensi, tentu saja Tami menjawab, "Tidak, aku tentu saja akan mematuhi apapun keputusan agensi."     

"Bagus. Nah, semuanya sudah aku sampaikan. Dan silahkan kalian lanjutkan jadwal kalian hari ini. Sampai jumpa pada evaluasi minggu depan. Aku harap, poin kalian bisa lebih seragam dalam segala aspek, Synthesa." Naoko bersiap pergi.     

"Baik! Terima kasih, Naoko-san!" Para gadis serempak mengucapkan itu kecuali Rurika.     

Kemudian, Naoko pun melangkah pergi dari ruangan itu bersama Hanzo, sedangkan Maida masih tinggal di sana.     

"Kalian, apabila kalian menemukan kesulitan atau pun keluhan apapun sehubungan dengan pelatihan, tolong datang pada aku dan kita bisa bicarakan bersama untuk mencari solusi, mengerti?" ucap Maida pada kelima trainee yang kini sudah tergabung dalam grup bernama Synthesa.     

"Baik, Maida-san!" serempak mereka, meski tanpa Rurika, seperti yang sudah-sudah.     

Wajah Rurika masam sejak tadi, sepertinya dia memiliki banyak keluhan, tapi masih ingin berdiam diri dulu.     

Setelah jam bergulir ke 9 malam dan jadwal hari ini tuntas selesai, maka para trainee keluar dari ruang vocal.     

.     

.     

Di sebuah hotel bintang lima, ada suara gerutuan di salah satu kamar, "Sialan! Kenapa poin vocal aku bisa kalah?"     

"Lulu, yang penting poin dance kamu paling tinggi, ya kan?"     

Rupanya di sana ada Rurika dan Ronin, menghabiskan waktu intim beberapa saat.     

"Itu juga! Kenapa poin dance aku hanya berjarak sedikit dari Reiko? Kenapa poin dance aku tidak 10 sempurna? Ronin, apakah kau tidak memberiku nilai sempurna?" Rupanya Rurika masih tidak puas meski poin dance dia paling tinggi. Dia ingin poin sempurna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.