Inevitable Fate [Indonesia]

Di Balik Penilaian Dalam Evaluasi



Di Balik Penilaian Dalam Evaluasi

0Malam itu, usai pemberitahuan hasil evaluasi bulan pertama kelima gadis trainee, Rurika menyewa hotel untuk menghabiskan waktu intim bersama Ronin.     
0

Di sana, dia marah-marah karena tidak puas akan hasil poin evaluasi dia yang dinilai kurang tinggi. Padahal Ronin sudah menghibur dengan mengatakan poin dance Rurika paling tinggi dibandingkan 4 lainnya.     

"Itu juga! Kenapa poin dance aku hanya berjarak sedikit dari Reiko? Kenapa poin dance aku tidak 10 sempurna? Ronin, apakah kau tidak memberiku nilai sempurna?" Rupanya Rurika masih tidak puas meski poin dance dia paling tinggi. Dia ingin poin sempurna.     

"Lulu …." Ronin menatap putus asa ke Rurika.     

Rurika lekas mengubah sikapnya dari marah-marah menjadi manja merayu ke Ronin. Katanya, "Ronin sayankku … tidak bisakah kau memberikan poin sempurna untukku?"     

"Aku sudah memberikan nilai sempurna untukmu, Lulu sayank. Tapi … pelatih dance kalian bukan hanya aku saja, ya kan? Mungkin Mio-san sebagai pelatih utama kalian tidak memberikan skor sempurna sepertiku."     

"Huh! Sepertinya Mio memiliki sentiment tersendiri padaku." Rurika memanyunkan bibirnya, kesal luar biasa. Dia mengira dia akan dengan mudah mendapatkan poin-poin begitu tinggi meninggalkan poin empat lainnya jika dia berhasil merayu beberapa pelatih.     

Tidak hanya Ronin saja yang ditaklukkan dan dirayu oleh Rurika, namun Sanata Daigo yang merupakan pelath vocal, dan juga Marcus Elliot sebagai pelatih bahasa Inggris mereka pun sudah berhasil dibujuk Rurika untuk memberikan nilai tinggi untuk evaluasi yang lalu.     

Hanya pelatih-pelatih perempuan saja yang tidak mungkin dirayu Rurika menggunakan tubuhnya. Sementara ini, Rurika masih memikirkan cara bagaimana agar dia juga bisa 'menggenggam' para pelatih perempuan tanpa perlu menyodorkan tubuh seperti yang dia lakukan ke para pelatih lelaki.     

"Huh! Bahkan aku juga tidak ditunjuk sebagai leader grup …." Rurika segera menampilkan wajah nelangsa seolah dia gadis yang ditindas dan dirugikan semua orang.     

Ronin meraih tubuh Rurika yang dia anggap sebagai kekasihnya, dan membujuk, "Jangan sedih begitu, sayank … menjadi leader grup bukan segalanya, kok!"     

"Tapi … jika nantinya grup mulai tampil di depan publik, pasti leader akan yang pertama menjadi perhatian publik dan wartawan." Rurika merajuk manja.     

"Kenapa kau tidak menjadi si bungsu yang menawan saja?" usul Ronin masih berusaha menghibur 'kekasihnya'. Malangnya lelaki ini, mengira Rurika hanya miliknya semata.     

"Si bungsu yang menawan?" Rurika memikirkan usul Ronin.     

"Ya, kalau di Korea, di Kpop ada istilah Golden Maknae untuk member paling muda yang lebih cemerlang dan bersinar ketimbang member lainnya. Nah, kenapa kau tidak menjadi itu saja? Aku pikir itu juga akan mencuri perhatian publik, aku yakin itu!" Ronin menggoyang-goyangkan tubuh Rurika sambil memeluknya.     

Sekali lagi, Rurika berpikir sejenak mengenai saran dari Ronin. "Hm, sepertinya itu tidak buruk. Si bungsu yang menawan. Hi hi, aku suka itu! Aku suka sebutan itu!" Ia mulai cerah kembali wajahnya.     

"Nah! Maka dari itu, kau tidak perlu kesal hanya karena masalah leader, sayank. Perlu kau ketahui, menjadi leader grup itu sangat amat merepotkan! Lebih enak menjadi si bungsu yang menawan, tidak perlu susah payah karena kau sudah menawan apa adanya, sayank. Tak perlu repot, kau sudah cemerlang dan bersinar, ya kan?" bujuk Ronin.     

Senyum Rurika makin lebar, dia kian senang mendengar ucapan Ronin. Sebagai sosok yang haus pujian dan pengakuan, Rurika menyukai bujukan dari Ronin tersebut.     

Karenanya, Rurika pun mulai mendorong Ronin ke kasur dan menindih selangkangannya sambil menampilkan wajah binalnya. "Sayank, kau harus diberi hadiah atas usulmu itu, ya kan?" Lalu, dia mulai merosot ke selatan Ronin dan membuka selimut yang menutupi sesuatu agar bisa dia lumat dan hisap dengan penuh perhatian.     

-0-0—00—0-0-     

Lain yang terjadi dengan Reiko, lain pula apa yang terjadi pada Yuza.     

Sebulan ini, sudah ada 4 evaluasi yang disiarkan di televisi mengenai peringkat para peserta acara survival show tersebut.     

Di minggu ini, peringkat Yuza mendadak merosot di peringkat 11, padahal sebelumnya selalu ada di peringkat 5 besar. Ini sungguh mengejutkan banyak orang.     

Banyak warganet yang berspekulasi liar bahwa ini ada permainan curang di dalam acara itu. Hasil voting kemungkinan diutak-atik oleh petinggi pemilik acara, itu kata banyak warganet.     

Tidak bisa dipungkiri, Yuza telah menarik perhatian banyak warganet di dunia yang bisa menyaksikan acara tersebut. Yuza telah memikat hati begitu banyak gadis di seantero dunia yang mengikuti program survival itu.     

Yuza pandai bernyanyi, pandai dance, dan tampan pula! Sungguh kombinasi komplit dan sempurna. Apalagi, Yuza merupakan trainee kebanggaan warga Jepang karena selama sekian minggu berhasil di 5 besar terus sebelum akhirnya lengser di peringkat 11, begitu jauh dari yang sebelumnya!     

Yang lebih membuat curiga warganet adalah … posisi 10 besar minggu terakhir diisi oleh peserta dari Korea semua. Hal ini menimbulkan banyak komentar miring bernada cibiran pada pihak pelaksana acara.     

Namun, Yuza malah makin terdorong semangatnya ketika mengetahui hasil voting dia ada di peringkat 11. Dia harus lebih baik lagi dari yang lalu! Dia tidak boleh mengecewakan harapan orang-orang terhadapnya, terutama harapan Nathan Ryuu yang telah banyak mendukung dia.     

Pagi ini, Yuza yang harus tinggal dengan semua peserta dalam satu rumah besar, dia lekas bangun dan ingin mandi sebelum jadwal latihan dimulai.     

Yuza tinggal satu kamar dengan 5 peserta lainnya. Ketika dia hendak masuk ke kamar mandi, segera saja peserta lain menyerobot dia ke dalam kamar mandi dan lekas mengunci pintu, menyebabkan Yuza melongo.     

"H-hei! Aku sudah duluan ke pintu ini!" Yuza mengetuk pintu tadi.     

Namun, jawaban dari dalam hanyalah, "Siapa cepat dia dapat, he he he. Maaf, yah Yuza!"     

"Hgh!" Mendesah, Yuza pun kembali ke kasurnya, menunggu rekan tadi menyelesaikan kegiatannya di dalam kamar mandi.     

Tapi, setelah menunggu setengah jam lebih, rekannya tadi masih juga belum keluar dari kamar mandi. Ini membuat Yuza panik. Dia lekas datang ke depan pintu dan menggedornya, "Yonghae! Oi, Yonghae! Kenapa lama sekali! Ini sudah hampir jam latihan!"     

"Ohh, sori Yuza, sepertinya ini masih agak lama. Kau cari kamar mandi lainnya saja!" Yonghae di dalam dengan santainya menjawab.     

Sementara Yuza sedang menggerutu di depan pintu kamar mandi, rekan lainnya dari Tiongkok, Zhao Fei, bertanya dengan heran ke Yuza, "Kau belum mandi?"     

"Belum. Tadi aku sudah hampir masuk ke kamar mandi tapi Yonghae menyerobotku," keluh Yuza.     

"Coba kau ke kamar lain, siapa tahu mereka sudah ada kamar mandi yang kosong." Peserta dari Tiongkok lainnya, Wei Ying, menyarankan.     

"Hm, oke." Yuza pun membawa handuk dan peralatan mandi lainnya keluar kamar dan berjalan ke kamar di sekitarnya untuk melihat apakah ada kamar mandi kosong yang bisa dia gunakan.     

"Ohh, sori, penuh."     

"Sori, Yuza, masih dipakai."     

"Ups, hendak kupakai sendiri, bye!"     

Yuza menghela napas, tidak berhasil menemukan kamar mandi kosong di kamar lain. Bagaimana ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.