Inevitable Fate [Indonesia]

Yonghae Tertangkap Basah



Yonghae Tertangkap Basah

0Ketika Yuza hendak masuk ke pintu belakang dorm, betapa kagetnya sewaktu dia mendapati pintu di sana terkunci dan tidak ada yang menyahut ketika dia mengetuk-ketuk berulang kali.     
0

Haruskah dia berdiri terus di luar saat malam musim dingin begini?     

Sekali lagi, dia mengetuk, kali ini agak lebih keras daripada sebelumnya. Tapi, tetap saja tidak ada sahutan.     

Hingga nyaris satu jam lamanya Yuza berdiri di sana dan kedinginan. Dia merapatkan jaket tebal dia sambil mendekap bungkusan berisi sepatu baru dan beberapa barang lainnya.     

Dia pun telah berulang kali mencoba menelepon Wei Ying, namun tidak ada jawaban. Jangan-jangan Wei Ying sudah tidur. Yuza merasa putus asa. Tapi, ini masih terlalu sore bagi mereka untuk tidur. Baru jam setengah 9 malam.     

Beberapa orang di gang itu menatap heran ke Yuza yang berdiri kedinginan di depan pintu kayu besar, namun mengabaikan dengan cepat, mengira Yuza hanyalah orang tak penting.     

Pintu belakang dorm ini memang tidak akan disangka orang sekitar memiliki kaitan dengan dorm tempat para calon idol berada.     

Baiklah, dia akan mencoba sekali lagi untuk menelepon Wei Ying. Siapa tahu pemuda satu kamarnya itu belum tidur dan hanya sedang mengobrol dengan peserta lainnya saja.     

Menunggu telepon diangkat, Yuza sudah nyaris membeku.     

"Halo?" Akhirnya terdengar suara Wei Ying di sana.     

"We-Wei Ying, tolong … tolong bukakan pintu untukku." Suara Yuza sampai gemetar.     

"Ohh, baiklah! Baiklah! Pintu belakang, kan? Tunggu!" Wei Ying menutup telepon dan bergegas ke arah pintu belakang.     

Sesampainya di pintu belakang, Wei Ying heran karena tidak ada satu orang pun berjaga di sana. Bahkan pintu itu digembok! Padahal, biasanya jika ada peserta yang sedang keluar, akan ada penjaga menunggui pintu itu.     

Ia mencari penjaga di posnya dan meminta kunci gembok. Ternyata para penjaga sedang berpesta miras di ruangan posnya. Wei Ying ingin marah tapi urung.     

Wei Ying tidak ingin banyak menduga-duga dan lekas membuka gembok dengan menggunakan kunci yang dia dapatkan dari penjaga di pos. "Yuza! Ya ampun, kau pasti kedinginan!"     

"I-iya." Yuza tersenyum sambil bibirnya gemetar. Ia lekas masuk dan Wei Ying menutup pintu itu dan menggemboknya lagi.     

"Apakah kau tadi pergi tidak pamit ke penjaga?" tanya Wei Ying.     

"Tentu saja aku pamit. Bahkan aku juga pamit ke kepala dorm. Kenapa?" tanya balik Yuza.     

"Ahh, tidak. Tidak apa-apa, hanya sekedar bertanya saja." Wei Ying menyimpan sendiri keheranannya. Jika memang Yuza pamit ke penjaga, tentunya pintu tidak akan digembok oleh penjaga, kan? "Maaf, tadi aku sedang berlatih dance sehingga tak tahu kau meneleponku."     

"Ohh, pantas saja. Tapi, tadi aku mengira kau sudah tidur."     

"Tidak mungkin aku tidur secepat itu, ya kan? Kau kan sudah paham kebiasaanku."     

"Ha ha ha, iya."     

Yuza dan Wei Ying pun melangkah masuk ke dalam setelah Wei Ying mengembalikan kunci kepada penjaga.     

Melihat itu, Yuza sedikit heran. "Ehh? Kenapa kau mengembalikan kunci? Memangnya tadi pintunya digembok?"     

Rasanya Wei Ying tidak mungkin menyembunyikan ini terus dari Yuza. Ia pun mengangguk. "Ya, tadi aku lihat pintu belakang digembok."     

Rasanya ada yang ingin mendidih meluap keluar dari dada Yuza. Sebagai orang berkarakter lugas dan panas, Yuza tentu saja ingin menghardik para penjaga itu.     

Bagaimana bisa pintu malah digembok ketika mereka mengetahui bahwa dia sedang berada di luar! Padahal mereka tahu persis dia berpamitan pada mereka tadi, kan! Lalu kenapa—     

Ingin benar Yuza menyemprot mereka, tapi segera saja dia tersadar bahwa jika dia melakukan itu, melakukan apa yang biasanya dia lakukan di Jepang jika dia mendapati sesuatu yang buruk atau tak adil di depan mata, dia akan meruntuhkan kesempatan dia ini.     

Dia sudah mencapai sejauh ini di Korea, bahkan sudah didukung begitu banyak orang, terutama Nathan Ryuu. Mana mungkin dia mengecewakan mereka semua hanya karena dia tidak bisa menahan emosi?     

Selama ini, dia sudah menahan segala macam emosi dengan sebaik-baiknya sejak dia di dorm ini, bertekad untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan menjadi idol.     

Jika dia bersikap frontal seperti dulu, bukankah dia sama saja mencoreng muka para pendukungnya?     

Maka, tidak! Dia tidak boleh lepas kendali dan telan saja amarah serta kecewanya saat ini. Jalannya masih panjang dan tentu akan lebih berliku setelah ini.     

Dia tidak boleh menyerah hanya gara-gara hal sepele seperti gembok, meski hampir saja dia mati kedinginan di luar tadi.     

Kembali ke kamar dormnya, Yuza lekas melepas jaketnya dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi air hangat sebelum terlambat dan terkena demam.     

Yuza menitipkan sepatu dan barang belanjaannya ke Wei Ying yang duduk di tepi kasur sambil memainkan ponselnya, menunggu kesempatan menggunakan kamar mandi setelah dia berlatih dance sebelum ini.     

"Ohh, Yuza sudah pulang, yah?" Zhao Fei masuk ke kamar bersama Yonghae dan Peter. Mereka juga baru selesai berlatih dance.     

Terkadang, karena terlalu ingin meningkatkan skill dance, banyak peserta yang berlatih dance kapanpun ada waktu luang, termasuk malam begini ketika mendekati jam tidur.     

"Ya, dia baru saja pulang dan sedang mandi." Wei Ying menjawab. Perhatiannya tertuju ke Yonghae yang seperti mencari-cari sesuatu dengan matanya ke arah kasur Yuza.     

"Dia jadi beli sepatu?" tanya Yonghae ke Wei Ying.     

"Ya, jadi." Wei Ying menjawab.     

"Mana sepatunya?" Yonghae bertanya lagi.     

"Kenapa ingin tahu sepatunya?" Kening Wei Ying berkerut heran.     

"Ohh, hanya sekedar penasaran saja ingin melihat. Tidak apa-apa, kan?" balas Yonghae sambil tersenyum dan bersiap hendak menggunakan kamar mandi juga.     

Tapi, kemudian, Yonghae malah keluar lagi dari kamar. "Aku hendak ke kamar sebelah dulu, yah!"     

"Un." Wei Ying menjawab asal sambil matanya tertuju ke layar ponselnya. Mereka semua masih diperbolehkan membawa ponsel ke dorm, tapi ketika mereka sudah menjadi trainee sebenarnya, maka jangan harap bisa leluasa menggunakan ponsel.     

Kemudian, Yuza keluar dari kamar mandi dan merasa lebih segar dan hangat. Wei Ying ganti masuk.     

Malam itu, satu jam berikutnya, semua peserta sudah harus masuk kembali ke kamar masing-masing dan akan diperiksa kepala dorm nantinya.     

Yuza tertidur lelap, sangat lega dirinya tidak mendapatkan demam seperti yang dia khawatirkan.     

Dan setelah kepala dorm selesai memeriksa semua kamar, suasana pun sunyi.     

Di saat itu, ada yang bergerak turun dari ranjang dan berjalan ke arah Yuza, melirik ke bawah kasur, hendak mencari sepatu barunya. Dia adalah Yonghae.     

Di gelapnya malam, Yonghae hendak melakukan sesuatu pada sepatu itu. Namun, ketika dia melihat ke bagian bawah kasur Yuza, di sana memang ada sepatu baru pemuda itu, tapi … sepasang sepatu dimasukkan ke dalam perangkap tikus cukup besar dan diberi gembok dan rantai yang terhubung dengan kaki ranjang Yuza.     

"Tsk!" Gagal melakukan sesuatu pada sepatu itu, Yonghae pun kembali ke kasurnya sendiri.     

Dia tidak sadar bahwa tingkahnya diperhatikan secara diam-diam oleh Wei Ying.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.