Inevitable Fate [Indonesia]

Nathan Ryuu Menelepon



Nathan Ryuu Menelepon

0"Yonghae hanyalah pion." Wei Ying berkata dengan santai.     
0

Usai Wei Ying mengatakan itu, mata ketiganya melotot sempurna. Mereka makin antusias menatap Wei Ying.     

"Cepat katakan, Wei Ying, atau aku akan menghantuimu seumur hidup." Zhao Fei berlagak mengancam dengan wajah diseram-seramkan.     

Wei Ying tertawa sambil menoyor wajah Zhao Fei. "Ha ha, baiklah, karena aku malas bertemu hantumu, Zhao Fei, aku akan katakan siapa dalang utama di belakang Hongjae. Dia adalah …." Wei Ying sengaja menjeda beberapa saat sambil menatap ketiganya dengan pandangan menggoda. "… Woojae."     

"Woojae?" Ketiganya serempak berucap.     

"Ssstt! Jangan keras-keras, aduh-duh!" Wei Ying menampar lengan mereka bertiga.     

"Ohh, maaf! Maaf!" Peter segera meminta maaf sambil terkekeh.     

"Kenapa itu bisa Woojae?" tanya Zhao Fei.     

"Aku sudah mengamati Hongjae sejak insiden sepatu Yuza hilang untuk kedua kalinya. Aku amati, dia kerap bersama-sama dengan kelompok Woojae." Wei Ying mengawali penjelasannya.     

"Ohh! Benarkah? Aku sampai tak tahu hal itu." Zhao Fei menggeleng pasrah.     

"Kau kan memang orangnya serba tidak tahu, bodoh!" goda Wei Ying. Lalu melanjutkan, "Dan aku pernah memergoki juga suatu malam ketika Hongjae hendak melakukan sesuatu pada baju Yuza. Aku pura-pura batuk dan ingin minum malam itu sehingga Yonghae urung mengusili baju Yuza. Dan malam berikutnya, aku melakukan sedikit trik sehingga dia malah menggunting bajunya sendiri."     

"Wuahh! Wei Ying kau kejam! Ha ha ha, tapi aku suka! Itu pantas dia dapatkan!"     

"Lalu, mengenai dia tidur di lantai, jangan-jangan itu ulahmu?" Yuza mulai curiga.     

"He he, benar." Wei Ying mengakui tapi dia tidak bersedia menceritakan detilnya. "Oh ya, Yuza, kau ingat malam kau terkunci di luar usai beli sepatu?"     

"Ahh, ya, itu!" Yuza mengangguk dan teringat momen dia hampir mati beku di luar.     

"Aku sudah menyelidiki mengenai itu, dan aku dapatkan bahwa penjaga disuap oleh Woojae untuk menggembok pintu belakang."     

"Wow! Sejahat itu yah Woojae!" Peter terkejut.     

"Mungkin dia terlalu tidak ingin disaingi oleh Yuza." Zhao Fei memberikan dugaan.     

"Betul." Wei Ying mengangguk. "Selain itu, kelompok pengikut Woojae juga sekumpulan manusia rasis yang tidak ingin orang luar Korea mendapatkan peringkat atas."     

"Astaga, itu parah! Mereka hidup di jaman batu atau apa, sih! Kenapa masih bersikap rasis? Benar-benar sampah!" Zhao Fei geram.     

"Aku dengar, dia dari keluarga kaya." Peter menimpali.     

"Aku tak perduli. Memangnya, hanya karena dia dari keluarga kaya, dia berhak melakukan kejahatan?" Zhao Fei menoleh sengit ke Peter.     

"Hei, aku kan hanya mengungkapkan informasi saja, jangan malah menatap pahit padaku, Fei!" Peter menampar lengan Zhao Fei.     

Setelah penjelasan dari Wei Ying, Yuza merenung. Ternyata, dunia idol memang terkadang begitu keras, selain bersaing talenta, juga ada banyak persaingan kotor lainnya.     

Beberapa hari ini, Yuza dipandang sebelah mata oleh para peserta lainnya, terutama kelompok Woojae yang terang-terangan menatap hina ke Yuza.     

"Wah, ada sugar boy, nih!"     

"Jangan terlalu banyak sugar, nanti kau sakit, hi hi!"     

Yuza rasanya ingin sekali memukul mereka, namun Wei Ying menahan Yuza, menggeleng pada Yuza.     

Ini pun membuat Yuza surut dan berusaha bertahan di tengah gempuran rumor palsu pada dirinya.     

Setelah beberapa hari mengalami rumor palsu, Yuza teringat akan Reiko. Dulu, berapa kali Reiko mengalami rumor palsu, tuduhan sepihak, dan berbagai hujatan dan hinaan? Ternyata begini rasanya jika disalahpahami.     

Yuza jadi makin salut dan hormat pada Reiko akan ketabahan gadis itu saat digempur fitnahan demi fitnahan.     

Hingga pada suatu malam, Nathan Ryuu menghubungi Yuza. Untung saja itu adalah jam dimana mereka sudah usai melakukan semua jadwal.     

Yuza hendak lari ke kamar mandi untuk menerima telepon itu, tapi ditahan oleh Zhao Fei.     

Zhao Fei mendelik dan memberi kode untuk menerima di kamar saja, di depan mereka bertiga.     

Akhirnya dengan berat hati, Yuza menerimanya di depan ketiga teman sekamarnya. Dia sudah memercayai mereka, karenanya rela melakukan ini.     

"Loud speaker!" bisik Peter tak mau kalah saat dia dengan antusias mendekat ke Yuza.     

Yuza menghela napas dan melakukan seperti yang diinginkan Peter. Rasanya tak masalah juga dia melakukan itu, toh memangnya mereka paham bahasa Jepang? "Ya, Tuan Ryuu."     

"Yuza-kun, aku tidak mengira rekaman pembicaraan kita bisa tembus keluar sampai menjadi trending, yah! Ha ha ha! Sungguh luar biasa intel di dorm kamu!" Nathan Ryuu malah tergelak.     

"E-ehe he he … maaf, Tuan Ryuu, padahal aku sudah berusaha mencari tempat sepi waktu menerima telepon Tuan." Yuza jadi tak enak. "Maafkan aku, Tuan, benar-benar maafkan aku."     

"Tidak apa-apa. Ini sudah terjadi, mau bagaimana lagi, ha ha ha. Hanya … akhirnya Rei jadi geram karena dia malah tahu dari media sosial." Nathan Ryuu masih bisa berbicara santai.     

"Yuza-kun!" Mendadak, ada suara Reiko di sana juga.     

"A-ahh! Reiko-chan!" Yuza tak menduga bahwa Reiko juga ikut bicara selain Nathan Ryuu.     

"Yuza-kun, kau menyebalkan!" Reiko terdengar kesal. "Kau jarang membalas pesanku dan tidak pernah menghubungiku, bahkan susah aku hubungi. Tapi … kau dan Ryuu malah sering bicara di telepon, hmph! Kalian benar-benar nakal, yah!"     

"Re-Reiko-chan, maaf! Maafkan aku, he he … yah, kan aku tidak ingin mengganggu jadwal trainee Reiko-chan." Yuza terkekeh sambil menggaruk tengkuknya.     

Ketiga temannya masih terus memandangi Yuza. Peter dan Zhao Fei mengerutkan kening. Mereka berdua saling berpandangan, karena mereka tak paham yang dibicarakan Yuza dengan yang di seberang sana!     

"Setelah ini, aku tak mau Yuza-kun mengabaikan pesanku lagi, oke?" Reiko berkata.     

"A-ahh, iya, he he, baiklah." Yuza tertawa kikuk, merasa tak enak hati sendiri pada Nathan Ryuu. Jika dulu dia dengan gagahnya berkata hendak memperjuangkan Reiko meski Reiko sudah berhubungan dengan Nathan Ryuu, namun setelah mengetahui ternyata Reiko memiliki status sebagai istri Nathan Ryuu, mana mungkin Yuza masih berani ingin merebut Reiko dari si Onodera?     

"Yuza-kun," ucap Nathan Ryuu kembali. "apakah kau memiliki perkiraan siapa yang sekiranya merekam percakapan kita itu?"     

"Oh, itu … ada! Salah satu temanku memiliki dugaan dan juga rekaman ketika orang itu hendak mengusili barangku!" Yuza melirik ke Wei Ying.     

"Bolehkah aku mendapatkan kopian rekaman dia? Coba bujuk dia agar memperbolehkannya." Nathan Ryuu sepertinya hendak melakukan sesuatu.     

"Baiklah, nanti aku akan meminta padanya, semoga dia mau memberikan itu." Yuza mengangguk. Kemudian, dia berbincang sejenak mengenai hal lain bersama Reiko dan diakhiri dengan Nathan Ryuu mengingatkan Yuza untuk lekas menghubungi dia kalau ada apa-apa.     

Ketika sambungan telepon disudahi, Peter dan Zhao Fei mendesah keras.     

"Kenapa?" Yuza sampai terkekeh geli.     

"Percuma juga di loud speaker kalau kami tak paham apa yang kalian obrolkan." Zhao Fei menyahut.     

"Kami?" Wei Ying mengerutkan kening seolah menyangkal pernyataan Zhao Fei. "Kalian berdua saja, mungkin!"     

"Maksudmu? Kau paham obrolan mereka?" Peter membelalakkan mata ke Wei Ying.     

"Tentu saja! Aku kan pernah menghabiskan masa kecil di Jepang," ujar Wei Ying sambil mengerling jenaka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.