Inevitable Fate [Indonesia]

Marabahaya Untuk Yuza



Marabahaya Untuk Yuza

0Wei Ying sudah melakukan yang terbaik yang dia mampu untuk membela temannya, Yuza. Dia melakukan ini karena tidak tahan saja ada ketidakadilan di depan mata. Kalau bisa ditangani, kenapa tidak?     
0

Dan akibat dari keberanian Wei Ying speak up untuk Yuza, dukungan untuk Yuza kembali mengalir. Banyak warganet yang malah salut dan terharu dengan perjuangan Yuza ke Korea.     

Namun, ternyata pihak Woojae ingin melakukan sesuatu yang sekiranya bisa mempermalukan Yuza. Karena Woojae memiliki orang tua yang berkelimpahan uang, dia cukup meminta orang tuanya menyebarkan anak buah untuk mencari celah Yuza di Jepang.     

Segera saja, anak buah orang tua Woojae bergerak untuk tuan muda mereka, mencari kota asal Yuza dan menggali cerita mengenai Yuza dari sana.     

Tiga hari sebelum evaluasi final, anak buah suruhan Woojae memberikan banyak informasi ke Woojae.     

Melihat dan membaca apa saja yang berhasil ditemukan anak buah ayahnya, Woojae menyeringai senang. "Baiklah, lekas posting ini ke SNS (media sosial). Usahakan beri caption yang bombastis, mengerti?" perintah Woojae dari telepon disaksikan beberapa pengikut setianya.     

Setelah memberikan perintah, Woojae mengakhiri sambungan teleponnya dan menatap para pengikutnya dengan tatapan puas.     

"Sepertinya bos kita ini mendapat sesuatu yang sangat baik, ya kan?" ujar salah satu dari mereka.     

"Sudah tentu! Lihat saja muka berseri bos!" timpal yang lainnya.     

Woojae terkekeh senang. Dia berkata, "Benar, aku sudah mendapatkan banyak informasi mengenai si Jepang sialan itu. Huh! Lihat saja bagaimana dia nanti." Mata Woojae mendadak berkilat jahat. "Hmph! Ingin bersaing denganku? Ini Korea, ini wilayahku!"     

"Wuah, bos memang keren kalau sudah serius begini!" puji pengikutnya, menjilat padanya.     

Lalu, mereka pun kembali ke ruangan latihan.     

Ketika Woojae sedang sendirian saja, salah satu pengikutnya menghampiri dia, bertanya dengan sikap sopan namun menjilat, "Bos, anu … bagaimana dengan peringkatku? Apakah benar bahwa bos bisa membawaku ke peringkat 5 besar?"     

Woojae menoleh sambil memiringkan kepalanya ke arah salah satu pengikutnya dengan pandangan tajam dan merendahkan. Dia menjawab, "Aku tidak bisa menjanjikan 5 besar, tapi aku usahakan kau bisa di 10 besar."     

"Tapi, bos, bukankah agensi ini nantinya akan memilih 9 orang untuk debut? Kalau aku di peringkat 10, bagaimana aku bisa ikut debut?" Pemuda itu terlihat putus asa.     

"Hgh, ya sudah, kalau begitu serahkan uangmu ke aku, nanti aku akan minta ayahku untuk membantumu." Akhirnya, Woojae pun berkata demikian agar tidak terus dikejar-kejar oleh pemuda ini. Dulu, dia pernah menjanjikan pemuda tersebut bisa ikut debut di agensi tersebut.     

"Ta-tapi, bos, bukankah aku sudah melakukan misi untukmu? Aku sudah mengusili barang-barang Ding Yao, barang-barang Eunwoo, dan juga membuat Jiseung cidera." Ia menyebutkan beberapa nama yang masuk ke peringkat 5 besar 2 minggu lalu. Pemuda itu berharap segala upaya dia untuk Woojae sebelumnya bisa menggantikan uang yang diminta Woojae.     

"Tsk! Kau mengusili barang-barang mereka, tapi itu tidak mempengaruhi nilai mereka di evaluasi! Hanya Jiseung saja yang berhasil lengser dari 5 besar berkat cidera darimu. Itu saja!" Woojae sudah mulai kesal.     

"A-aku harus bagaimana agar tidak perlu menggunakan uang, bos? Aku … aku tidak punya banyak uang, orang tuaku juga hanya pegawai kantor biasa saja." Pemuda itu sangat berhasrat ingin bisa debut sebagai idol.     

"Yah, pikirkan saja cara yang sekiranya pantas untuk ditukar dengan uang, mengerti? Gunakan otakmu, paham?" Woojae mengetuk-ketuk kepala pemuda itu, lalu pergi begitu saja dengan aura kesal.     

Pemuda itu berpikir keras. Apa kira-kira yang harus dia lakukan agar ia bisa membuat Woojae membantu dia untuk debut. Dia butuh status idol untuk membalas orang-orang di sekolahnya dulu yang kerap menghina penampilannya.     

Ia ingin membuktikan pada teman-teman sekolahnya dulu bahwa dia bisa sukses melampaui mereka dan menjadi keren dengan status idol agensi ternama!     

Bahkan, dia sudah tak sabar membayangkan nantinya berapa banyak gadis akan mengantri untuk memuji dan memuja dia. Berapa banyak keuntungan nantinya yang bisa dia dapatkan dengan menjadi idol. Terlebih, jika grupnya bisa sampai go internasional, tenar di dunia, dia bisa berkelimpahan uang dan popularitas!     

Sungguh impian yang sangat menggiurkan bagi remaja seusia dia, bukan?     

Maka dari itu, dia pun mulai berpikir keras. Ini masih 3 hari menjelang evaluasi final. Dia harus melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan Woojae.     

Mendadak, dia mendapat ide. Matanya berkilat jahat.     

Yuza. Bukankah Woojae membenci Yuza? Nah, sepertinya dia bisa memanfaatkan Yuza agar Woojae mengakui usahanya dan membuat dia debut sebagai idol setelah ini!     

Di tempat lain, Yuza tidak tahu akan adanya marabahaya yang akan menghampiri dia.     

Dimulai dengan adanya sebuah postingan di SNS (Social Networking Service atau Media Sosial atau Sosmed) mengenai Yuza.     

Dari yang dia ternyata pernah berjualan takoyaki di pasar jajanan, tentang Yuza yang pernah jadi playboy untuk menjaring pembeli takoyakinya, juga tentang Yuza yang banyak bermasalah saat bekerja di toko roti Magnifico.     

Sekali lagi, warganet dikejutkan mengenai Yuza.     

"Aku tak masalah jika dia pernah berjualan takoyaki, tapi menjadi playboy demi takoyakinya laris? Itu menjijikkan, astaga!"     

"Kenapa dia seperti gigolo saja? Menjadi gigolo demi takoyaki dia sukses? Euwwhh!"     

"Sampah! Aku tak menyangka dia sesampah itu! Aku pikir dia anak baik dan bermartabat, ternyata hanya bocah sampah saja! Menyesal aku mendukungnya!"     

Membaca banyaknya hujatan untuk Yuza, Woojae tertawa keras-keras di kamar dorm-nya. "Ha ha ha! Ha ha ha! Ya ampun, ini indah sekali! Ini luar biasa!"     

"Bos, sepertinya anak buah ayahmu sungguh bekerja dengan sangat baik kali ini."     

"Tentu saja!" Woojae menatap pemuda yang sedang menjilatnya. "Kalau mereka tidak becus bekerja, untuk apa mereka berani muncul menjadi anak buah ayahku! Ha ha ha! Aku sungguh puas! Puas!"     

Sementara itu, Yuza melihat berbagai postingan yang menyudutkan dia, dan dia sungguh geram dibuatnya. "Aku gigolo? Gigolo apanya? Playboy apanya? Apa aku sudah meniduri mereka? Tentu saja tidak!" geramnya di kamar.     

"Kau yakin tidak bersetubuh dengan mereka?" tanya Peter. Segera, Yuza melemparkan bantal ke arah Peter sebagai respon. Wajahnya terlihat kesal sekali.     

"Jadi, kau lagi-lagi kena fitnah, yah!" Wei Ying menatap Yuza.     

"Hghh, iya. Entah apa sebenarnya tujuan orang itu membuat fitnahan yang sebegini jauh tentangku. Kalau aku berjualan takoyaki dan kadang bertengkar di Magnifico, itu aku akui. Tapi kalau menjadi playboy demi takoyakiku, itu sama sekali ngawur! Aku hanya kencan biasa saja dengan beberapa gadis di masa itu, dan kami hanya sekedar makan atau menonton bioskop! Tidak lebih!" Yuza menjelaskan panjang lebar dengan suara berapi-api.     

"Berapa gadis yang sudah kau kencani?" tanya Wei Ying.     

"Um, sekitar 2. Ya, hanya 2 saja, dan itu bukan karena takoyaki, tapi karena aku memang tertarik dengan mereka! Memang, kadang teman-teman sesama pedagang di pasar itu mengolok aku bahwa aku kerap berkencan dengan pelangganku agar daganganku laris, tapi itu hanya bercandaan mereka saja!" terang Yuza.     

"Sepertinya ada yang bermain kotor di sini." Wei Ying mengerutkan kening. "Ya sudah, ayo kita latihan!"     

Yuza dan 3 teman sekamarnya pun berjalan ke ruang latihan, mereka menaiki tangga.     

Dan ketika sudah di anak tangga teratas, mendadak, dari arah atas, seorang pemuda berlarian karena bercanda dan menyenggol Yuza.     

"Yuza!" teriak Wei Ying.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.