Inevitable Fate [Indonesia]

Mendapatkan Bukti Telak Ketika Yuza Ingin Menyerah



Mendapatkan Bukti Telak Ketika Yuza Ingin Menyerah

0Ketika Yuza dan rekan sekamarnya sudah berada di anak tangga teratas, mendadak, dari arah atas, seorang pemuda berlarian karena bercanda dengan temannya dan menyenggol Yuza.     
0

Dukk!     

Yuza terkejut dan tidak waspada, sehingga dia oleng dan jatuh terguling hingga ke anak tangga bawah.     

"Yuza!" teriak Wei Ying.     

Segera saja, Wei Ying dan 2 lainnya menghambur ke tangga bawah, menyaksikan Yuza mengerang sambil memegangi lengan dan lututnya.     

"Kalian!" teriak Zhao Fei pada penabrak Yuza yang hendak kabur.     

Pemuda itu berbalik dan lekas berkata, "Astaga, dia terjatuh? Maaf, sungguh aku minta maaf! Ini gara-gara kau, sih!" Pemuda itu menyalahkan teman di sebelahnya.     

"Kau yang salah karena sibuk lari membawa sepatu kami!" Pemuda yang disalahkan pun berkilah.     

"Yuza, aku minta maaf, aku sungguh tidak sengaja, aku minta maaf sebesar-besarnya!" Pemuda itu membungkukkan badan rendah-rendah menghadap Yuza yang masih mengerang.     

"Beritahu kepala dorm." Wei Ying menyuruh Peter. Peter pun berlari ke ruangan kepala dorm untuk melaporkan mengenai insiden Yuza.     

Segera, Yuza pun ditangani medis yang didatangkan ke dorm.     

Yuza diperiksa intensif oleh pihak medis. Mereka berkata, "Dia terkilir di siku dan lututnya lebam karena benturan."     

Meski ini bukan berita baik, namun Wei Ying, Zhao Fei dan Peter menghela napas lega. Setidaknya bukan patah atau retak, hanya terkilir.     

Berita mengenai Yuza terjatuh dari tangga segera merambat cepat ke seluruh penghuni dorm. Bahkan, berita ini juga diposting seseorang di SNS Korea.     

Kontan saja banyak warganet terkejut. Beragam perdebatan terjadi di SNS. Sebagian khawatir dan sebagian lainnya menganggap ini adalah karma untuk Yuza karena menjadi playboy demi takoyaki.     

Woojae menyeringai senang. Ia segera paham bahwa insiden jatuhnya Yuza ini pasti berkaitan dengan salah satu pengikut dia yang kemarin merengek ingin ikut debut.     

Dan benar saja. Di sebuah ruangan sepi, pemuda itu menemui Woojae. Sebenarnya Woojae tidak begitu menyukai pemuda itu karena dianggap kurang keren dibandingkan pengikut dia lainnya, dan terlalu miskin untuk menjadi pengikut dia.     

Namun, karena pemuda itu mudah dijadikan budak untuk Woojae, sehingga dia tidak keberatan menerima pemuda itu ke dalam 'circle' dia. Saat ini dia sudah memiliki 7 orang pengikut yang akan dia bantu untuk debut bersamanya di agensi ini.     

Membayangkan memiliki 7 budak selama dia menjadi pemimpin grup idol, bukankah itu sangat menyenangkan? Hidupnya akan lebih mudah nantinya untuk meroket dan meraih kepopuleran tidak terbatas.     

Dia sudah tak sabar menjadi pusat perhatian dan dipuja banyak orang, tak sabar menjadi raja kecil di dunia hiburan Korea nantinya sebelum dia akan menggenggam industri hiburan menjadi seorang raja sesungguhnya.     

Pemuda itu mendatangi dia dan wajahnya berubah menjadi penjilat sesungguhnya, berkata ke Woojae, "Bos, aku sudah melakukan hal baik untukmu. Bukankah aku pantas diberi hadiah?"     

Woojae mengerutkan bibirnya sebelum dia berkata, "Sebenarnya aku kurang puas karena si Jepang sialan itu hanya cidera ringan saja, tidak seperti Jiseung yang harus mengalami operasi patah tulang, tapi … yah, itu bagus juga! Dengan begitu, dia tidak akan bisa ikut evaluasi final."     

"Jadi … aku bisa ikut debut bersama bos dan yang lainnya, kan? Aku berjanji aku kan mengabdi dengan sangat baik kepada bos! Aku janji!" Pemuda itu berkata dengan wajah serius.     

"Yah, bisa kupertimbangkan." Woojae bersikap acuh tak acuh untuk mempertahankan wibawanya meski di dalam hatinya padahal dia bersorak gembira atas kemalangan yang menimpa Yuza.     

"Bos, tolonglah … aku butuh debut ini, Bos. Aku mohon, bos! Aku yakin soal debut pasti hal kecil untuk bos yang besar ini." Ia terus menjilat tak tahu malu. "Aku … aku harus menjadi idol dan menghasilkan uang untuk membantu orang tuaku, bos. Aku mohon kemuliaan bos memberiku kesempatan debut bersama bos." Dia begitu tambah tak tahu malu membawa-bawa nama orang tuanya ketika sebenarnya motif menjadi idol sebetulnya tidak ada orang tua dia di dalamnya.     

"Ya, ya, ya, aku mengerti. Ya sudah, sana pergi dan berlatih dengan baik agar kau tidak mengecewakan ketika aku mengajakmu debut!" Woojae mengibaskan tangan dengan malas.     

"Terima kasih, bos! Terima kasih! Aku pasti akan berusaha sebaik mungkin agar tidak mempermalukan kebaikan bos!" Pemuda itu berulang kali membungkukkan badan rendah-rendah ke Woojae hingga Woojae pergi meninggalkannya.     

Pemuda itu menyeringai penuh suka cita, membayangkan sebentar lagi jalan menjadi seorang idol akan terbentang mulus di depan dia. Tidak akan ada lagi yang bisa menghadang impian dia.     

Huh! Lihat saja nanti musuh-musuh dia dulu yang meremehkan dirinya, akan segera dia balas nanti!     

"Hmh?" Pemuda itu menoleh ke arah tikungan dinding di ujung lorong. Apakah halusinasi dia saja atau tadi dia melihat ada orang di sana? Tapi, sepertinya tidak. Dia pasti hanya berhalusinasi saja. Tapi, untuk memastikan, dia berlari ke tikungan tersebut dan tidak menemukan apapun di balik tembok di sana. "Fyuh, aku hanya berhalusinasi." Lalu dia pun pergi dari tempat itu.     

Di dekat tikungan lorong, di dalam gudang, keluarlah Wei Ying dari balik tumpukan lap dan selimut kotor yang belum dibawa ke laundry. Dia bernapas lega karena berhasil masuk gudang dan bersembunyi tepat waktu sebelum kepergok pemuda tadi.     

Wei Ying mengelus ponsel sambil tersenyum. "Kena kalian berdua!" bisiknya, lalu bergegas keluar dari sana dan kembali ke kamar.     

Di kamar, terbaring Yuza yang sudah mendapatkan perban di siku dan lututnya. Wei Ying mendekat ke Yuza dan bertanya, "Kau ingin minum? Atau buah?"     

"Tidak usah. Aku hanya ingin keluar saja dari sini." Yuza menyahut dengan suara lirih. Hanya ada mereka berdua saja di kamar. Peter dan Zhao Fei sedang berlatih dance secara individu di luar jadwal.     

Melirik Yuza sambil menuang air minum untuk dirinya sendiri, Wei Ying berkata, "Kau sudah menyerah? Tidak lagi memikirkan para pendukungmu termasuk Tuan Ryuu?"     

"Sepertinya jalan sebagai idol tidak cocok untukku. Begitu banyak rintangan dan orang-orang yang ingin menjatuhkan aku." Yuza meringis pahit.     

"Dan kau hendak menyerah ke orang-orang busuk seperti itu?" tanya Wei Ying sebelum meneguk minumannya.     

"Aku bisa apa? Aku tak punya kekuasaan, tak punya materi untuk melawan mereka." Yuza sudah menyadari bahwa segala kesialan dia di dorm ini adalah akibat dari perbuatan seseorang. Dia sangat yakin bahwa pemuda yang menabrak dia di atas tangga melakukan dengan sengaja. Dia tidak bodoh untuk menduga sejauh itu.     

"Bagaimana jika aku katakan bahwa kau masih memiliki jalan untuk menjadi idol?" Wei Ying mendekat sambil membawa buah pir bersamanya, satu diberikan ke Yuza dan satu lagi dia gigit.     

"Jalan apa lagi yang aku bisa harapkan?" Yuza tak mengerti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.