Inevitable Fate [Indonesia]

Penyemangat Dari Sang Pendukung Utama



Penyemangat Dari Sang Pendukung Utama

0Ternyata, Yonghae dibayar oleh peserta lainnya untuk 'mengganggu' Yuza.     
0

Mana mungkin persaingan menjadi idol Kpop begitu mudah dilalui? Apalagi ketika Kpop sedang menanjak pamornya di seluruh dunia, semua orang akan saling sikut saling tendang untuk bisa menjadi idol ketika mereka sudah mulai berada di jalurnya, yaitu menjadi trainee.     

Yuza dianggap sebagian peserta Korea menjadi ancaman bagi mereka. Ada yang pasrah dan mengandalkan kemampuan masing-masing meski kesal dengan prestasi Yuza di program ini. Namun ada juga beberapa yang lebih dari bersedia untuk menjegal langkah Yuza bagaimana pun caranya.     

Mereka merasa terintimidasi dengan kemampuan Yuza. Apalagi Yuza merupakan orang Jepang. Akan memalukan jika orang luar Korea justru menduduki peringkat 5 besar terus.     

Oleh karena itu, mereka mulai bekerja sama untuk mempersulit langkah Yuza.     

Kegigihan mereka cukup berhasil dengan merosotnya peringkat Yuza ke peringkat 11 minggu ini. Mereka merayakannya semalam, namun tidak ingin berhenti. Yuza harus disingkirkan hingga ke tingkat eliminasi.     

"Apakah ayahmu sudah membayar dengan tepat agar screen time Yuza dikurangi nantinya?" tanya salah satu peserta yang berkelompok bersama Yonghae saat rehat ini.     

"Tentu saja! Ayahku pasti tidak akan mengecewakanku! Kalian sudah bisa melihat sendiri, kan, minggu kemarin Yuza mendapatkan begitu sedikit screen time. Dan peringkatnya pun merosot!" Peserta yang kebetulan anak orang kaya itu pun terkekeh bangga.     

"Hei, kenapa kau juga tidak meminta ayahmu untuk membayar agar Yuza mendapatkan evil editing? Pasti itu akan sangat menyenangkan ketika warganet nantinya terkejut karena Yuza tampak jahat dan buruk di rekaman harian, apalagi jika di evaluasi juga, hi hi hi!"     

"Dan yang pasti, evil editing juga akan membuat pendukungnya menjauhi dia dan mungkin saja peringkatnya bisa merosot ke 50 besar, ha ha ha!"     

"Shhh! Pelankan suaramu, nanti ada yang dengar!"     

"Hi hi hi … maaf! Aku sudah tidak sabar melihat dia jatuh dan tereliminasi! Sungguh tidak adil jika 5 besar program ini malah berisi orang non Korea!"     

"Ya, kau benar! Dia tidak layak menjadi pusat perhatian! Ini harus dikuasai kita, orang Korea!"     

"Ayo, kita kembalikan dia ke negerinya sendiri saja! Hi hi! Dia tak perlu mengais uang di negeri kita!"     

Yang lainnya pun mengangguk. Sungguh disayangkan ternyata sekumpulan calon idol ini merupakan sosok yang rasis.     

Yah, yang namanya orang rasis itu selalu ada di setiap negara, apapun itu. Demikian juga orang-orang fasis. Mereka adalah jenis manusia tak berharga yang begitu kuno cara berpikirnya.     

Ketika para peserta kembali ke kamar masing-masing, Wei Ying segera meminjamkan sepatunya ke Yuza sebelum mereka memasuki acara berikutnya.     

"Terima kasih, Wei Ying." Yuza begitu berterima kasih pada rekan satu kamarnya yang ini.     

"Santai saja, Yuza. Kapanpun kau menemui kesulitan, jangan ragu-ragu datang padaku, aku akan membantumu semampuku." Wei Ying menepuk bahu Yuza.     

Pada jam rehat tengah hari usai makan siang bersama, Yuza mendapatkan telepon dari 'pendukung utamanya'. Nathan Ryuu.     

"Bagaimana kabarmu, Yuza-kun? Lama kita tidak bicara satu sama lain. Sudah berapa minggu, yah?" Nathan Ryuu mengawali percakapannya di seberang sana.     

"Tuan Ryuu! Anda begitu perhatian padaku, aku sungguh berterima kasih! Itu … sepertinya sudah dua minggu lebih kita tidak mengobrol begini di telepon." Yuza menjauh dari keramaian untuk menerima telepon dari Onodera Ryuzaki.     

"Aku lihat di acara evaluasi kemarin, peringkatmu turun, benar?" Nathan Ryuu bertanya sekedar memastikan.     

"Ahh, iya, Tuan. Itu … sepertinya aku kurang fokus minggu kemarin sehingga turun ke peringkat 11." Yuza sambil menggaruk belakang kepalanya dengan senyum malu.     

"Yah, semoga saja evaluasi minggu depan, kau bisa ke peringkat 5 besar lagi, yah Yuza-kun!"     

"Iya, Tuan Ryuu! Aku juga berharap demikian! Aku tidak ingin mengecewakan Anda dan semua yang sudah mendukungku."     

"Bagus, Yuza-kun! Aku suka semangatmu. Ohh ya, apakah kau sudah mendengar bahwa Reiko masuk ke G&G?"     

"Ahh, ya! Aku sudah dengar mengenai itu dari Shingo minggu lalu via telepon. Reiko-chan sungguh hebat bisa memasuki agensi itu."     

"Apakah ada yang kau perlukan di sana, Yuza-kun? Jangan ragu-ragu untuk memberitahu padaku apa yang kau butuhkan."     

"Um, tidak ada, Tuan Ryuu. Saat ini aku tidak membutuhkan apa-apa, terima kasih."     

"Oke, kalau begitu, aku tutup teleponnya, yah! Selamat berjuang dan jangan menyerah!"     

"Terima kasih banyak atas perhatian Anda, Tuan!"     

Kemudian, Yuza mendengar bunyi klik dari seberang, tanda sambungan sudah diakhiri. Ahh, dia terlupa menitip salam untuk Reiko! Ya sudah, tak apa. Toh dia tak yakin itu akan disampaikan Nathan Ryuu apabila dia benar menitip salam untuk Reiko.     

Yuza pun memandangi ponselnya dan tersenyum lagi. Semangatnya merasa bangkit lagi usai Nathan Ryuu memberikan kalimat penyemangat untuknya. Dia menganggap, ucapan Nathan Ryuu adalah ucapan para pendukungnya yang lain pula.     

Yah, Nathan Ryuu bagaikan wakil dari para pendukung Yuza lainnya, sehingga pemuda itu pun tersenyum haru dan hatinya menghangat dengan nyaman. Dia harus berusaha lebih keras lagi setelah ini agar mereka tidak kecewa padanya.     

Ahh, nanti malam dia akan meminta ijin keluar untuk membeli sepatu baru.     

Ia pun melenggang santai kembali ke kamarnya. Namun, dia tidak tahu, ketika dia sudah meninggalkan sudut tempat itu, ada yang merekam dia sejak tadi.     

Ketika malam hari tiba dan semua jadwal utama sudah dilakukan, peserta dibolehkan bersantai hingga tidur. Banyak yang menggunakan waktu untuk benar-benar bersantai, ada yang menelepon keluarganya, ada yang sibuk merekam kegiatan harian sebelum tidur bersama kru acara, dan ada pula yang berlatih dance sendiri.     

Tapi, kali ini, Yuza tidak melakukan latihan dance malam seperti yang biasa dia lakukan dengan beberapa dari mereka yang tekun, tapi meminta ijin untuk keluar membeli sepatu.     

"Beli sepatu lagi?" Kepala dorm mengernyitkan kening mendengar permintaan ijin dari Yuza di ruangannya. "Bukankah minggu lalu kau juga sudah minta ijin beli sepatu di luar?"     

"I-itu … sepatu yang kemarin rusak, dan aku tidak memiliki cadangannya." Yuza menutupi apa yang sebenarnya terjadi.     

"Tidak bisakah kau merawat sepatumu?"     

"Ya, maafkan keteledoranku, Kepala Dorm. Lain kali aku akan lebih pandai merawat sepatuku."     

"Tidak bisakah kau beli online saja?"     

"Maafkan aku, Kepala Dorm, aku kurang cocok kalau beli sepatu secara online karena tak bisa mencobanya lebih dulu."     

"Hgh! Ya sudah, sana cepat pergi, jangan lupa lewat pintu belakang dan pakai masker agar tidak dikenali orang!" Kepala dorm mengibaskan tangannya acuh tak acuh.     

"Terima kasih, Kepala Dorm!" Yuza membungkuk sebelum pergi. Ia bergegas pergi keluar. Tadi dia sudah berpamitan pada Wei Ying bahwa dia akan pergi membeli sepatu. Wei Ying sempat menawarkan diri untuk menemani, namun Yuza menolak karena tidak ingin merepotkan Wei Ying.     

Yuza membungkus dirinya dengan penyamaran yang baik dan berhasil membeli sepasang sepatu. Namun, dia juga beli sesuatu lainnya di toko lain.     

Ketika Yuza hendak masuk ke pintu belakang dorm, betapa kagetnya sewaktu dia mendapati pintu di sana terkunci dan tidak ada yang menyahut ketika dia mengetuk-ketuk berulang kali.     

Haruskah dia berdiri terus di luar saat malam musim dingin begini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.