Inevitable Fate [Indonesia]

Menggapai Limit Bersama [21+]



Menggapai Limit Bersama [21+]

0Wanna wrestle with me baby, here's a sneak little peek (mau bergulat denganku sayang, ini sedikit bocorannya)     
0

You can dominate the game 'cause I'm tough (kau dapat mendominasi permainan karena aku tangguh)     

- Flesh by Simon Curtis -     

=========     

Tidak kunjung mendapatkan jawaban pasti, Itachi bangkit dari atas Akeno, hendak beranjak pergi dari sana.     

Tepp! Tangan Akeno sudah meraih lengan kemeja Itachi, menahan pria itu pergi dari atas tubuhnya.     

Itachi menatap tangan yang mencengkeram lengan kemejanya. Matanya mengerling tajam namun membawa nuansa hasrat terpendam. "Apa maksudmu, Akeno?"     

Akeno tak percaya kalimat dari mulut pria es ini. Bukankah dengan dia menahan pria tersebut, itu sudah menandakan dengan jelas apa keinginannya?     

"Akeno, jika kau hanya sekedar menarik lenganku saja, sepertinya aku membuang-buang waktuku di sini. Aku akan pulang." Itachi menurunkan tangan Akeno di lengan kemejanya. Kemudian, dia berbalik memunggungi Akeno, bersiap melangkah.     

"Bu-bukankah sudah jelas?!" seru Akeno dengan wajah merah padam. Dia belum pernah dibeginikan oleh siapapun. Biasanya, lelaki yang akan berusaha menahan langkahnya dan mencari perhatian terhadap dirinya. Namun kali ini ….     

Itachi menoleh ke belakang, dan bertanya dengan suara datar, "Apanya yang sudah jelas?"     

"Itachi-san! Apakah kau bodoh?" Akeno cemberut, dia mencebik kesal.     

"Hm, mungkin!" Itachi acuh tak acuh menaikkan dua bahunya dengan cepat dan hendak berbalik lagi untuk pergi.     

"Jangan pergi!" Akeno bangkit dan kali ini tangannya mencekal erat lengan Itachi.     

Mau tak mau, pria es pun melirik cekalan tangan Akeno dan bertanya, "Kenapa aku tidak boleh pergi?"     

Diam sejenak karena merasa malu untuk menjawab dengan lugas, Akeno berpikir keras, dan kemudian menemukan jawabannya, "Bu-bukankah kau bilang kau hendak mencari jawaban dari rahasia yang aku sebutkan tadi? Kenapa sekarang kau malah hendak pergi? Ohh, sepertinya kau hanyalah pria omong kosong saja," pancing Akeno sambil melepaskan cekalannya dan melipat dua tangan di depan dada.     

Memangnya hanya Itachi saja yang bisa mengancam halus? Akeno tidak ingin begitu saja ditaklukkan!     

"Tsk, ya sudah, anggap saja aku pria semacam itu. Terserah kau saja." Itachi nampak tidak perduli dan bersiap melangkah.     

"Itachi-san!"     

Grepp!     

Kali ini, bukan hanya cekalan tangan yang diberikan Akeno, namun sebuah pelukan sempurna pada tubuh Itachi dari belakang. Rasanya dia akan mengutuk dirinya bertahun-tahun apabila dia masih keras kepala begini dan membiarkan kesempatan ini lolos begitu saja.     

"Hm, kenapa kau memelukku, Akeno?" Itachi melirik belitan di pinggangnya.     

"Karena kau tak boleh pergi, Itachi-san! Kau harus tetap di sini! Harus tetap di sini!"     

"Apakah kau memiliki alasan hingga aku harus tetap di sini dan tidak pergi?"     

"Ya! Ya! Karena aku ingin kau di sini dan menghabiskan malam ini bersamaku! Ahh, tidak malam ini saja, tapi … malam-malam berikutnya dan berikutnya!"     

"Kenapa begitu?"     

"Karena aku tidak ingin kehilangan Itachi-san! Tidakkah itu sudah jelas?!" Akeno frustrasi karena Itachi terus mendesaknya.     

"Bicaralah yang lebih jelas, aku ini lelaki bodoh." Itachi memutar badannya tanpa melepaskan pelukan Akeno.     

"Ya, kau memang lelaki bodoh!" Akeno makin kesal dan ia pun meraih kepala Itachi untuk menarik wajah itu ke arah dirinya dan …. "Ummcchh!"     

"Apa ini—"     

"Ummcchh! Diam saja dan terima, uumcchh!" Akeno terus memberikan kecupan dan pagutan pada bibir Itachi, mengunci kepala pria itu agar tidak berpaling darinya.     

Itachi melepaskan diri dari pagutan bibir Akeno dan mendorong wanita itu hingga Akeno kembali terhempas ke atas kasur.     

Kemudian, Itachi menyusul seperti tadi, mengunci Akeno dalam kurungan lengannya, memandang lekat pada wanita di bawahnya sambil bertanya dengan suara berat, "Kau akan menyesal, Akeno."     

Pancaran mata Akeno terang bagaikan nyala api unggun yang membara, dia menjawab, "Kau bisa mencari tahu apakah aku menyesal atau tidak melalui tubuhku, Itachi-san …."     

Lalu, Akeno mengelus rahang Itachi disertai pandangan sayu pada pria itu. Itachi lekas merunduk untuk menggapai bibir Akeno yang mengundang, ingin kembali merasakan kekenyalan bilah itu seperti beberapa menit lalu.     

Keduanya pun mulai saling memagut dan melumat dengan tubuh masing-masing menggeliat dan saling bergesekan.     

"Aaahh …." Akeno memalingkan wajah, melepaskan pagutan mereka dan dia memejamkan mata sembari mendesah lirih sambil menggeliat manja.     

"Kau yakin tidak akan menyesali ini, Akeno?" Itachi menatap wanita yang sedang memejamkan mata sembari mendesah manja di bawahnya.     

"Cari tahu dengan sentuhanmu saja, Itachi-san … mmgghhh …," desah Akeno tanpa membuka matanya dan mengelus dadanya sendiri. Bukankah lelaki senang melihat ketika perempuan menyentuh dirinya sendiri? Maka, Akeno akan memberikan pemandangan tersebut untuk Itachi.     

"Akeno, aku bertanya serius." Kening Itachi berkerut dengan tubuh menggelegak akan bara hasrat melihat tingkah Akeno. Wanita ini begitu nakal menyentuh payudaranya dengan sikap atraktif begitu!     

"Aku juga menjawab dengan serius, Itachi-san …." Akeno mulai membuka matanya dan mata itu menyorot tajam ke Itachi, lalu lidah Akeno mengusap bibir atasnya dengan cara seduktif.     

Tak tahan dengan tingkah binal Akeno, Itachi pun meremas payudara yang masih terbungkus kemeja hingga muncul desahan dari mulut Akeno.     

Dan dalam waktu sekejap, Itachi sudah melucuti seluruh pakaian Akeno, benar-benar mengurai semua kain dari tubuh wanita itu. Ia memastikan mesin pemanas ruangan sudah beroperasi sejak tadi.     

Akeno antara malu dan mau. Dia menggeliat di atas kasur sambil menatap malu-malu ke Itachi, kemudian menggigit jarinya dengan pandangan nakal.     

"Kau succubus yang menjengkelkan, Akeno!" Itachi mulai merunduk dan menikmati kekenyalan payudara yang tersaji indah di bawahnya, sementara Akeno terus mendesah dan menggelinjang ketika tangan Itachi sudah merambah ke selatan dirinya.     

Paha di lebarkan sambil tangan Akeno sibuk membuka pakaian Itachi. Dalam sekejap waktu, keduanya sama-sama menggeram dan mengerang ketika mereka mulai menyatukan diri.     

"Aarrghhh …."     

"Aannghhh … Itachi-san …."     

Itachi tidak ingin membuang waktu, ia segera bergerak di antara paha terbuka Akeno sembari Akeno terus merintih menyebut nama Itachi bagaikan itu sebuah mantra cinta baru bagi sang wanita.     

"Argh! Argh! Hargh! Itachi! Ahrgh! Argh!" Akeno mulai terhentak-hentak cepat ketika Itachi makin memacu batang pusakanya secara agresif pada liang hangat Akeno.     

Berbeda dengan Akeno yang menampilkan pandangan sayu penuh kepasrahan absolut pada Itachi, lelaki itu justru menatap tajam dan lekat pada wanita di bawahnya sambil terus memacu miliknya.     

Sungguh tatapan dan sikap yang begitu dominatif! Akeno sampai gemetar karena kagum.     

Mendadak, Itachi mencabut pusaka dari liang Akeno, menyebabkan Akeno mengerang kecewa.     

Namun, tindakan Itachi selanjutnya justru membawa surga bagi Akeno ketika paha itu dibuka lebar-lebar dan kepala Itachi merunduk di pangkal paha Akeno, mencumbu sesuatu yang lembab dan sensitif di sana.     

"Aaarrnghhh … Itachiiii … mmmffhhh … nggaaahhh …." Akeno menggelinjang kian kemari ketika benda paling peka miliknya dipulas lidah Itachi dan dicumbu begitu rupa hingga akhirnya dia menyerahkan cairan bening dia.     

Ketika Akeno sudah menyerah, Itachi segera menusukkan lagi pusakanya ke liang basah itu dan memacu kencang hingga Akeno tersengal-sengal dalam erangannya.     

Saat mereka berdua tiba pada limitnya, Itachi menggeram keras-keras dan Akeno pun menyemprotkan kembali cairanya diiringi dengan kejang-kejang kecil dan diiringi semburan hangat dari Itachi sewaktu mereka berpelukan erat.     

=========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.