Inevitable Fate [Indonesia]

Hukuman Untuk Akeno



Hukuman Untuk Akeno

0Push up to my body, sink your teeth into my flesh (tekan tubuhku, tenggelamkan gigimu ke dalam dagingku)     
0

Get undressed, t-taste the flesh (lucuti pakaian, ra-rasakan dagingnya)     

- Flesh by Simon Curtis -     

=========     

Baru saja Akeno selesai meledek foto Itachi di atas meja nakasnya sambil dia berlutut usai berurusan dengan charger ponselnya, secara tidak terduga, ada suara Itachi di belakang dia.     

Akeno tentu saja terkejut bukan main. Bagaimana bisa lelaki itu masuk ke kamarnya? Apakah Itachi hantu yang bisa bergerak halus tanpa ada suara? Atau dia saja yang terlalu lena bermonolog dengan foto Itachi sampai tidak menyadari kedatangan lelaki itu?     

"I-Itachi-san!" Akeno terkesiap. Namun, dia tidak bisa bangun dari berlututnya dikarenakan tubuh Itachi sudah memblokir ruang di sekitarnya. Bahkan, pria es itu berdiri begitu dekat dengan punggung Akeno, benar-benar mengunci ruang gerak sang wanita.     

"Ada apa, Akeno? Apakah aku kurang hangat menurutmu?" Pertanyaan Itachi seolah sedang meledek atas pernyataan Akeno sebelumnya mengenai dia.     

"Itu … ano …." Akeno hanya bisa bergerak menoleh ke belakang dan pipinya memerah parah karena Itachi terlalu dekat dengannya! Wajah pria itu bahkan sudah berada di dekat wajahnya. Hei! Apakah Itachi hendak menciumnya?     

Jantung Akeno seakan sudah berlompatan menjadi kembang api.     

Namun, Itachi melakukan itu bukan untuk berbuat seperti yang dipikirkan Akeno, melainkan dia memajukan wajah demi bisa melihat jelas fotonya di atas meja nakas. "Hm, fotoku di sini terlihat jelek. Rasanya kau kurang tepat mengambil angle-nya, Akeno. Tsk! Aku benar-benar terlihat buruk di situ. Bagaimana menurutmu?"     

Sepertinya Akeno tak percaya dengan apa yang dia dengar. 'Apa-apaan! Pria es ini sedang mengomentari candid photo yang aku ambil? He-hei! Jangan terlalu dekat! Wajahmu terlalu dekat, Itachi! Aku bisa terpanggang!' Batinnya riuh berseru ketika Itachi menatap begitu dekat ke matanya.     

Tatapan itu tidak tajam namun intens dan mendominasi, seakan tidak ingin mendapatkan bantahan apapun, menjadikan lutut Akeno bagaikan agar-agar saja.     

"I-itu … aku … Itachi-san, aku minta maaf karena mengambil fo—"     

"Apa kau setuju fotoku di sana terlihat jelek? Jawab dulu yang itu, Akeno." Suara datar dan tenang Itachi langsung memotong ucapan Akeno.     

"Itu … um … i-iya, sepertinya memang begitu."     

"Jangan ragu-ragu dalam menjawab, Akeno. Kau sudah aku didik menjadi orang tegas selama beberapa bulan ini, kan? Jangan mengecewakanku."     

"Itachi-san … nhhh … ya, aku … aku kurang pandai mengambil gambarmu. Ma-maafkan aku." Akhirnya, Akeno mengalah saja dan menuruti keinginan Itachi menjawab dengan lugas.     

"Menurutmu, hukuman apa yang pantas aku berikan padamu, hm?" Itachi berkata lagi.     

Sontak, mata Akeno membulat lebar. Pria ini bicara apa, sih? Kenapa ini seperti bukan dirinya saja? "Hu-hukuman?"     

"Ya, hukuman karena mengambil fotoku diam-diam dan juga memotretnya dengan hasil yang buruk begitu. Bukankah itu memalukan aku? Bukankah aku berhak memberikan hukuman pada pelakunya?" Sembari bicara, Itachi sedikit menjauh dari Akeno, sehingga wanita itu bisa mulai bangkit berdiri.     

"Tapi aku—"     

Tepp!     

Brukk!     

Belum sempat melengkapi kalimatnya, kedua lengan Akeno sudah digenggam Itachi hingga wanita itu kaget dan limbung saat Itachi secara tiba-tiba melepaskan gengamannya.     

Segera saja, Akeno jatuh ke kasur.     

Yang membuat Akeno makin membelalak kaget, Itachi menyusul dia, pria itu naik ke kasurnya dan mengurung Akeno dalam kungkungan dua lengan.     

"I-Itachi-san?"     

"Kenapa? Kau takut?"     

Pandangan mereka terus terkunci tanpa ada pihak yang ingin mengalihkan tatapan sedikitpun.     

Akeno bertanya-tanya, kenapa atasannya ini melakukan ini secara tak terduga? Benarkah ini Itachi dingin yang dia kenal? Atau justru ini adalah Itachi yang sesungguhnya?     

Pria di atasnya tetap menampilkan wajah datar namun aura dominasinya terasa kental, menyebabkan Akeno tidak berdaya.     

Apakah dia takut? Akeno terus mengulang itu dalam hatinya. Tidak, sepertinya tidak. Dia lebih merasa heran dan tidak percaya akan apa yang ada di hadapannya saat ini.     

Maka, Akeno pun menggelengkan kepalanya.     

"Kau tidak takut?"     

"Tidak. Aku … lebih ke … heran dan bertanya-tanya saja."     

"Bagaimana jika yang melakukan ini adalah Julian? Apakah kau takut?"     

"Ya, kalau itu dia, aku memang akan merasa takut, dan tidak nyaman."     

"Lalu … apa kau merasa nyaman?"     

"Jika itu adalah Itachi-san, maka aku merasa nyaman saja."     

"Kenapa?"     

Akeno diam sejenak ketika Itachi bertanya kenapa. Tidak akan dalam millennium ini dia sudi menyatakan alasannya kenapa dia tidak takut dan malah merasa nyaman dengan tindakan Itachi saat ini.     

Tersenyum tipis, Akeno tidak ingin dihanyutkan dominasi Itachi dan berkata, "Ra-ha-si-a."     

"Ohh, jadi kau sangat menyukai bermain rahasia, begitu?" Itachi mengambil sejumput rambut Akeno dan memainkan di jarinya. Hal tersebut dilirik Akeno.     

"Kenapa, Itachi-san? Apakah kau hendak mengancamku agar aku mengatakannya?" tantang Akeno.     

"Mengancam? Apakah aku terlihat seperti orang semacam itu? Aku ini pria baik, Akeno, tidakkah kau sadar? Hm, kalau kau tidak ingin menjawab dengan mulutmu, maka aku akan mencari jawabannya melalui tubuhmu saja."     

"A-apa? Ahhh!" Akeno memekik ketika secara mendadak, Itachi sudah merunduk dan mencium lehernya. "I-Itachi-san … nnhhh …." Tak hanya itu saja, namun tangan pria itu juga sudah mengelus pinggulnya dan tangan bergerak naik hingga ke tepi torsonya.     

Sembari menciumi leher Akeno, Itachi berbicara pelan setengah berbisik, "Kenapa? Apakah kau merasa aku sedang melecehkanmu?"     

"I-itu … mmhhh …." Akeno seperti tersedot ke dimensi lain, dimensi milik Itachi.     

"Kalau kau merasa ini adalah pelecehan, aku bisa menghentikan ini sekarang … ummcchh … bagaimana, Akeno? Hrrmcchhh …." Lalu, pria es tersebut mulai menjauhkan bibirnya dari leher Akeno.     

"Ja-jangan!" Akeno berseru tertahan sambil matanya sayu menatap pria di atasnya.     

"Jangan? Jangan apa?" tanya Itachi sambil pandangannya lekat pada Akeno. Bahkan tangannya pun sudah berhenti mengelus tepi tubuh Akeno sebagai kesungguhan ucapannya.     

Pipi Akeno merah padam seketika. Pria ini! Pria ini sungguh piawai bermain-main dengan perasaannya! Akeno ingin menjerit memaki dan menjambak Itachi saking kesalnya. "Aku … aku … etto …."     

Bagaimana ini? Akeno heboh sendiri di hatinya. Bukankah ini yang dia impikan siang malam selama berbulan-bulan semenjak dia menyadari dia tertarik dengan pria es ini?     

Bukankah ini yang dia idam-idamkan selama perjalanan bisnis kemarin? Akeno, kenapa sekarang kau malah membisu? Kenapa kau gagu? Apa yang kau harap sudah tersaji di depan mata! Apa kau ingin ini lolos begitu saja?     

Ambil segera kesempatan ini, Akeno! Ambil! Jangan ragu! Abaikan rasa malu atau apapun! Ini yang kau harapkan, iya kan? Batin Akeno berteriak heboh.     

Dia yang tadinya hendak tampil sebagai perempuan penuh rahasia di depan Itachi, hanya sekedar menunjukkan dia tidak mudah ditaklukkan, namun nyatanya, Itachi berhasil membalikkan situasi.     

"Baiklah, sepertinya kau tidak suka tindakanku tadi, lebih baik aku berhenti saja dan pulang." Tidak kunjung mendapatkan jawaban pasti, Itachi bangkit dari atas Akeno, hendak beranjak pergi dari sana.     

Tepp! Tangan Akeno sudah meraih lengan kemeja Itachi, menahan pria itu pergi dari atas tubuhnya.     

Itachi menatap tangan yang mencengkeram lengan kemejanya.     

==========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.