Inevitable Fate [Indonesia]

Cinta Berlandaskan Kebohongan



Cinta Berlandaskan Kebohongan

1You don't understand .. I'm not ever like this (kau tak mengerti .. aku bahkan tak menyukai ini)     1

I can hold my breath .. Say I'll be alright (aku bisa menahan napasku, berkata aku kan baik-baik saja)     

But it kinda hard to think When I can't feel a thing (tapi ternyata sulit tuk memikirkan ketika aku tak bisa merasakannya)     

- Lie to Me by Tate McRae & Ali Gatie -     

==========     

Shingo meminta bertemu dengan Runa di sebuah kedai. Runa merasa ini sungguh tidak biasanya Shingo mengundangnya bertemu di luar begini untuk makan malam.     

Tapi, ya sudah, tidak mengapa. Alih-alih heran dengan tindakan lelaki tercintanya, Runa justru merasa berbunga-bunga bagaikan sang kekasih sedang ingin bertingkah romantis dengan makan malam di luar begini.     

Maka, mereka pun bertemu di kedai tersebut, lalu memesan makanan dan mulai makan sampai habis.     

Setelah selesai makan, Shingo berkata pada Runa, "Runa, aku tahu kau sangat mencintaiku."     

"Ya, itu benar, Shin, tentu saja aku sangat mencintaimu." Runa menjawabnya dengan hati berbunga-bunga penuh dengan kupu-kupu mengepakkan sayap indah mereka.     

"Tapi, aku tidak bisa. Bagaimana kalau kita … putus saja?" Sepertinya Shingo ingin menghalau dan mengusir kupu-kupu dari hati Runa, bahkan menginjak-injak bunga di taman itu.     

Wajah Runa melongo, kosong seketika saat dia mendengar ucapan lelaki tercintanya. Tunggu, apa tadi yang Shingo katakan? "S-Shin?"     

Shingo nampak tak nyaman dan mengusap tengkuk dengan gerakan canggung. "Runa, aku tahu ini pasti membuatmu sedih atau marah, tapi .. tapi aku tetap tidak bisa meneruskan ini. Aku tidak ingin terus memberimu harapan palsu. Itu tidak baik. Aku tidak ingin menipumu. Aku tak mau menyakitimu dengan cinta palsu ini."     

"Aku tidak masalah untuk itu!" Runa berteriak sampai pengunjung di kedai itu menoleh ke mereka berdua. Sadar bahwa tingkahnya sudah menarik perhatian banyak pengujung, Runa pun lekas meraih tasnya dan berlari keluar dari kedai.     

"Ru!" Shingo berseru, namun Runa tidak berhenti. Dia terpaksa memberikan sejumlah uang yang dia yakin melebihi nilai total makan dan minum mereka ke pelayan, lalu mengejar Runa.     

Padahal, Shingo sengaja ingin bertemu di ruang publik seperti ini dengan harapan bisa meminimalkan tindakan nekat Runa, apapun itu. Dia kira, dengan bertemu dan menyatakan putus ini di tempat umum, Runa bisa mengendalikan emosinya dan tidak berbuat aneh apapun.     

Dia memilih mengakui perasaannya di luar apato, karena dia tidak yakin jika mengungkapkan itu di apato akan membuat Runa paham. Alih-alih meminta putus, bisa-bisa Runa merengek dan mengancam ini dan itu agar dia membatalkan pemutusan hubungan mereka.     

Maka dari pemikiran itu, Shingo memilih untuk bertemu di luar saja. Di luar lebih netral dan tidak akan tergoda apapun.     

Nyatanya, Runa tidak berhasil menguasai dirinya dan berteriak lantang membuat semua orang menoleh padanya.     

Lalu, kalau tidak bisa di apato dan juga di luar, lalu Shingo harus menyatakannya di mana? Apakah dia harus terus menuruti kemauan Runa? Apakah dia harus menjalani kisah cinta palsu hanya karena takut Runa bertingkah macam-macam?     

Apakah hubungan mereka hanya bisa terus menerus dilandasi pada kepalsuan dan hanya ada ketika melibatkan kepuasan fisik semata? Mau sampai kapan s3ks selalu dijadikan penyelamat bagi Shingo dan Runa untuk menyatukan keduanya meski berbeda perasaan?     

Bagaimana cara Shingo mengatakan bahwa dia sudah muak dengan ancaman dan rengekan Runa untuk berbagai hal, bagai hidupnya dijerat seutas benang putih yang sengaja diwarnai merah oleh Runa?     

(note: di kepercayaan Asia Timur, nasib dan jodoh sering dikaitkan dengan benang merah supernatural. Unmei no Akai Ito, selanjutnya disebut sebagai Benang Merah Takdir, merupakan kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Tiongkok. Konon, di jari kelingking setiap orang ada benang merah yang tak kasat mata, yang akan terhubung dengan jodoh sejatinya, yang dikaitkan oleh dewa.)     

Harus sampai kapan Shingo menjalani peran palsu sebagai kekasih boneka bagi Runa?     

Selama ini dia sudah berusaha menjalankan perannya dengan sebaik mungkin meski hatinya tidak ingin. Dia harus memanggil Runa dengan sebutan khusus, harus lekas datang ke apato Runa kapanpun Runa ingin. Harus melayani hasrat Runa setiap Runa ingin bercinta. Harus lekas membalas chat dan telepon dari Runa. Harus menjelaskan dia dari mana ketika tak bisa membalas chat dan telepon Runa.     

Dia sudah melakukan itu semua demi Runa tenang dan tidak melakukan tindakan-tindakan konyol.     

Tapi … seseorang tentunya memiliki daya limitnya sendiri-sendiri. Dan saat ini, Shingo sudah tiba di sana. Dia sudah mencapai ambang batasnya.     

Sayangnya, Runa sungguh tidak bisa mengerti hal ini. Runa begitu egois, demikian yang dirasakan Shingo. Awalnya, dia memang santai saja dan menikmati hubungan percintaan sepihak ini dan menikmati setiap sentuhan dan acara intim mereka, tapi akhir-akhir ini, Shingo sudah bosan dan muak karena merasa ini sungguh palsu, sungguh tidak pantas.     

Apakah hubungan macam begini sehat?     

Shingo berharap dia melakukan 'itu' dengan orang yang dia sungguh cintai dan orang itu pun mencintai dia pula.     

Dia juga berharap agar Runa melakukan itu pula pada seseorang yang dia cintai dan mencintai dia.     

Sungguh sayang sekali, Runa membutakan mata dan hatinya sehingga berlaku seakan Shingo adalah boneka marionette miliknya. Shingo sudah membuat keputusan bahwa dia akan memotong seluruh tali yang mengikat dirinya dan tidak ingin menjadi boneka marionette lagi.     

(note: Boneka Marionette adalah boneka yang memiliki tali pengendali pada kepala, tangan dan kaki yang bisa dipegangi dan dikontrol oleh seseorang dari atas)     

Shingo terpaksa mengejar Runa agar dia bisa membicarakan ini dengan lebih baik agar Runa lebih paham dan juga mengerti maksud baik dia.     

Untung saja, Shingo tidak buruk dalam hal lari. Dia melihat Runa di arah kanan dan lekas memacu kakinya untuk berlari secepat dia bisa. Udara musim dingin sungguh menusuk tulang meski tidak ada salju saat ini, namun tetap saja hembusan angin malam membuat Shingo sedikit merasa sakit dan perih di hidungnya ketika dia berlari kencang.     

Tapp!     

Akhirnya, Shingo berhasil meraih lengan Runa dan membuat gadis itu mau tak mau berhenti. Tak ingin Runa terpelanting karena dihentikan mendadak, Shingo terpaksa menarik dan tubuh Runa pun limbung lalu jatuh ke pelukannya.     

"Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku!" Runa memberontak dalam pelukan Shingo. Sekitar mereka sudah cukup sepi. Ini sudah jam 9 malam dan musim dingin pula, orang lebih suka bergelung di dalam selimut ketimbang berada di luar, ya kan?     

"Runa! Ru! Dengar! Dengarkan aku dulu!" Shingo mencekal kedua lengan Runa, agar gadis itu tidak kabur lagi. "Biarkan aku berkata dengan jujur padamu! Ini bukan karena aku membencimu atau menganggap kau tidak menarik, bukan itu!"     

"Tidak mau dengar! Tidak mau dengar jika yang akan kau katakan hanyalah kau minta putus!" Runa menutupi telinganya. Matanya basah oleh air mata dan mulai menghiasi pipinya.     

"Ru-chan! Aku tidak ingin membohongimu lagi dengan hubungan palsu macam ini, tolonglah mengerti maksud baikku ini!" Shingo berusaha agar Runa terus menautkan tatapan dengannya. "Kita harus keluar dari hubungan tidak sehat macam ini! Ini hanyalah hubungan yang dibangun dari kebohongan, Runa-chan!"     

===========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.