Inevitable Fate [Indonesia]

Menceritakan Pada Teman



Menceritakan Pada Teman

0You'll always have my shoulder when you cry (kau kan selalu memiliki bahuku ketika kau menangis)     
0

I'll never let go, never say goodbye (aku takkan membiarkan, takkan pernah ucapkan selamat tinggal)     

You know... (kau tahu ....)     

'Cause that's what friends are supposed to do, oh, yeah (karna itulah seharusnya yang dilakukan teman, oh yah)     

- Count on Me by Bruno Mars -     

===========     

Tidak ingin Reiko merasa bersalah, Yuza pun mengajak Reiko pergi mencari makan atau minum untuk menghangatkan perut mereka. Reiko setuju dan mereka pun masuk ke dalam mobil.     

Mobil berhenti di kedai kecil (yatai) tak jauh dari gedung tadi, dan Reiko keluar ditemani Yuza. Benio sudah diajak, tapi pengawal itu menolak.     

Maka, berdua saja, Reiko dan Yuza masuk ke kedai.     

"Ramen-nya, tolong." Yuza memesan ke pelayan kedai yang sudah berdiri di samping meja mereka.     

"Ramen Shio, Shoyu, atau Tonkotsu?" tanya si pelayan untuk memastikan jenis ramen yang diinginkan Yuza.     

"Um … Shoyu." Yuza memilih jenis ramen yang ia ingin makan saat ini.     

Ramen Shio merupakan jenis ramen pertama dan tertua di Jepang. Rasanya lebih asin dari ramen lainnya. Kuahnya bening dan jernih. Ada potongan ayam, daun bawang dan potongan rumput laut. Mie-nya tebal dan tidak keriting. Kaldu dari ayam, tapi bisa juga menggunakan daging babi. Topping-nya: potongan daging ayam, beberapa sayuran dan nori.     

Sedangkan ramen Shoyu yang dipilih Yuza adalah ramen yang kuahnya berwarna hitam kecoklatan karena dari saus kecap (shoyu). Rasanya asin dan gurih. Ini adalah jenis yang paling umum dan banyak dijumpai di Tokyo. Mie-nya lebih keriting dari ramen jenis Shio, tapi tidak setebal ramen Shio. Isi mangkuk hampir sama seperti ramen Shio. Topping umum adalah rebung, nori, kue ikan, telur rebus, daun bawang dan taoge.     

Lalu ramen jenis Tonkotsu, memiliki kuah yang terbuat dari daging babi. Warna kuah putih dengan tekstur kental dan rasanya sangat gurih. Ramen jenis ini banyak digemari karena gurih dan lezat. Mie-nya sama dengan mie pada ramen jenis Shio. Kadang disajikan bersama beni shoga (acara jahe).     

Tiba giliran bagi Reiko untuk memilih. "Um … bisakah aku meminta Oden tapi porsi single?"     

Oden merupakan hidangan Jepang klasik saat cuaca dingin. Itu adalah hidangan satu panci berisi berbagai makanan gurih yang direbus dalam kecap asin dan kaldu dashi rumput laut.     

Bahan-bahan Oden pada umumnya adalah kue ikan chikuwa, bola cumi-cumi, potongan lobak daikon yang tebal, sate gurita, dan ubi konnyaku.     

Karena Oden termasuk jenis Nabemono (hot pot), maka Reiko hanya bisa meminta porsi satu orang saja apabila ada. Tidak mungkin dia sanggup memakan seluruh panci hot pot sendirian saja, kan?     

Tapi, mendadak saja, Yuza berkata, "Pesan saja porsi biasa, Reiko-chan! Nanti akan aku bantu menghabiskannya!"     

"Ehh? Yuza-kun yakin?" Reiko membelalakkan mata. Dia tidak mengkhawatirkan mengenai uang untuk membayar semuanya, tapi yang dia khawatirkan, apakah perut Yuza akan baik-baik saja jika makan ramen dan juga ikut membantu menghabiskan Oden?     

"Jangan remehkan perutku ini, Reiko-chan. Kadang ini perut bisa berubah jadi black hole! Ha ha ha!" Yuza menepuk perutnya. Apalagi dia memang sangat lapar, terlebih setelah melakukan audisi.     

"Aha ha ha!" Reiko tertawa ringan. "Baiklah, Oden porsi biasa, onegaishimasu!" ucap Reiko pada pelayan yatai itu.     

"Baiklah, ramen shoyu dan oden. Lalu minumnya?" tanya pelayan lagi.     

"Apakah ada hot chocolate khas Jepang?" tanya Reiko yang memang penyuka minuman cokelat hangat.     

"Di sini tidak menyediakan itu, Nona, maaf." Pelayan menggeleng dengan menyesal.     

Apa memangnya perbedaan hot chocolate biasa dengan style Jepang? Hot chocolate biasanya hanyalah minuman dari bubuk cokelat biasa yang diseduh dengan air panas dan kadang diberi topping krim kocok.     

Sedangkan hot chocolate style Jepang, ditambahi dengan teh hijau panggang yang memberikan rasa manis yang halus dan bahan dasar yang kaya serta hangat.     

"Ahh, sayang sekali. Tapi tidak apa-apa, mungkin ada Shogacha (teh jahe)?" Reiko memberikan pilihan lain.     

"Ya, ada, Nona." Pelayan segera mencatat pesanan itu di notesnya.     

"Aku ingin Amazake, ada?" tanya Yuza.     

Amazake adalah minuman manis yang terbuat dari beras malt (non-alkohol) atau bisa juga dari ampas sake (alkoholnya kurang dari 1%). Warna minumannya putih seperti susu namun bukan putih jernih. Ini paling enak diminum dalam kondisi panas di musim dingin.     

"Ada, Tuan." Pelayan mengangguk dan menulisnya di notes. Setelahnya, pelayan mengangguk sopan sekali lagi dan pamit untuk pergi dari sana.     

Saat menunggu pesanan mereka datang, Yuza tidak ingin melewatkan kesempatan untuk kembali menginterogasi Reiko, meski harus dengan cara yang lebih halus.     

"Reiko-chan … apakah kau kurang percaya padaku?" tanya Yuza, memulai interogasi halusnya.     

"Ehh? Bagaimana mungkin aku tidak memercayai Yuza-kun?" Reiko menaikkan alisnya.     

"Buktinya, ada hal-hal yang sepertinya tidak mau kau bagi padaku. Reiko-chan, aku ini masih temanmu, kan?"     

"Yuza-kun tentu saja temanku, itu sudah pasti!"     

"Kalau begitu, kenapa kau seperti tidak percaya padaku dan enggan menceritakan yang terjadi dengan audisimu? Apa kau sudah tidak menganggapku teman berbagi cerita?" Wajah sedihnya dipamerkan pada Reiko agar semakin membuat Reiko gelisah jika gadis itu hendak menolak keinginannya lagi.     

Trik itu ternyata berhasil. Reiko mendesahkan napas dahulu sebelum akhirnya dia mulai bercerita. Dia menceritakan segala yang terjadi di ruang audisi, semuanya tanpa ada yang dikurangi atau dilebihkan.     

"Sialan orang itu! Keparat!" Yuza menampar meja hingga beberapa pengunjung menoleh padanya. Ia segera mengangguk dan meminta maaf pada orang-orang itu. Lalu, beralih lagi ke Reiko. "Bajingan yang mana yang mengatakan itu padamu, Reiko-chan?"     

"Umm … Yuza-kun, aku menceritakan ini bukan agar kau memarahi mereka, aku mohon jangan begitu." Reiko jadi merasa bersalah karena malah membuat Yuza berang.     

Menarik napas dalam-dalam, Yuza pun meredakan emosinya agar Reiko tidak ketakutan. "Baiklah … aku salah karena emosi barusan. Tapi, bisakah aku bertanya, penguji yang mana yang berkata sekasar itu padamu? Apakah yang berambut acak-acakan panjang sebahu?"     

"Um … i-iya." Reiko serba salah. Jika tidak menjawab, Yuza bisa salah kira dan itu tidak baik. Jika mengatakan jujur, dia tak ingin Yuza mendendam pada orang tersebut.     

"Huh! Sudah aku duga!"     

"Kenapa begitu, Yuza-kun?"     

"Karena waktu aku menyatakan aku tidak ingin diloloskan jika kau tidak lolos, dia yang paling keras menjawabku! Ternyata dia! Hmh! Bahkan wajahnya pun paling menyebalkan di antara 2 lainnya! Ternyata terkadang memang wajah itu menentukan karakter!"     

"Hmhh … biarlah, Yuza-kun, aku sudah baik-baik saja mengenai itu sekarang."     

"Tapi, Reiko-chan, sungguhkah dia sampai bicara mengenai kau mirip ibu menyusui bahkan aktris porno?"     

Reiko mengangguk dengan senyum kecut, teringat lagi celaan dari lelaki tadi. Itu sungguh menyakitkan di hati Reiko ketika dia disebut mirip aktris porno. Bahkan kadang wanita jalang pun tidak ingin disebut jalang, apalagi yang bukan jalang.     

"Semoga saja karirnya mandek parah dan dia membusuk!" Yuza begitu geram, meski kini diucapkan dengan nada rendah. "Huh, untung saja aku tidak menerima kelolosan itu!"     

"Sebenarnya, Yuza-kun, perihal dadaku itu bukan pertama kali yang aku dapatkan. Itulah yang membuatku sedih."     

"Maksudmu?"     

==========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.