Inevitable Fate [Indonesia]

Menemanimu Melalui Momen Buruk



Menemanimu Melalui Momen Buruk

0You can count on me like one, two, three (kau bisa mengandalkan aku seperti satu, dua, tiga)     
0

I'll be there (aku akan ada di sana)     

And I know when I need it, I can count on you like four, three, two (dan aku tahu ketika aku membutuhkannya, aku bisa mengandalkanmu seperti empat, tiga, dua)     

And you'll be there (dan kau akan ada di sana)     

- Count on Me by Bruno Mars -     

===========     

"Sebenarnya, Yuza-kun, perihal dadaku itu bukan pertama kali yang aku dapatkan. Itulah yang membuatku sedih."     

"Maksudmu?" Yuza mengerutkan keningnya. Namun, dia tidak bisa bertanya lebih jauh karena makanan dan minuman pesanan mereka sudah datang.     

Keduanya diam sejenak membiarkan pelayan menghidangkan semua pesanan mereka di meja.     

"Silahkan menikmati." Pelayan tidak akan lupa untuk mengatakan hal yang sudah menjadi SOP bagi semua pelayan di Jepang, seakan itu sudah merupakan kebiasaan bagi mereka, terlepas apakah itu kedai kecil atau rumah makan elit.     

"Terima kasih." Yuza dan Reiko bersama-sama menjawab si pelayan, karena itu juga sudah merupakan suatu kebiasaan ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik untuk mereka.     

"Ittadakimasu (selamat makan)!" Yuza dan Reiko bersama-sama mengucap itu pula. Ucapan yang pasti akan didengar jika orang Jepang hendak menyantap makanannya.     

Suasana antara keduanya pun hening sejenak, dan ketika di pertengahan waktu makan, mereka mulai bicara, mengomentari makanan masing-masing.     

"Wuah, ini kuahnya enak sekali! Shoyu-nya tidak berlebihan! Sungguh segar dan sekaligus hangat di perut. Bagaimana dengan odenmu, Reiko-chan?"     

"Ahh, oishii (enak) …." Reiko menggoyang-goyangkan kepalanya sambil menampilkan wajah bahagianya dengan dua tapak tangan menangkup pipi dan mata menyipit ketika senyum dikulum, khas cara gadis Jepang menyatakan kelezatan sebuah makanan dengan cara imut. "Sungguh, ini juga sangat enak! Tidak disangka yatai bisa menyajikan makanan seenak ini! Harus diulang lagi kapan-kapan! Hi hi!" Reiko terus menyendokkan mangkuk besar berisi oden dan memindahkan beberapa isinya ke mangkuk dia sendiri dan memakan dengan gembira.     

Terkadang, makan memang membuat perasaan menjadi lebih baik. Kegiatan mengunyah itu sering menjadi sebuah terapi tersendiri bagi beberapa orang. Tapi tidak bisa dielakkan juga jika pada akhirnya tubuh pun melebar karenanya.     

"Oh ya? Coba, sini aku coba odennya!" Yuza mengambil mangkuk kosong yang ternyata sudah disediakan oleh si pelayan tanpa dia perlu memanggil lagi.     

Ini menandakan bahwa pelayan tadi masih ingat bahwa Yuza akan ikut menghabiskan oden milik Reiko. Perhatian kecil yang sungguh berharga.     

Yuza menyendok beberapa kue ikan dan juga potongan gurita, tak lupa kuah kaldunya juga. Setelah itu, dia memakannya, dan matanya terpejam sambil bibirnya mengatup, lalu berkata, "Hmhh! Umai!" Matanya kembali membuka dan membola sambil dia mengisi mangkuknya lagi. "Rasanya aku bisa menghabiskan ini sendirian, ha ha, maaf, bercanda saja, kok, Reiko-chan!"     

"Hi hi, aku tidak keberatan jika memang Yuza-kun akan menghabiskannya sendirian. Aku sudah cukup kenyang sekarang." Reiko berkata dengan basa-basi.     

"Ayolah, Reiko-chan, jangan berpura-pura kenyang hanya karena aku menyukai ini. Ayo, kita gali sampai habis! Tapi, aku akan habiskan ramenku dulu." Yuza kembali beralih ke ramen dia untuk dihabiskan sebelum berganti ke mangkuk berisi oden.     

Keduanya makan dengan lahap dan senang. Namun, Yuza tidak ingin ketinggalan apa yang tadi hendak dibicarakan Reiko.     

"Reiko-chan … yang tadi hendak kau katakan … itu mengenai apa?" Yuza bertanya sambil menyendok oden yang sudah hampir habis.     

"Um? Oh, yang itu …." Reiko pun teringat yang sempat terjeda tadi karena kedatangan pelayan.     

Maka, Reiko pun menceritakan mengenai apa yang dia alami di penilaian lomba cover dance.     

Usai mendengarkan cerita Reiko mengenai pendapat juri di lomba cover dance, Yuza mendesah keras dan berkomentar, "Huh! Orang-orang itu memang gila dan kasar! Mereka buta pada talentamu, Reiko-chan! Sungguh mereka orang-orang yang merugi karena mengabaikan berlian!"     

"Sudahlah, biarkan saja. Aku sudah lumayan bisa menerima itu, kok!" Reiko sudah menyelesaikan makannya dan mulai menyeruput teh jahenya (shogacha).     

"Aku salut padamu yang bisa berdamai dengan ucapan orang-orang kasar tak berbudaya itu, Reiko-chan!" Yuza sambil mengunyah potongan cumi-cuminya.     

Reiko tersenyum. Apa jadinya jika Yuza tahu bahwa Reiko hendak melakukan operasi pengecilan payudara karena pertimbangan ucapan orang-orang kasar itu? Bahkan Reiko juga belum bercerita mengenai kejadian pelecehan seksual yang dia terima di depan gedung Adora.     

Ahh, biarlah Yuza tak perlu tahu. Bahkan dia juga belum bercerita mengenai ini pada Runa, sahabatnya. Bukan karena dia tidak menganggap mereka, tapi lebih pada … dia tidak ingin sahabatnya khawatir akan dia.     

"Yuza-kun, setelah ini, maukah menemani aku bermain?" ajak Reiko tiba-tiba.     

"Bermain?" Yuza menghentikan kunyahannya, memandang bingung pada Reiko.     

"Umh! Bermain! Entah itu di game center atau taman bermain. Mau?"     

"Tentu saja!" Mana mungkin Yuza melewatkan momen berharga seperti itu! Berduaan saja dengan Reiko tanpa diganggu siapapun, termasuk oleh Nathan Ryuu!     

Maka, kedua orang itu pun sudah ada di game center pada satu jam berikutnya. Keduanya begitu gembira bermain apa saja di sana. Memasukkan bola basket, memukul boneka, dan banyak lainnya. Bahkan game balap motor dan mobil.     

Dua orang itu tertawa-tawa senang menikmati kegiatan tersebut. Dalam hati Yuza, dia begitu sumringah. Ia yakin jika Shingo mengetahui ini, pria itu akan muntah darah karena iri.     

"Ayo kita ke taman bermain!" ajak Reiko setelah puas di game center.     

"Ayo! Tapi perutku sudah penuh, jangan naik yang terlalu ekstrim, yah!" Yuza memegangi perutnya sambil tertawa.     

"Ha ha, perutku juga akan protes jika aku naik wahana macam itu! Tenang saja, Yuza-kun, aku pun kurang suka wahana ekstrim, kok!" Reiko mengajak Yuza masuk ke mobil, meminta Benio melajukan mobil ke sebuah taman bermain terbesar di Tokyo.     

Setelah mereka masuk, Reiko mengusulkan, "Naik kincir raksasa saja, yah! Atau mungkin bersantai di perahu?"     

"Ya! Itu ide bagus sekali! Cocok untuk keadaan kita saat ini, ha ha ha!" Yuza menyambut baik tawaran Reiko.     

Maka, mereka pun memulai perjalanan di taman bermain pada perahu terlebih dahulu. Keduanya bersantai di atas perahu yang akan bergerak sendiri mengitari kolam besar yang tenang.     

Setelah itu, mereka menuju ke kincir raksasa, masuk ke salah satu kapsul dan berdiam di sana sambil memandangi pemandangan yang indah di bawah dan sekitarnya.     

Reiko terlihat bahagia, senyum terus muncul di wajahnya, seolah dia sudah mulai melupakan semua kejadian buruk di ruang audisi tadi.     

Sementara itu, Yuza menatap Reiko yang tengah sibuk memandangi pemandangan di luar, tidak memerhatikan Yuza.     

Begitu ingin Yuza memeluk dan mengecup gadis itu, mencoba yang terbaik untuk bisa menentramkan hati Reiko yang gusar. Tapi, sepertinya hanya dengan menemani gadis itu saja, sudah merupakan hal berarti bagi Reiko.     

Di saat Reiko sedang merasa terpuruk, Yuza ada di sampingnya dan menghibur dengan segala cara, termasuk diam menemani begini.     

Tak apa. Yuza puas dengan begini saja, duduk diam dan terus memandangi wajah Reiko tanpa gadis itu sadari.     

Sore hari pun tiba dan mereka berdua mulai masuk mobil untuk memulangkan Yuza ke apartemennya.     

Sesampainya di apato Yuza, Reiko ikut naik ke unit Yuza dan berdiri saja di depan pintu depannya.     

"Yuza-kun, terima kasih. Aku sungguh senang hari ini." Reiko tersenyum.     

Sebelum Reiko beranjak pergi, tanpa diduga, Yuza meraih tangan Reiko dan mendaratkan kecupannya pada kening Reiko.     

==========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.