Inevitable Fate [Indonesia]

Mengetahui Apa Yang Terjadi



Mengetahui Apa Yang Terjadi

0ttakmalhae malhae mwonde malhaemalhae (katakan padaku katakan padaku apa itu, katakan padaku, katakan padaku)     
0

buranhan geolkka jigyeoun geolkka (apa kau gusar? apa kau muak akan sesuatu?)     

naege sumgiji mara jullae baby (jangan sembunyikan, katakan padaku, sayank)     

- Just Tell Me by MYNAME -     

===========     

Sebelum Reiko beranjak pergi, tanpa diduga, Yuza meraih tangan Reiko dan mendaratkan kecupannya pada kening Reiko.     

"Yuza … kun?" Reiko termangu ketika kecupan itu sudah terjadi. Dia sungguh terkejut dengan tindakan tak terduga dari Yuza.     

Melihat tatapan bingung dari Reiko, membuat Yuza akhirnya merasa bersalah dan super canggung. "Re-Reiko-chan! Maaf! Maafkan aku! Maafkan tindakan bodohku ini! Sungguh aku minta maaf padamu, tolong jangan masukkan hati, jangan … jangan salah paham!"     

"Mh?" Reiko masih terdiam sambil termangu.     

"Sungguh, Reiko-chan! Aku melakukan itu tadi … itu … itu … sesuatu tindakan impulsif hanya karena … karena … aku … aku … aku memandangmu bagai sedang memandang adik kecilku." Yuza akhirnya menemukan alasan yang semoga saja masuk akal bagi Reiko.     

Mana bisa dia bersikap santai setelah secara impulsif mencium Reiko? Apakah dia sudah siap jika nantinya Nathan Ryuu akan menggantung dia?     

"Ohh, ya, ha ha ha, iya, tidak masalah, Yuza-kun! Kau … um … kau memang bagaikan kakakku yang baik." Reiko menganggukkan kepala dengan cepat sambil tersenyum meski masih membawa kecanggungan. "Aku sungguh berterima kasih atas hari ini karena aku benar-benar senang setelah mengalami beberapa hal tidak menyenangkan. Yah, Yuza-kun sudah membantuku merasa lebih baik."     

"A-ahh, ya! Tidak masalah untuk … adikku." Yuza kemudian mengulum senyumnya.     

"Baiklah, Yuza-kun, aku akan pulang. Terima kasih sudah menemaniku. Sampai bertemu lagi." Reiko membungkukkan badan dengan sopan.     

"Aku juga berterima kasih pada Reiko-chan atas hari menyenangkan ini." Yuza balas membungkuk ke Reiko.     

Lalu, Reiko pun melenggang pergi dari sana. Yuza juga sudah masuk ke apatonya.     

Setelah keduanya tidak terlihat lagi, muncullah sosok lain dari balik dinding dekat lorong tersebut. Itu adalah Shingo.     

Pria itu menyaksikan dengan jelas ketika Yuza mengecup kening Reiko, dan dia lekas bersembunyi agar keberadaannya tidak diketahui dan mengganggu dua yang tadi.     

Shingo juga tidak mengira akan menyaksikan adegan tadi. Dia hanya ingin kembali ke apatonya setelah lelah dengan pekerjaannya sebagai seiyuu, dan tidak menyangka akan menjumpai Reiko dan Yuza di depan unit Yuza.     

Ketika Shingo hendak menyapa mereka, ternyata malah ada adegan tidak terduga dari Yuza ke Reiko, maka dari itu dia memutuskan untuk segera bersembunyi saja, meski setelah dipikir ulang … untuk apa melakukan itu.     

Shingo berdiri di depan unit apato Yuza, hendak mengetuk, namun dia menghentikan tangannya di udara, urung melakukan apa yang sebelumnya hendak dilakukan.     

Ia memejamkan mata sebentar sebelum akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke unitnya sendiri saja. Sembari melangkah masuk ke unitnya, dia bertanya-tanya dalam hati, apakah dia juga perlu melakukan seperti yang Yuza lakukan?     

"Hghh …." Shingo menghela napas panjang sebelum menutup pintunya.     

-0-0—00—0-0-     

"Katakan padaku dengan jujur, Rei, benarkah ada penilai di audisimu yang berkata kasar serta melecehkanmu secara verbal?" Nathan Ryuu segera saja menghampiri istrinya ketika dia tiba di rumah pada petang hari.     

Reiko yang baru saja selesai mandi, terkejut. Kenapa suaminya bisa tahu secepat it—ahh, ya, dia harusnya tidak melupakan jati diri sang suami, sosok penuh kuasa di Jepang yang bisa mendapatkan informasi apapun dengan cepat.     

"Hmm … Ryuu …." Reiko melangkah mendekat ke suaminya.     

"Jangan menutup-nutupi dosamereka, Rei. Atau aku justru akan lebih marah jika kau melakukan itu." Nathan Ryuu buru-buru memperingatkan istrinya agar tidak berusaha menutupi dosa pihak lain hanya karena khawatir dia akan murka.     

"Hmm, baiklah, baiklah, aku akan katakan apa adanya sesuai yang kau mau. Kemarilah …." Reiko menggiring suaminya yang sepertinya masih terselubungi amarah. "Tapi … apakah kau tidak ingin mandi dulu, Ryuu?"     

"Tidak, tidak usah. Aku—"     

"Yakin?" Reiko membelai selangkangan suaminya dengan gaya seduktif.     

"Mrrghh …." Nathan Ryuu mengerang menahan sebuah sensasi di selatan tubuhnya.     

"Ayo, aku mandikan kamu." Reiko menjangkau kait celana Nathan Ryuu, mengurainya dan menurunkan resleting hingga suaminya tidak bisa berkata-kata lagi.     

Selanjutnya, Nathan Ryuu sudah sibuk menggeram ketika mulut istrinya mulai melomoti dan memanjakan sang jenderal sampai dia meremas rambut Reiko dengan mata terpejam menikmati apa yang diberikan sang istri.     

Usai menyemburkan apa yang seharusnya dikeluarkan, Nathan Ryuu pun tak bisa menahan lebih lama dan menarik Reiko dan memposisikan sang istri rebah di sandaran sofa dengan sikap menungging meski masih berdiri.     

"Aaarrghh!" Reiko membiarkan suaminya memelorotkan celana pendek yang dia pakai dan seterusnya adalah sensasi penuh sesak ketika batang sang jenderal dijejalkan masuk ke liang intim dia.     

Setelah hampir satu jam, keduanya sudah berendam di dalam bathtub. Baik itu Nathan Ryuu maupun Reiko, keduanya sudah selesai melampiaskan hasrat masing-masing.     

Kini, dengan sikap santai setelah bercinta, Nathan Ryuu sudah lebih tenang. Sementara itu, Reiko menyandarkan punggung di dada suaminya.     

Sepertinya, ini memang sesuai yang diinginkan Reiko. Dia sengaja memancing hasrat sang suami disaat Nathan Ryuu sedang panas oleh amarah, dan kemudian bisa meredakannya dengan bercinta.     

"Oke, aku tahu ini trik nakal darimu untuk meredakan emosiku, Rei … nah, sekarang, kau bisa menceritakannya." Nathan Ryuu terkulai santai dalam duduknya di ujung bathtub sembari dadanya dijadikan sandaran punggung istrinya.     

Maka, setelah yakin suaminya sudah lebih tenang daripada sebelumnya, Reiko pun menceritakan semuanya, sama seperti yang dia ceritakan pada Yuza.     

Usai Reiko bercerita cukup panjang, napas Nathan Ryuu ditarik panjang dan dihembuskan pelan-pelan. Reiko menoleh sedikit ke belakang, berharap suaminya tidak murka lagi.     

"Sungguh, sayank, mana mungkin aku bisa tenang ketika istriku dihina secara keterlaluan begitu?"     

"Aku sudah bisa menerimanya, Ryuu. Kuharap kau juga bisa."     

"Yah, semoga saja aku bisa meredakan amarah ini."     

Tidak ingin menakuti istrinya, sekaligus iba pada Reiko, Nathan Ryuu membelai rambut sang istri dan mengecup kepala sang istri.     

-0-0—00—0-0-     

"Tuan Onodera, apakah ini sebuah hal khusus sehingga Anda datang kemari dan meminta bertemu denganku?" Pemilik agensi G&G, Nyonya Revka, sudah duduk di dekat Nathan Ryuu di salah satu sofa ruang pribadinya di kantor G&G.     

"Sebenarnya aku sungguh merasa tidak enak hati telah mengganggu waktu Nyonya yang berharga, namun di sini juga aku sedang memperjuangkan orang yang berharga untukku." Nathan Ryuu memulai percakapaan mereka setelah dia diterima masuk ke ruangan pribadi pemilik G&G. Mungkin ini karena dia adalah Onodera Ryuzaki.     

"Ohh? Orang yang berharga untukmu? Siapa itu, Tuan Onodera?" Nyonya Revka memiringkan kepala blonde dia.     

"Dia adalah gadis yang mengikuti audisi agensimu."     

"Audisi? Wah, apakah Tuan hendak mengintervensi hasil audisi kami?"     

"Tidak, sama sekali tidak. Hanya ingin mempertanyakan apakah harus ada hal seperti ini di audisi agensimu, Nyonya?"     

Lalu, secara mengejutkan, Nathan Ryuu mengeluarkan potongan rekaman audisi Reiko.     

Nyonya Revka terbelalak sejenak, kaget karena rekaman audisi bisa bocor ke pihak luar G&G.     

===========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.