Inevitable Fate [Indonesia]

Aku Tidak Merugi Apapun



Aku Tidak Merugi Apapun

0Nothing to lose, Your love to win (tak ada rugi, memenangkan cintamu)     
0

Hoping so bad, That you'll love me in (sangat berharap, bahwa kau kan mencintaiku)     

I'm at your feet, Waiting for you (aku pasrah padamu, menunggu untukmu)     

- Nothing to Lose by Michael Learns to Rock -     

==========     

"Kalau gadis yang tadi sebelumku, kalau dia tidak diterima oleh agensi G&G, jika dia tidak lolos audisi, maka lebih baik jangan loloskan juga aku, Tuan dan Nyonya." Itulah ucapan tegas dari Yuza kepada ketiga pengujinya.     

Sudah tentu kalimat dari Yuza itu membuat mereka bengong seketika dan bahkan penguji 3 melongo dengan mulut terbuka.     

Namun, Penguji 3 segera tersadar dan menjawab Yuza, "Ohh, kalau begitu, kau tidak perlu lolos!" Dia kesal karena dari awal, dia yang terus memuji Yuza dibandingkan 2 rekannya. Tapi, dia bagaikan ditampar ketika Yuza seakan menolaknya.     

"Nak, kau … kau sungguh-sungguh mengatakan itu?" tanya Penguji 1, berusaha memengaruhi Yuza, siapa tahu tadi Yuza hanya sedang emosi saja.     

"Saya bersungguh-sungguh dengan yang saya ucapkan tadi, Nyonya." Yuza mengangguk tegas.     

"Nak, apa kau tidak menyesal? Kau sudah dinyatakan lolos dengan penuh, loh!" Penguji 2 ikut memberikan persuasi ke Yuza.     

"Tidak menyesal!" Yuza menjawab tegas sambil menggeleng. "Gadis yang tadi … dia jauh lebih berbakat dariku, dan agensi G&G akan sangat rugi jika tidak menerimanya."     

Kalimat Yuza demikian membuat wajah Penguji 3 memerah karena marah seakan dia sedang ditampar seorang bocah. "Sudah, sana pergi! Kau tidak lolos! Juga dengan temanmu itu!" usirnya dengan wajah geram.     

Yuza pun membungkukkan badan ke 3 penguji tadi dan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya benar-benar keluar dari ruangan audisi.     

Sepeninggal Yuza, dua penguji masih terkesima dan saling pandang, kecuali Penguji 3 yang duduk melipat dua tangan di dada dengan wajah mengeras.     

"Aku tidak mengira di jaman seperti ini masih ada rasa setia kawan." Penguji 1 masih terpukau dengan sikap Yuza.     

"Huh! Di industri hiburan, tidak akan ada sikap setia kawan, yang ada hanyalah anjing memakan anjing!" Penguji 3 berkata dengan wajah pahit.     

"Tapi … ini tetap harus diapresiasi. Aku masih merasa kagum dan tubuhku sampai gemetar ketika dia berkata dia rela tidak lolos jika temannya tidak lolos." Penguji 2 berkomentar.     

"Dia hanya bocah bodoh yang tidak tahu diuntung!" Penguji 3 masih saja pahit ketika membicarakan Yuza. "Kita lihat saja nanti seperti apa nasibnya setelah menolak ini."     

"Kawajima-san, berhati-hatilah, siapa tahu dewa malah berpihak pada bocah itu, hi hi!" Penguji 1 menggoda Penguji 3.     

Di luar ruangan, Yuza sibuk mencari-cari keberadaan Reiko di ruang tunggu yang luas. Sudah mencari ke setiap sudut, tidak ada. Bahkan ke kamar kecil di sana pun tidak ada. Menghubungi ponselnya, tidak diangkat.     

Ke mana Reiko? Yuza cemas luar biasa.     

"Apa kau melihat wanita dengan parka warna merah? Tingginya sekitar ini dan rambutnya panjang sedikit ikal warna coklat." Yuza terus saja mendeskripsikan penampilan Reiko pada orang yang dia tanyai.     

Banyak yang hanya menggeleng acuh tak acuh, dan ada pula yang dengan ramah berkata tidak tahu diimbuhi kata maaf pula untuk kesopanan.     

Hingga ada seorang gadis merespon sesuai yang diharapkan Yuza. "Ohh, dia? Sepertinya tadi aku berpapasan dengan dia sebelum aku masuk ke sini. Mungkin dia masih ada di luar kalau kau cepat."     

"Ohh! Terima kasih! Sungguh terima kasih!" Yuza membungkuk ke gadis itu dan berlari ke luar gedung.     

Dan benar seperti yang dinyatakan gadis baik tadi, bahwa dia melihat Reiko sedang berdiri diam di sebuah sudut teras depan gedung dan membelakangi Yuza saat ini.     

"Reiko-chan!" panggil Yuza sambil berlari ke Reiko.     

Menoleh kaget, Reiko lekas menghapus air matanya. "Yu-Yuza-kun!" Senyum Reiko terpaksa dimunculkan agar Yuza tidak khawatir.     

"Kenapa kau di sini?" tanya Yuza dengan wajah cemas. Untung saja Reiko tidak pergi meninggalkan dia.     

"Aku … um … yah, kan rasanya tidak sopan serta egois jika aku masih tetap duduk di dalam, sementara makin ada banyak orang yang datang untuk audisi dan butuh kursi." Reiko memberikan jawaban masuk akal. "Jadi, lebih baik aku di sini menunggumu."     

"Lalu, kalau begitu, kenapa kau tidak mengangkat panggilan teleponku?" Yuza bertanya. Sungguh, pria satu ini paling pintar dengan urusan menginterogasi seseorang sampai orang itu biasanya terdesak tak punya jawaban sangkalan lagi.     

"Itu … ahh, mungkin aku tidak mendengar dering ponselku, he he … maaf, yah Yuza-kun!" Reiko makin melebarkan senyumnya untuk menetralisir kecemasan di wajah Yuza.     

Namun, ternyata masih ada satu lagi pertanyaan Yuza. "Kenapa matamu basah, Reiko-chan? Ada apa? Bisakah kau menceritakan padaku mengenai yang terjadi di ruang audisi?" Ia benar-benar penasaran akan apa yang sudah dilalui Reiko di ruang tersebut.     

Kira-kira apa yang diucapkan oleh 3 penguji pada Reiko hingga gadis itu terlihat aneh saat keluar dari ruangan dan saat ini pun masih terasa aneh bagi Yuza.     

"Ehh? Benarkah? Ohh, mungkin ini efek udara dingin, mungkin angin dingin yang menyebabkan mataku jadi basah begini, ha hah!" Reiko masih bisa berkelit, dan dia segera membelokkan pembicaraan agar Yuza tidak terus mengejarnya. "Oh ya, Yuza-kun, bagaimana dengan audisimu? Aku yakin kau pasti diterima dan akan menerima pemberitahuan baik dari mereka setelah ini."     

"Hm, yah benar, kalau melihat dari ketiga penguji itu memuji aku dan sepertinya senang dengan audisiku, mungkin benar bahwa aku akan lolos." Yuza menjawab, masih dengan pandangan menyelidik kepada wajah memerah Reiko.     

"Nah, betul yang aku perkirakan, bukan? Aku yakin Yuza-kun akan—"     

"Tapi aku tidak menerima kelolosan itu." Yuza memotong ucapan Reiko.     

"Hah?" Reiko segera saja melongo, seakan dia sedang mendengar bahwa gajah bisa terbang menggunakan telinga sebagai sayapnya. Sungguh tidak bisa dipercaya!     

"Ya! Seperti yang aku katakan, dan seperti yang Reiko-chan dengar, aku kemungkinan besar lolos, namun aku menolaknya." Yuza mengulangi dengan versi ucapan lain.     

"Ehh? EHH?!" Reiko terperanjat. "Yuza-kun!" Dua alis Reiko terangkat tinggi-tinggi secara dramastis.     

Pemuda di hadapan Reiko mengangguk sebelum berkata, "Ya, aku katakan pada mereka bertiga, bahwa jika Reiko-chan tidak lolos, maka jangan loloskan aku juga."     

"Yuza-kun!" Reiko memekik lalu meremas lengan Yuza, berkata, "Jangan bersikap sebodoh itu, Yuza-kun! Lekaslah kembali ke dalam, katakan pada 3 penguji itu kalau kau tadi hanya salah bicara! Yuza-kun, kau harus tahu, kau sudah berjuang—"     

"Aku tidak ingin ada di sana kalau tidak ada Reiko-chan!" Sekali lagi Yuza memotong ucapan Reiko dengan sedikit meninggikan suara.     

Reiko terdiam, kehilangan kata-kata untuk menjawab Yuza. Tapi, dia tidak ingin Yuza sekonyol ini hanya demi dia. "Yuza-kun, jangan bersikap gegabah seperti itu. Kau sungguh membuang kesempatanmu! Jangan seperti ini hanya karena aku, Yuza-kun!" Ia ingin menangis kesal atas tindakan Yuza menyia-nyiakan kesempatan besar, tapi dia tak ingin Yuza makin cemas jika dia menangis.     

"Ha ha ha! Aku tidak merasa rugi apapun mengenai itu, kok! Ayo, Reiko-chan, kita pergi cari sesuatu yang menghangatkan perut! Rasanya aku sudah begitu lapar!" Yuza mengajak pergi Reiko dari sana.     

==========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.