Inevitable Fate [Indonesia]

Hari Audisi



Hari Audisi

0Tsubasa wa nakute mo bokura wa honto wa toberu kamo (Meski tak memiliki sayap, mungkin kita benar-benar bisa terbang)     
0

Jibun no chikara ni toikakeru you ni (Bagaikan bertanya pada kekuatan di dalam diri kita)     

Yatte miru shika nai (Kita hanya bisa memastikannya)     

- Sora wo Tonde Miyou (Mari Mencoba Terbang ke Langit) by 22/7 -     

==========     

Hari yang ditunggu dengan penuh debaran itu pun tiba. Hari untuk mengikuti audisi idol dari agensi G&G.     

Audisi dimulai dari jam 8 pagi di akhir pekan, sehingga ini memudahkan pelajar bisa mengikuti juga dan tidak mengganggu jam sekolah.     

Dalam audisi ini, dicari calon idol dari rentang usia 17 hingga 25 tahun. Memang ini cukup berbeda dengan audisi idol yang biasa dilakukan di Korea Selatan, di mana di sana usia trainee harus belasan tahun, dan biasanya usia ideal untuk menjalani trainee adalah 13 hingga 15 tahun, dan ketika debut nantinya, masih cukup muda.     

Kenapa seperti itu di Korea Selatan? Karena di sana ada wajib militer untuk para pria. Maka, jika idol debut di usia 16 tahun, dia masih memiliki masa karir yang cukup panjang sebelum nantinya dia menjalani wajib militer.     

Sedangkan di Jepang, tidak ada wajib militer, maka dari itu, idol di negeri tersebut tidak terlalu ketat menerapkan usia para trainee-nya. yang penting, masih muda dan enerjik serta menarik mata dan bertalenta.     

Reiko sudah berencana untuk datang ke tempat audisi bersama Yuza. "Yuza-kun, nanti biarkan aku menjemputmu di apatomu, yah!" Reiko sudah menghubungi Yuza melalui telepon di jam 6 pagi itu.     

"Ehh? Apakah itu baik-baik saja? Aku tak enak dengan Tuan Ryuu!" sahut Yuza di seberang sana.     

"Aku yakin Ryuu tidak akan keberatan mengenai ini, kok! Percayalah!" Reiko melirik ke suaminya yang duduk di sebelah dia sembari menyeruput kopi hitamnya.     

"Um, ya sudah kalau memang itu tidak masalah untuk Tuan Ryuu." Yuza lega mendengar Reiko memberikan jaminan mengenai itu.     

"Hi hi, memangnya kenapa Yuza-kun sepertinya setakut itu pada Ryuu? Dia lelaki yang baik dan lembut, kok! Percayalah!" Reiko sambil mengelus dagu sang suami dan tersenyum manis ke Nathan Ryuu yang juga membalas dengan senyum terbaiknya.     

.     

.     

Pada jam 8 kurang sedikit, mobil Reiko yang dikendarai oleh Benio pun tiba di depan gedung apato Yuza. Lelaki muda itu sudah berdiri di halaman depan gedungnya, memakai jaket musim dingin dan sibuk menangkupkan tangan supaya hangat.     

Dan begitu Yuza membuka pintu belakang, di sana sudah ada Reiko dan Nathan Ryuu. Wajah Yuza seketika redup. Hm, jadi ini yang disebut lelaki baik dan lembut, tapi dia tersenyum bagai iblis ketika mereka bertemu pandang.     

"Halo, Yuza-kun." Nathan Ryuu menyapa Yuza.     

"Tu-Tuan Ryuu …." Tak memiliki pilihan lain, Yuza membungkukkan tubuhnya.     

"Ano, Yuza-kun, maaf yah, Ryuu minta ikut, sekalian dia hendak bertemu klien, katanya." Reiko memberikan alasan akan kehadiran suaminya di mobil tersebut.     

Ingin sekali Yuza berteriak: 'Bertemu klien di jam 8 begini?! Apa tidak sekalian pertemuannya juga ada di gedung yang sama dengan tempat audisi nanti, hah?!'.     

Sepertinya Yuza lebih paham alur pikir Nathan Ryuu ketimbang Reiko sendiri. Jadi, sebenarnya yang lebih mengerti akan tuan muda Onodera ini … Reiko atau Yuza dan Shingo? Di situ kadang Yuza merasakan miris.     

"Yuza-kun, kau bisa duduk di depan bersama Benio. Tidak apa-apa, kan?" Nathan Ryuu segera saja membuat pengaturan.     

Kalau sudah begitu, mana bisa Yuza berani menolak. Dulu sebelum tahu Nathan Ryuu adalah pemilik SortBank Group saja, dia sudah tidak berani bertingkah di depan lelaki berkuasa itu, apalagi sejak diberitahu oleh Runa. "A-aku tentu saja tidak apa-apa, Tuan Ryuu!"     

Segera, Yuza pun menutup kembali pintu belakang dan ganti membuka pintu depan dan pasrah duduk di sebelah Benio, wanita sedingin dan sekaku besi. Dia melirik sejenak ke Benio dan hatinya bergidik sebelum akhirnya memakai sabuk pengaman.     

Mobil pun melaju ke sebuah tempat dimana di sana diselenggarakan audisi yang akan dijalani Reiko dan Yuza.     

Tiba di dekat tempat audisi, mobil pun berhenti dan Reiko serta Yuza keluar dari sana. Reiko sengaja ingin mobil berhenti agak jauh dari tempat audisi agar tidak menimbulkan prasangka dari pihak lain.     

"Sayank, bersemangatlah! Aku yakin kau pasti bisa menaklukkan juri atau apapun di sana dengan talentamu." Nathan Ryuu mengacungkan kepalan penyemangat dia ke Reiko sebelum pintu ditutup.     

"Umh!" Reiko mengangguk tegas. "Aku tidak akan membuatmu kecewa, Ryuu!"     

"Kalau sudah selesai, segera hubungi Benio, yah!"     

"Iya, Ryuu, itu pasti."     

"Dan Yuza-kun, aku titip kesayanganku ini, yah! Jangan sampai dia kenapa-kenapa, yah! Aku percayakan dia padamu."     

"E-ehh! Iya, Tuan Ryuu!"     

Lalu, Reiko pun menutup pintu belakang, dan mobilpun melaju kembali, sedangkan Yuza membungkuk hormat sebelum Reiko mengajaknya menuju ke tempat audisi.     

Gedung untuk audisi itu merupakan sebuah aula luas yang biasanya dipakai untuk pentas seni ataupun lokakarya.     

Ruang dalamnya sudah berisi banyak kursi untuk para pendaftar menunggu giliran mereka dipanggil ke dalam sebuah ruangan tersendiri.     

Tidak disangka-sangka, meski ini masih jam 8, tempat sudah dipenuhi banyak muda-mudi yang hendak ikut audisi. Padahal mungkin panitianya saja belum tiba.     

Antusiasme menjadi idol memang kadang tidak tertahankan.     

"Ayo, Reiko-chan, kita harus lekas mendaftar, jangan-jangan kita dapat nomor besar, huft!"     

"Iya, Yuza-kun. Ayo."     

"Tidak aku kira bahwa orang-orang bisa sedini itu datang ke sebuah audisi, padahal ini jam yang tertera di pengumumannya! Tapi lihatlah, sudah ada mungkin ratusan orang yang duduk di ruang tunggu." Yuza mengomel sambil berjalan ke tempat pendaftaran.     

"Hi hi hi … sudah, sudah, ayo mendaftar saja, Yuza-kun!" Reiko mendorong punggung Yuza.     

Seperti yang diduga oleh Yuza, mereka berdua mendapatkan nomor besar. Reiko pada urutan 279, dan Yuza di nomor 280. Setelah mendaftar, mereka mendapatkan stiker nomor yang bisa ditempel pada tubuh mereka.     

"Ayo cari tempat duduk dulu."     

"Ya."     

Keduanya pun menuju ke tempat tunggu, berharap masih ada kursi yang tersisa untuk mereka.     

"Itu di sana, Reiko-chan!" Akhirnya, mata Yuza menemukan 3 kursi kosong di sudut ruangan.     

"Ayo cepat, sebelum diambil yang lain!" Reiko pun berlari-lari kecil diikuti Yuza, keduanya terlihat sumringah dan ceria.     

Beruntung sekali mereka bisa mendapatkan kursi untuk duduk. Tidak terbayangkan apabila harus berdiri menunggu nomor mereka dipanggil, mungkin lutut mereka akan lemas dulu sebelum masuk ke ruang audisi.     

"Reiko-chan, aku berdebar-debar." Yuza menyentuh dada kirinya, seakan sedang berusaha menenangkan diri. Beberapa kali dia menghembuskan napas panjang.     

"Tenang saja, Yuza-kun. Kau ini berbakat. Aku yakin kau pasti lolos, jangan khawatir." Reiko menepuk-nepuk lengan Yuza. "Apa kau ingat, Yuza-kun, kau ini baru beberapa bulan saja berlatih dance, tapi lihat, kau sudah mahir menari! Bahkan banyak pelatih di Adora yang memuji skill tarimu."     

"Yeah … semoga saja lututku tidak runtuh ketika aku sudah masuk ke ruang audisi dan menghadapi penguji," harap Yuza.     

"Ha ha, tidak akan, percayalah! Bahkan aku yakin kau akan membuat mereka terpukau!" Reiko tertawa kecil.     

Setelah menunggu 2 jam lebih, nomor Reiko pun dipanggil.     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.