Inevitable Fate [Indonesia]

Bertanya Pada Dokter



Bertanya Pada Dokter

0Boku no kokoro tsuretette kure (Bawalah hatiku ini bersama denganmu)     
0

Fureteitai yureteitai (Aku ingin menyentuhmu, mengguncangmu)     

Kimi janai to ikenai kono madoi (Tak ingin yang lain selain dirimu, kebingungan ini)     

- Placebo by Kenshi Yonezu + Yokiro Noda -     

===========     

"Ryuu, bagaimana jika aku mengoperasi dadaku?" Pertanyaan dari Reiko ini tentu saja membuat Nathan Ryuu terkejut bukan main.     

Menengok kaget ke istri di sampingnya, raut wajah Nathan Ryuu tidak bisa lebih terkejut dari itu.     

Reiko ikut menoleh, membalas tatapan suaminya sambil dia tersenyum kecil. "Kenapa terkejut seperti itu, Ryuu?"     

"R-Rei … sayank, kau tentunya bercanda mengenai itu, kan?" Nathan Ryuu harus mengonfirmasi apa yang dia dengar, khawatir bahwa dia hanya salah dengar saja barusan.     

"Aku tidak bercanda. Meski ingin, tapi aku bersungguh-sungguh, Ryuu. Aku ingin mengoperasi dadaku, ingin membuatnya menjadi lebih kecil." Reiko mengulang dengan menambahkan lebih jelas maksud perkataan dia.     

"Rei, tapi … tapi … kenapa?" Nathan Ryuu belum bisa menguasai kekagetannya. Dia sampai melupakan kepandaian dia dalam menyembunyikan perasaannya.     

"Aku merasa … benda ini hanya akan terus menjadi sumber kesialanku saja. Banyak lelaki yang menatap mesum pada benda ini. Dan bahkan ada yang bersikeras memegangnya juga, kan? Aku lelah jika harus terus dan terus menerima perlakuan mesum mereka, Ryuu. Maafkan keegoisanku." Reiko mengatakan itu sambil menatap lurus ke mata suaminya.     

"Sayank, ini …." Nathan Ryuu tidak menemukan kalimat yang tepat.     

"Aku tahu, kau menyukai dadaku, dan … yah, bagian lainnya juga karena ini bagian dariku, aku tahu itu. Tapi … tidak hanya kau saja yang menyukainya, Ryuu, dan aku terganggu mengenai ini." Reiko menyentuh lengan sang suami untuk menyalurkan ketenangan dia ke pemuda Onodera di sisinya.     

Setelah semalaman, Reiko sudah memikirkan mengenai ini sebelum tidur. Menurutnya, ini adalah satu-satunya jalan terbaik baginya agar tidak melulu mengalami pelecehan seksual, karena dadanya terlalu provokatif.     

"Rei … kau … akan seberapa banyak kau menguranginya?" Meski terkejut, namun Nathan Ryuu menghargai keinginan istrinya. Jika dia di posisi Reiko pun pasti dia akan benci dan marah jika selalu saja mendapatkan pelecehan seksual.     

Jika operasi pengurangan payudara itu bisa memberikan kelegaan dan kebahagiaan bagi sang istri, maka itu akan baik-baik saja untuk Nathan Ryuu. Dia tidak ingin egois, meski menyukai dada besar istrinya, dia harus menomorsatukan kenyamanan Reiko.     

"Um, entahlah. Mungkin 50 persen atau 60 persen?" Reiko mengangkat bahunya.     

"Rei!" Pandangan Nathan Ryuu kosong seketika karena terlalu terkejut. "Itu sangat banyak, sayank!"     

"Benarkah? Hm, entah. Aku akan memikirkan ulang mengenai seberapa banyak yang ingin aku kurangi. Pokoknya, aku ingin tampil normal-normal saja, dan aku juga ingin orang ketika berbicara padaku, tidak terpaku ke dadaku saja." Rupanya ini juga yang menjadi kekesalan bagi Reiko selama ini. "Yah, meski tidak semuanya seperti itu, tapi … banyak. Sejak SMA."     

"Baiklah, aku akan mendukung apapun keputusanmu, sayank, selama itu membuatmu nyaman dan aman, aku tak akan menentangnya." Seperti biasanya, Nathan Ryuu mampu menekan egoisnya dan memberikan apapun yang Reiko inginkan.     

"Terima kasih atas dukungan dan pengertianmu, Ryuu. Lagi-lagi, aku tahu bahwa aku tidak salah memilih suami." Reiko berjinjit untuk mengecup bibir suaminya.     

Tuan muda Onodera membiarkan bibir mereka saling berpagut selama beberapa detik sebelum dia merengkuh sang istri dari samping dan memeluknya penuh rasa sayang. "Kalau begitu, Rei, kita harus membuat janji temu dengan dokter untuk mengkonsultasikan ini."     

"Ya, kau bisa mengaturnya, Ryuu. Aku mempercayakan ini padamu." Reiko menyamankan diri dalam pelukan suaminya.     

-0-0—0-0—0-0-     

"Tentu saja kami akan mengupayakan yang terbaik untuk Nyonya." Dokter berbicara ketika Nathan Ryuu membawa Reiko ke salah satu dokter umum kepercayaan sang tuan muda.     

Dan, tentu saja si dokter yang dipanggil ke penthouse.     

"Mohon bantuannya, Dokter." Reiko membungkukkan sedikit punggungnya ketika mereka berbincang di ruang tengah.     

"Tapi, tentu saja bukan saya nantinya yang akan melakukan operasi ini, Nyonya, tapi dokter bedah plastik, karena ini termasuk mammaplasty." Dokter menambahkan.     

"Ohh, baiklah." Reiko pun menoleh ke suaminya.     

"Ya, nanti akan aku hubungi dokter terbaik di bidang itu, sayank." Nathan Ryuu paham makna tatapan istrinya barusan.     

"Dan sebelum operasi, alangkah baiknya jika Nyonya melakukan mammografi dulu untuk memeriksa jaringan-jaringan di sana." Dokter tak lupa menyampaikan itu.     

"Baiklah, Dokter, terima kasih untuk informasinya." Nathan Ryuu menganggukkan kepalanya sebelum mengantar sang dokter keluar dari huniannya.     

-0-0—0-0—0-0-     

Esoknya, Nathan Ryuu sudah menemukan dokter bedah plastik terbaik di Jepang. Untung saja dokter itu bersedia datang ke penthouse setelah tahu bahwa yang memanggilnya adalah dari keluarga Onodera.     

"Apakah Nyonya mengonsumsi obat-obatan dalam beberapa bulan terakhir ini?" tanya dokter itu.     

"Tidak, Dok." Reiko menggeleng.     

"Apa Nyonya memiliki riwayat kesehatan khusus, misalkan penderita jantung, diabetes, atau darah tinggi atau semacam itu?"     

"Tidak, tidak ada, Dok. Saya sehat dan jarang sakit."     

"Apakah Nyonya merokok?"     

"Tidak."     

"Anda minum alkohol, Nyonya?"     

"Tidak sama sekali, Dok. Ahh, hanya pernah sekali, tapi itu sudah … lama sekali."     

"Anda mengonsumsi suplemen tertentu?"     

"Tidak, Dok."     

"Lalu, jenis anestesi macam apa yang ingin Nyonya ambil? Sebagian atau umum?"     

"Sepertinya, sebagian saja jika memungkinkan, Dok."     

"Nah, Nyonya, biasanya, prosedur melakukan mammaplasty akan disesuaikan dengan ukuran dada awal dan ukuran yang ingin dicapai. Biasanya akan memakan waktu sekitar 2 hingga 5 jam."     

"Ohh, kalau begitu, jika ingin mengurangi sebanyak 50 persen, kira-kira berapa jam, Dok?"     

"Mengurangi hingga 50 persen? Nyonya, apa kau yakin?" Dokter itu terlihat terkejut.     

"Kenapa? Apakah akan ada resiko?" Nathan Ryuu langsung saja bertanya dengan khawatir.     

"Ada beberapa resiko yang bisa terjadi paska operasi, misalnya mati rasa pada bagian put1ng, atau bisa pula bentuk payudara atau put1ng jadi tidak rata, tidak sama. Bisa juga, bila terlalu banyak jaringan yang diambil, Nyonya akan kesulitan menyusui. Apakah Nyonya memiliki rencana memiliki anak?"     

"Ya, saya punya rencana itu, meski tidak sekarang, tidak tahun ini."     

"Dan resiko lainnya yaitu terjadinya pendarahan di bagian dalam payudara. Yang tak kalah berbahayanya adalah terjadinya infeksi pada luka sayatan."     

"Dokter, sepertinya Anda sedang menakuti saya." Reiko tertawa kecil meski hatinya berdebar takut. Kenapa begitu banyak resiko yang bisa menimpa dirinya? Dia hanya ingin mengecilkan saja agar tidak melulu menjadi sasaran pelecehan seksual!     

"He he, maafkan saya, Nyonya. Saya hanya memaparkan apa adanya tanpa ingin menutup-nutupi apapun dari pasien." Dokter menundukkan kepala dengan hormat kepada Reiko.     

"Sayank, kau … kau sudah dengar sendiri kata-kata dokter mengenai resiko-resikonya, kan?" Nathan Ryuu tidak bisa tidak menoleh ke istrinya untuk mengatakan kecemasannya.     

"Tapi aku masih ingin melakukannya, Ryuu. Tak apa, kan?" Reiko menatap penuh memohon ke suaminya.     

Ini membuat Nathan Ryuu luluh seketika dan mendesah, lalu bertanya pada dokter, "Memangnya nanti prosedur operasinya seperti apa, Dok?"     

=============     

mammaplasty info source = Alodokter, Hallosehat     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.