Inevitable Fate [Indonesia]

P3lecehan S3ksual (Terjadi Lagi)



P3lecehan S3ksual (Terjadi Lagi)

0Shiitagerareta mama (Sementara merasa tertekan)     
0

Sono te wo komanuiteiru yori saa (Sekarang, daripada kau menggenggam tangan itu)     

Owari wo hajimeyou (Mari kita memulai sebuah akhir)     

- Dying Wish by Tasuku Hatanaka - OST Yuukoku no Moriarty (Moriarty The Patriot) -     

===========     

Alangkah kaget dan syoknya Reiko ketika dia berjalan keluar dari gedung Adora hendak ke mobil di seberang jalan, secara tiba-tiba, dia dipepet seorang lelaki asing memakai masker dan lelaki itu memeluk dan meremas-remas payudaranya sebelum akhirnya lari begitu saja dan Reiko jatuh terduduk di trotoar setelah sebelumnya menjerit keras.     

Benio langsung saja berlari ke Reiko, tidak memperdulikan lalu lintas dan orang-orang di sekitarnya. "Nyonya, Anda tidak apa-apa?"     

Mata Reiko menatap kosong ke Benio.     

Segera saja Benio mencari ke arah lelaki tadi lari dan menyusul dengan secepat dia mampu berlari, berusaha mengejar lelaki itu.     

Namun, sepertinya dia sudah terlambat sekian menit, sehingga tidak berhasil mendapatkan oknum pelecehan seksual terhadap Reiko itu. Benio pun segera berlari kembali ke tempat Reiko sebelumnya, dia melihat Reiko sudah dibangunkan beberapa perempuan di sana.     

Wajah Reiko masih nampak syok dan bingung meski dia melakukan ojigi pada perempuan-perempuan yang membantunya berdiri.     

"Nyonya." Benio mengambil alih tas ransel dari Reiko dan memapah Reiko yang masih gemetar ke mobil.     

Memang itu merupakan hal paling tidak disukai para perempuan ketika mereka mendapatkan pelecehan dari orang asing di luar rumah. Itu bukan sesuatu yang menyenangkan, tentunya.     

Meski hanya dijamah bagian tubuhnya, namun tetap saja akan merasa syok ketika menerima perlakuan semacam itu.     

Reiko tak tahu mengapa dia menjadi korban pelecehan seperti itu, padahal dia memakai jaket. Yah, memang dia tidak mengancingkan jaket pendeknya dan masih menggunakan pakaian senam.     

Dia berpikir, toh hanya keluar gedung dan hendak ke mobil yang pastinya dekat saja, maka tak perlu ganti baju. Apalagi dia baru saja melampiaskan kekesalannya mengenai alasan juri lomba cover dance.     

Maka, dengan atasan senam ketat dan celana spandex melekat ketat di kakinya dan melebar di bagian mata kaki, rupanya itu masih bisa menimbulkan gairah libido pada orang di sekitarnya. Setidaknya, orang yang terlalu berpikiran kotor.     

Sesampainya di penthouse, Reiko bungkam tak ingin bicara apapun dan pikirannya semakin ruwet.     

Ketika dia mandi di bawah kucuran air shower, dia memandang ke dadanya. Ya, payudara dia memang besar dan penuh. Mungkin bahkan bisa dibilang ini melebihi payudara rata-rata perempuan yang memiliki bobot dan tinggi seperti dia.     

Dia memang mirip seperti boneka Barbie, begitu langsing namun memiliki dada begitu penuh dan menantang mata orang-orang mesum.     

"Hghh!" Reiko berjongkok di bawah shower dan menutup wajah dengan dua tangannya.     

"Rei? Rei sayank? Sayank? Kau di dalam?" Kamar mandi sudah diketuk dengan heboh oleh Nathan Ryuu. Ada nada cemas dari pria itu.     

Reiko mematikan shower dan meraih handuk besarnya dan membelitkannya ke tubuh, lalu memutar kunci dan wajah suaminya lekas terlihat begitu dia membuka pintu.     

"Sayank, kau … kau tak apa-apa?" Nathan Ryuu segera memeluk istrinya. "Ohh, tentunya kau sedang tidak baik-baik saja, ya kan? Bodohnya aku!" Ia merutuk dirinya sendiri karena menanyakan pertanyaan konyol.     

Pria Onodera itu pun menuntun sang istri keluar dari ruang lembap itu ke sofa kamar mereka. "Aku sudah dengar dari Benio."     

Yah, Benio selain menjadi pengawal Reiko, juga berperan sebagai mata-mata darinya untuk melaporkan apapun yang terjadi pada sang istri.     

Reiko merebahkan kepala ke bahu suaminya dengan wajah masih rumit. Dia tidak ingin menangis.     

"Jangan khawatir, aku akan buat lelaki bejat itu menyesal pernah lahir di dunia ini dan mengganggumu!" Nathan Ryuu mengelus-elus lengan telanjang Reiko.     

Lalu, pria itu menaikkan wajah sang istri, menautkan tatapan mereka berdua, kemudian mengecup kening, mata, hidung, pipi dan bibir dengan rasa sayang tak terbatas.     

"Mana, mana yang disentuh tak hormat oleh lelaki itu? Aku akan menghapus jejaknya!" Dengan lembut, Nathan Ryuu meraih handuk di tubuh sang istri dan mengurainya agar terbuka dan dada Reiko bisa terekspos.     

"Ryuu, apakah memiliki dada besar begini merupakan suatu kesalahan? Suatu dosa kah jika dadaku lebih besar dari umumnya perempuan lain?" Reiko mempertanyakan apa yang sejak tadi pagi bercokol di otaknya.     

"Tentu tidak. Kau harus tahu, begitu banyak wanita di dunia ini yang menginginkan dada seperti milikmu. Mereka sangat mendambakan bentuk seperti ini dan mati-matian melakukan apapun untuk memiliki yang begini." Tangan Nathan Ryuu secara lembut membelai payudara Reiko, mengusap pucuknya penuh kasih sayang dan kemudian mengecupnya.     

"Ngghh … tapi, rasanya orang-orang sering menilaiku hanya berdasarkan dari dadaku ini saja. Sudah berapa kali aku mengalami pelecehan hanya gara-gara dada ini saja, hm?" Wajah Reiko masih datar dengan pandangan kosong. "Dari pemilik konbini, lalu kakaknya Runa, dan juri lomba dance cover, lalu lelaki asing … dada ini seperti menjadi sumber bencana untukku, Ryuu."     

"Tidak, sayank. Ini sama sekali bukan sumber bencana. Ini justru sumber keindahan di mataku." Nathan Ryuu membelainya sebelum mulai menciumi payudara Reiko, berusaha menghapus jejak buruk dari sentuhan kurang ajar pria asing sebelumnya.     

Beberapa jam berikutnya, ketika Reiko sudah berhasil terlelap di tempat tidur, Nathan Ryuu pun bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar dan menghubungi anak buahnya. "Sudah kalian dapatkan?"     

Dari seberang, sang anak buah menjawab, "Sudah, Tuan. Kami sudah melacak dari berbagai cctv di area itu dan telah mendapatkan pelakunya."     

"Bagus! Urus dia sesuai yang aku katakan sebelumnya."     

"Baik, Tuan!"     

Dan setelah itu, Nathan Ryuu menutup telepon dengan wajah puas, tak lupa senyum iblis dia tercetak jelas di raut mukanya.     

Sementara itu, di tempat lain, ada seorang pemuda mencoba berontak dari tali yang membebat pergelangan tangannya di belakang punggung dia sambil kakinya berusaha bergerak-gerak agar lepas dari ikatan di masing-masing betis pada kaki sebuah kursi.     

Namun, tidak akan ada hasil apapun juga meski sudah berjuang seperti itu, pemuda itu tetap saja terikat lekat di kursi kokoh dengan kepala ditutupi kantong kain.     

Bugh!     

Kepalanya terasa sakit seketika itu juga ketika ada seseorang memukul kepala yang tertutup itu.     

"Siapa? Siapa itu?!" teriaknya dengan mata melihat sekeliling meski tidak akan mendapatkan visual apapun dikarenakan kantong kain yang menyelubungi seluruh kepalanya.     

Plakk!     

"Arghh!" Pemuda itu menjerit ketika dia dipukul dan mengenai matanya. Itu tentu menyakitkan. "Kenapa aku ditangkap? Hei! Jawab aku! Apa salahku?!" serunya dengan suara bergetar. Yang dia ingat terakhir kali hanyalah dia baru saja makan ramen di sebuah kedai dan ketika berjalan sendirian di sebuah lorong pada suatu petang, mendadak saja ada yang membekap dia dari belakang dan dia pun pingsan.     

Ketika dia terbangun, dia sudah dalam kondisi begini, terikat tangan dan kaki dengan kepala terbungkus kantong kain.     

"Masih tak sadar apa dosamu?" Terdengar suara asing di dekat pemuda itu. "Bukankah kau sangat menyukai melihat lekuk tubuh wanita muda di Adora dan bahkan tidak ragu melakukan pelecehan terhadap mereka?"     

Degg!     

Jantung pemuda itu bagai dihantam godam. Kenapa penangkapnya ini tahu?     

===========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.