Inevitable Fate [Indonesia]

Datang ke Gedung Sortbank Group



Datang ke Gedung Sortbank Group

0amu geokjeong haji marayo geunyang nareul ttarawayo (jangan khawatir, cukup ikuti aku saja)     
0

No matter why, no matter what ya (tak perduli kenapa, tak perduli apa)     

urin mweol haedo deuramatik hae (apapun yang kita lakukan, itu begitu dramatis)     

- Dramatic by BVNDIT -     

===========     

Ketika hendak pulang, Reiko menerima telepon dari Runa. "Rei-chan, bisakah kita bertemu? Mumpung aku sedang rehat makan siang?"     

"Ohh, oke, Ru-chan. Aku akan langsung ke sana sekarang." Reiko tidak mungkin meminta Runa untuk menunggunya mandi karena jam makan siang Runa pasti tidak lama.     

Maka, dengan berbekal ganti baju bersih saja dan memakai mantel musim dingin, Reiko pun masuk ke mobilnya dan meminta Benio untuk mengantarnya ke kantor pusat milik sang suami.     

"Apakah Nyonya hendak bertemu Tuan?" tanya Benio dari spion tengah.     

"Um, tidak. Aku hendak bertemu dengan Ru-chan." Reiko menjawab.     

Lalu, Benio tidak mengatakan apapun lagi dan melajukan mobil ke destinasi yang telah ditentukan nyonya majikannya.     

Sesampainya di gedung menjulang dan kokoh Sortbank Group, Reiko melangkah masuk. Sebelumnya, dia sudah menghubungi Runa untuk menjemput dia di depan agar tidak bingung harus ke mana.     

Ketika Reiko tiba di teras depan gedung, Runa ternyata sudah menunggu di sana dan tersenyum sambil melambai riang.     

Mengabaikan mata para lelaki yang melirik penuh minat padanya, Reiko segera menghampiri Runa. Keduanya segera berjalan ke arah kantin.     

"Temani aku makan siang, yah!" pinta Runa sambil menggandeng tangan sahabatnya.     

"Tidak masalah." Reiko menyahut dan ikut memesan makanan seperti Runa dan membawa nampan makan siang mereka ke sebuah bangku panjang kokoh yang banyak tersebar di ruangan luas tersebut.     

"Kau tahu, kantin di lantai ini sangat enak. Paling enak di antara 6 kantin lainnya, meski makanannya sederhana." Runa berceloteh.     

"Ehh? Ada 6 kantin lainnya selain ini?" tanya Reiko, sungguh tidak menyangka.     

"Ya. Ada 6 lainnya. Ada kantin khusus makanan Eropa, kantin khusus makanan oriental, khusus makanan Asia Tenggara-"     

"Apakah ada kantin khusus makanan Indonesia?" tanya Reiko memotong Runa.     

"Ohh, sepertinya itu menjadi satu dengan kantin Asia Tenggara." Runa berkata. "Tapi makanannya kurang cocok untuk lidahku."     

"Ahh, begitu." Reiko mulai membuka bungkus sumpitnya, bersiap menyantap makanannya.     

"Ya ampun, aku benar-benar lupa kalau kau ini kan punya darah Indonesia, yah!" Runa menepuk dahinya.     

"He he, iya benar." Reiko bersiap makan.     

Kemudian, mereka pun mulai memakan makanan yang mereka beli dengan khidmat, sambil sesekali mengobrol.     

"Rei-chan, apakah Shin sudah jarang ke Adora atau masih rutin ke sana?" tanya Runa di sela-sela makannya.     

Mendengar pertanyaan Runa seperti itu, hanya ada satu pemikiran Reiko mengenai panggilan Runa agar dia ke sini, yaitu agar Runa bisa bertanya mengenai Shingo.     

Menahan geli, Reiko menjawab, "Um, tidak sesering sebelumnya. Dia kan sudah sibuk dengan kontrak seiyuu anime dia, maka dari itu, sepertinya dia lebih sering di kantor produksi animenya."     

"Ohh, ternyata begitu. Aku pikir dia masih sering ke Adora." Runa menghela napas lega mendengar bahwa pria terkasihnya ternyata sudah jarang ke Adora. Dengan begitu, artinya Shingo tidak lagi sering bertemu dengan Reiko.     

"Ya, aku justru lebih banyak bertemu dengan Yuza-kun." Reiko berkata sebelum mengunyah makanannya sambil menutupi mulutnya hanya untuk kesopanan.     

"Ahh, dengan Yuza, yah!" Runa manggut-manggut.     

"Memangnya kenapa, Ru-chan? Apakah kau khawatir dengan gadis-gadis di Adora?" tanya Reiko sambil menahan tertawa, menutup mulutnya karena masih ada sebagian makanan yang belum dia telan.     

"E-ehh! Tidak! Tidak begitu, kok!" Runa sedikit gugup dan menggoyangkan sumpit di tangannya dengan heboh sebagai tindakan penyangkalan. Yang aku khawatirkan bukan gadis-gadis di Adora melainkan, kau, Rei-chan. Begitulah gumaman Runa dalam hatinya.     

"Tenang saja, Ru-chan, aku yakin Shingo-san adalah pria yang setia pada pasangannya. Dia tidak akan mudah goyah dari cintanya. Kau harus yakin dan mempercayai dia, yah! Jangan memupuk prasangkamu agar tidak menjadi runyam, oke?" Reiko masih sempat menasehati sahabatnya agar hubungan kedua pasangan baru itu bisa langgeng.     

"Ehh? Ternyata ada Reiko-san?" Mendadak, muncul Akeno membawa nampan makan siangnya dan menoleh heran ke Reiko.     

"Ahh! Akeno-san!" Reiko lekas bangkit dari duduknya dan membungkuk tanda hormat pada bekas manajernya di Magnifico itu. Lalu dia duduk lagi, berbarengan dengan Akeno duduk di sebelah Runa. Kebetulan, mereka duduk berhadapan.     

"Ini … kalian saling kenal, yah?" Akeno masih menampilkan wajah herannya.     

Reiko dan Runa saling tertawa cekikikan sambil menutupi mulut dengan gaya imut.     

"Kami ini sahabat sejak SMP, Akeno-san." Runa menjawab Akeno.     

"Ya ampun, ternyata begitu!" Kini Akeno paham kenapa Runa yang hanya lulusan SMA saja bisa diterima kerja di gedung ini. Kalau bukan karena sahabat Reiko, mungkin tidak akan bisa menembus dunia Sortbank Group.     

Akeno memang sudah mengetahui mengenai hubungan Reiko dan Nathan Ryuu. Itu terjadi secara tidak sengaja ketika dia melihat Reiko turun dari mobil bersama tuan muda Onodera di pusat perbelanjaan Ginza.     

Namun, Akeno mengira hubungan keduanya hanyalah sepasang kekasih saja. Dia tidak akan pernah menduga bahwa sebenarnya mereka sepasang suami istri yang telah sah menikah.     

Ketika ketiga gadis itu sedang asyik mengobrol, banyak mata para serigala jantan terarah pada bangku tempat ketiganya duduk.     

Bahkan ada beberapa yang mencoba duduk di dekat Reiko meski tidak berani menyebelahi secara terang-terangan. Reiko dan Akeno bagaikan sepasang dewi di mata para lelaki itu.     

Akeno yang sudah paham dengan kelakukan rekan-rekan kerjanya yang pasti sedang cari perhatian padanya dan juga Reiko, hanya bisa mengerling geli saja. 'Kalian tentu tak akan memiliki secuilpun nyali jika tahu siapa pria yang memiliki Reiko', demikian ucapan di benaknya.     

"Apakah aku boleh ikut makan di sini?" Mendadak, suara baritone lelaki terdengar dari belakang Reiko.     

Wanita muda itu membelalakkan mata, tak menyangka akan mendengar suara itu. Nathan Ryuu! Tapi karena dia tidak ingin dikenali sebagai pasangan lelaki pemilik gedung itu, Reiko berlagak tidak kenal, dan hanya menjawab, "Ohh, silahkan saja, Tuan."     

Runa dan Akeno hanya bisa menonton pertunjukan di depan mereka dengan pandangan menahan geli.     

Nathan Ryuu paham dan mengikuti alur istrinya. "Secara kebetulan aku datang ke kantor ini dan perutku mendadak saja lapar, dan tidak menyangka akan ada tempat kosong di sini. Aku duduk di sini, tak masalah, kan?" Pria itu menaruh nampan makanannya langsung di meja dan duduk di sebelah Reiko persis.     

"Tentu, Tuan. Silahkan saja. Mana mungkin saya keberatan?" Reiko menyahut.     

Melihat adegan bos besar mereka membuat keajaiban dengan muncul di kantin pegawai dan bahkan langsung mendekati seorang gadis yang memikat mata para lelaki di sana, mana mungkin tidak terjadi kasak-kusuk di antara mereka?     

"Astaga, aku sungguh terkejut, baru kali ini melihat bos besar kita sudi makan di kantin!"     

"Aku jauh lebih terkejut ketika melihat dengan mata kepalaku sendiri ternyata bos besar kita juga tidak bisa menahan diri ketika melihat perempuan cantik seperti itu."     

"Ahh, ya benar! Ini berarti membuktikan bahwa bos besar kita bukan seorang gay, ya kan! Lihat, dari tatapan matanya, sepertinya bos begitu berminat pada wanita itu!"     

"Ha ha ha, sepertinya aku harus meminta uang taruhanku pada Yoshida setelah ini. Tunggu, aku harus merekam adegan spesial ini!"     

"Uang taruhan apa yang kau bicarakan?"     

"Yah, taruhan apakah bos kita gay atau bukan! Ha ha!"     

"Kau gila!"     

===========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.