Inevitable Fate [Indonesia]

Mimpi yang Mulai Bangkit



Mimpi yang Mulai Bangkit

0Mugendai no tsubasa shinjite (Percaya pada sayap yang tak terbatas)     
0

Tadori tsuita mirai (Masa depan yang ingin kita raih)     

Yume ni mukatte ikou ze (Mari kita pergi menghadapi mimpi)     

Mada toberu sa FLY AGAIN (Kita masih bisa terbang, terbang lagi)     

- ZERO to INFINITY (Dari NOL ke TIDAK TERBATAS) by Mamoru Miyano - OST. Ultra Galaxy Fight: The Absolute Conspiracy -     

===========     

Setelah pulih dari rasa syok nyaris mati diracuni oleh Erina dan Azuka, Reiko mendapati hatinya merasa lebih baik ketika dia melampiaskan emosi dia dalam kelas latihan dance di Adora pada esok harinya.     

Mel yang saat itu menjadi pembimbing kelas pun melihat emosi meluap-luap dari Reiko dan menanyakannya ketika sesi rehat. "Rei, kau kenapa? Apakah ada masalah di rumah?"     

"He?" Reiko terkejut dengan pertanyaan pelatih dance-nya dan gerakan mengusap keringat menggunakan handuk kecil pun terhenti. Bagaimana bisa Mel mengetahui itu?     

"Hi hi, kau pikir aku tidak tahu jika kalian memiliki masalah di tempat lain, hm? Aku ini memiliki kepekaan melalui dance, Rei." Mel menyentuh dadanya sendiri dengan sikap bagaikan seorang pertapa senior.     

Reiko mau tak mau terkikik geli. "Yah, mungkin. Hi hi, tapi aku akui kau memang hebat bisa mengetahui hal semacam itu hanya dari dance saja, Mel."     

"Jangan remehkan aku dalam aspek itu. Ayo, kita lanjut!" Mel menepuk lengan Reiko dan mulai memanggil yang lainnya agar kembali melanjutkan latihan mereka.     

Usai latihan dance, ada seseorang masuk ke ruangan tersebut dan menempelkan sesuatu.     

"Apa itu?"     

Orang-orang di ruangan itu pun mulai mendekat ke kertas yang ditempel di papan tulis putih. Judul besar di kertas itu adalah: Audisi Menjadi Trainee di Agensi G&G.     

"Seleksi menjadi trainee di agensi G&G?"     

"Apa ini?" Reiko ikut membaca yang tertulis di kertas. "Agensi G&G sedang membutuhkan trainee baru untuk diorbitkan menjadi idol?"     

"Woaahh! Ini luar biasa! Aku harus bekerja keras untuk ini!"     

"Aku akan mulai melatih suaraku untuk ini!"     

"Wah, aku tak tahu apakah aku ingin menjadi idol, tapi sepertinya itu hebat, ya kan?"     

Banyak suara di sekitar Reiko yang membahas mengenai pengumuman tersebut.     

"Kau ingin mencobanya, Rei?" tanya Mel pada Reiko di sampingnya.     

"Aku? Hm, entahlah. Aku tak yakin apa aku pantas menjadi idol, he he …." Reiko menimpali.     

Dan ketika dia bertemu Yuza yang berlatih di ruang sebelah, Reiko menanyakan mengenai pengumuman tadi. "Sudah tahu mengenai tawaran dari G&G?"     

"Ah! Ya!" Mata Yuza berbinar. "Tentang rekrutan trainee itu, kan?"     

"Benar." Reiko mengangguk. "Yuza-kun, apa kau tertarik mengenai itu?"     

"Tentu saja!" Yuza mengangguk tanpa ragu. "Bayangkan seperti apa hebohnya keluargaku dan juga tetanggaku nanti jika mereka melihat aku tampil di televisi!"     

"Sepertinya Yuza-kun bersemangat akan itu, hi hi!" Reiko terkikik mendengar antusiasme Yuza mengenai audisi untuk menjadi trainee di agensi G&G.     

"Benar! Aku sungguh bersemangat mengenai ini! Ahh, tapi menjadi idol tidak hanya urusan menari saja, ya kan?" Yuza duduk santai di satu bangku panjang di depan ruang kelas.     

"Benar. Juga ada aspek menyanyi yang akan menjadi pertimbangan diterima juga." Reiko mengangguk.     

"Reiko-chan, ayo kita mendaftar!" ajak Yuza dengan mata berbinar penuh antusias.     

"Ehh?" Reiko menatap tak tentu pada Yuza.     

.     

.     

Reiko masih memikirkan mengenai ajakan Yuza tadi.     

Menjadi idol?     

Pikiran Reiko dipenuhi akan pertanyaan itu. Menjadi idol, yah? Berarti itu berkaitan dengan kemampuan menyanyi sekaligus menari. Harus memiliki talenta di kedua hal tadi.     

Selain dua hal tadi, menjadi idol artinya juga harus siap dengan banyaknya tanggung jawab yang menyertai, sekaligus manajemen diri sendiri yang ketat.     

Manajemen waktu, manajemen sikap, dan banyak lagi.     

"Sepertinya sejak tadi kau melamun sampai tidak mendengar aku datang, sayank." Nathan Ryuu tiba-tiba sudah berada di sisi Reiko.     

Gadis itu lekas melonjak kaget ketika mengetahui suaminya sudah di sebelahnya ketika dia di dapur. "Astaga, Ryuu! Kau sungguh mengagetkan aku!"     

"Mengagetkanmu?" Nathan Ryuu melingkarkan dua lengannya ke pinggang sang istri. "Sepertinya kau yang mengabaikan aku sejak tadi, hm? Apakah kau tidak mendengar aku memanggilmu dan mengatakan 'tadaima' (ucapan ketika pulang ke rumah)?"     

"O-ohh, maafkan aku, Ryuu. Okaerinasai (ucapan menyambut yang pulang ke rumah)." Reiko merasa konyol sendiri atas sikap melamun dia sampai-sampai tidak mendengar suaminya pulang.     

"Jadi … sedang membuat apa, hm?" Mata Nathan Ryuu mengintip ke depan melalui bahu Reiko.     

"Ohh, ini … hanya membuat cokelat praline isi almond kesukaanmu." Reiko mengangkat cetakan cokelat di depannya yang masih berisi lapisan cangkangnya saja.     

"Hm, sepertinya akan menjadi camilan menyenangkan ketika nanti sore kita duduk santai di jendela, ya kan, sayank?"     

"Iya, Ryuu. Nanti aku akan buatkan juga teh atau mungkin susu hangat? Mana yang kau ingin?"     

"Hm, sepertinya teh chamomile saja, sayank."     

"Baiklah. Tunggu sebentar, yah. Kau bisa ganti baju dulu, oke?"     

"Tidak mau."     

"Ehh? Tidak mau? Kenapa?"     

"Karena aku ingin tahu apa yang membuat pikiranmu tersita hingga mengabaikan aku."     

"Ryuu, aku kan sudah minta maaf mengenai itu."     

"Katakan dulu padaku, apa yang membuatmu melamun sebegitu mendalamnya, sayank."     

"Um, hm … bagaimana mengatakan ini, yah?"     

"Katakan saja."     

"Um, baiklah … jadi … tadi di Adora … ada pengumuman di papan tulis ruang latihanku."     

"Isinya?"     

"Agensi G&G membuka audisi untuk trainee. Mereka ingin mengorbitkan idol baru."     

"Hm … jadi itu."     

"Ryuu, apakah kau marah? Atau kau memiliki pendapat?"     

"Kau ingin mencoba mendaftar di sana?"     

"Um … aku tak tahu, Ryuu. Aku juga harus membicarakan ini denganmu, ya kan?"     

"Kau pasti ingin mencobanya, ya kan?"     

"Um … apakah kau tak suka?"     

Nathan Ryuu terdiam sejenak mendengar pertanyaan istrinya. Apakah dia tidak suka? Ya, dia tidak suka, tapi tidak membencinya. Dia tahu dengan jelas bagaimana Reiko sangat menyukai seni.     

"Ryuu? Um, kalau menurutmu itu buruk maka aku akan-"     

"Coba saja."     

"Ehh?"     

"Ya, cobalah mendaftar, tapi jangan langsung kecewa jika kau ditolak."     

"Kau yakin? Um, maksudku … kau tak apa jika aku mendaftar itu?"     

"Yah, kenapa tidak? Aku bukan lelaki kolot yang mengekang istriku ketika istriku ingin berkembang dan memiliki karir sendiri sesuai yang dia suka." Ya, dia mencoba menegoisasikan ini sendiri pada batinnya. Dia sangat berjuang menekan egonya.     

"Ryuu!" Reiko berbalik dan memeluk sang suami erat-erat. "Terima kasih atas pengertianmu. Aku sungguh menghargai sikap berpikir terbukamu ini."     

Reiko sangat paham bahwa tidak mudah bagi seorang lelaki untuk membiarkan pasangannya berkarir di dunia entertainment. Tapi … ini kan belum terjadi. Belum tentu juga Reiko diterima, ya kan?     

Tapi, setidaknya Reiko tahu bahwa dia memilih lelaki yang tepat dan terbaik untuk menjadi pendamping dan belahan jiwanya. Ia begitu beruntung, ya kan?     

"Baiklah, aku akan ganti baju dulu dan menunggu cokelat serta teh hangatmu segera tersaji, sayank." Nathan Ryuu tersenyum lembut. Reiko mengecup lembut bibirnya, dan dia berkata, "Hm, sepertinya kau harus melakukan lebih dari itu untuk menyenangkan aku, sayank."     

"Ha ha, baiklah, aku akan melakukan yang terbaik! Lihat saja nanti!" Reiko mengerling nakal sebelum pantatnya ditepuk suaminya.     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.