Inevitable Fate [Indonesia]

Sudah Ketahuan



Sudah Ketahuan

0Aganai no hoshi uzuku furukizu (Bintang penebusan dan bekas luka lama)     
0

TRIGGER nazoru toganin no yubi (Jari kriminal yang mengikuti pelatuk)     

Oshi korosu kanjou haifu nemurase (Perasaan membunuh, menyembunyikan nafas)     

ONE SHOT ONE KILL hazusanai (One Shot One Kill, pasti takkan meleset)     

- Fifty Caliber Punishment by HachiojiP feat. Kagamine Rin VOCALOID -     

===========     

Ketika Azuka hendak pergi melarikan diri dari ruang itu, mendadak saja Nathan Ryuu berteriak, "Tolong hentikan dia." Kemudian, ada beberapa lelaki berpakaian jas hitam dan bertampang dingin serta membawa aura serius masuk ke ruangan itu dan lekas memegangi Azuka.     

"I-ini …." Reiko dan yang lainnya jadi makin bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Nathan Ryuu begitu bertingkah aneh sejak tadi?     

"Tuan Ryuu?" Yuza masih saja heran dengan adegan di depan matanya. Itu … itu terlalu keren! Memanggil dengan suara santai dan kemudian ada banyak lelaki berjas hitam langsung datang dan mengepung, ini seperti di dalam film mafia atau yakuza!     

Terlalu keren!     

Azuka kini tidak berkutik karena dia sudah dipegangi oleh anak buah Nathan Ryuu.     

"Nona, kenapa terburu-buru ingin pergi?" tanya Nathan Ryuu pada Azuka dengan senyum iblis sudah muncul ketika dia mendekat ke Azuka. "Ayo, kita teruskan permainan kita! Malam masih panjang, benar? Jangan ragu-ragu untuk bergembira! Nah, ayo cicipi makanan kami."     

"Tidak! Tidak, Tuan! Jangan! Jangan, aku mohon!" Azuka membelalakkan mata ketika dia melihat tangan Nathan Ryuu sudah mengambil sumpit untuk menjepit sepotong daging yang nampak lezat.     

"Buka maskernya." Perintah tuan muda Onodera itu bagaikan petir di telinga Azuka.     

Salah satu anak buah Nathan Ryuu pun mengangguk dan menurunkan masker dari wajah Azuka.     

"Hah?! Azuka?" Yuza sampai terbelalak saking terkejutnya.     

"Kenapa dia ada di sini? Tidak hanya Erina yang bekerja di sini?" Shingo juga terkejut, dan berbeda dengan Yuza, dia mengerutkan keningnya, mencoba memproses kenapa ada Azuka di sini dan kenapa pula sepertinya Nathan Ryuu bersikeras memasukkan gadis jahat itu ke dalam permainan lakon mereka.     

"Azuka? Siapa?" Runa bertanya ke Yuza.     

"Kalau kau ingat dengan yang bernama Erina di depan tadi, maka dia adalah antek dari Erina." Shingo yang menjawab untuk Runa.     

"Heh?" Runa terkesiap.     

"Antek apanya?" Yuza menyambung. "Dia lebih pantas disebut boneka, atau mungkin … budak tolol dari Erina?"     

"Rei-chan … dia … dia juga yang menyakitimu di Magnifico?" Runa berpaling ke sahabatnya.     

Reiko hanya menundukkan kepala, tak tahu harus bereaksi macam apa saat ini. Dua orang yang paling menyakiti dia malah ada di tempat yang sama dengannya. Apakah Tokyo begitu sempit hingga harus bertemu keduanya sekaligus?     

"Nah, tunggu apalagi, buka mulut dia, aku akan masukkan daging ini dan kita lihat apa yang terjadi." Seringaian iblis milik Nathan Ryuu terarah lurus pada Azuka.     

"Jangan, Tuan! Hentikan! Aku mohon hentikan!" Azuka mencoba memberontak dengan menoleh kiri dan kanan dengan heboh ketika tangan anak buah Onodera Ryuzaki berusaha mencekal pipinya dan membuka paksa mulut dia.     

"Memohon padaku? Tapi, kenapa waktu Reiko memohon pada kalian untuk tidak menyakitinya, kalian tidak berhenti? Bahkan kau tidak segan-segan hendak mengumpankan Reiko-ku ke dua lelaki mesum!"     

Ucapan tuan muda Onodera pada Azuka bagaikan cemeti yang dilecutkan ke telinga dia. Reiko-ku, demikian lelaki tampan itu menyebut Reiko. Itu sudah menunjukkan seberapa mendalam perasaan lelaki itu pada Reiko.     

Apakah … sejak pertama, Reiko memang hanya berhubungan dengan lelaki itu seorang? Tidak ada lelaki tua bangka yang sering dia gembar-gemborkan sendiri? Kalau benar begitu, betapa penuh percaya diri dia telah memiliki nyali berlebihan mengklaim sesuatu tanpa benar-benar mengerti.     

Yah, kebanyakan manusia di dunia ini memang lebih cepat berprasangka sebelum mencari kebenarannya terlebih dahulu. Terutama jika mereka mengetikkan sesuatu dengan penuh amarah di media sosial, seakan mereka adalah hakim agung melebihi Tuhan itu sendiri.     

"Tuan, ampun! Ampuni aku! Ampuni aku yang rendah ini! Aku mohon, jangan masukkan daging itu!" Azuka menggeleng dengan tatapan penuh terror ke daging yang hendak dijejalkan ke mulutnya.     

"Kau meminta ampun padaku? Kenapa padaku? Bukan aku yang kau sakiti, kan?" Nathan Ryuu terkekeh.     

Azuka paham dan lekas beralih menatap Reiko, berkata dengan heboh, "Reiko! Reiko-san! Aku mohon, ampuni aku! Ampuni aku! Jangan biarkan daging itu dijejalkan kepadaku! Aku minta maaf! Aku minta maaf sudah banyak menyakitimu!"     

Reiko masih menundukkan kepalanya ketika dia menahan tangisnya. hari-hari berat nan menyedihkan di Magnifico pun kembali terbentang di ingatannya.     

Betapa dulu dia begitu naïf memercayai Erina, Yukio dan Azuka. Memercayai mereka sebagai teman. Namun, apa yang dilemparkan ketiga gadis itu pada dirinya? Hanyalah rasa sakit dan pahit dari sebuah pengkhianatan.     

"Reiko-san! Aku mohon jangan biarkan pacarmu membunuhku! Aku mohon, bujuklah dia! Reiko-san! Aku bersedia mencium kakimu! Aku bersedia mengabdi padamu, menjadi budakmu!" Azuka masih berteriak-teriak heboh penuh permohonan pada Reiko.     

"Tuan Ryuu, sebenarnya ini kenapa?" Yuza bertanya ke Nathan Ryuu. "Kenapa dia sebegitu takutnya ketika Tuan hendak menyuapkan daging ke mulutnya?"     

Bukannya langsung menjawab, Nathan Ryuu malah terkekeh dan kemudian berkata, "Coba kau tanyakan sendiri pada dia, apa yang dia lakukan pada makanan dan minuman kita."     

"Hah?!" Yuza dan yang lainnya berseru kaget. Lekas saja mereka menatap Azuka secara bersama-sama, menuntut jawaban.     

Wajah Azuka kian pias. Apakah benar dia sudah ketahuan oleh lelaki tampan itu bahkan sejak awal? Bagaimana bisa! "Aku … aku …."     

"Katakan atau aku yang akan lebih dari bersedia untuk menggantikan Tuan Ryuu menjejalkan daging padamu!" bentak Yuza ke Azuka yang masih dipegangi anak buah Nathan Ryuu.     

"Aku … aku membubuhkan racun pada … makanan dan minuman …." Azuka begitu lirih mengucapkan itu. Tapi suaranya sudah terdengar jelas karena Runa telah melirihkan volume lagu di ruangan itu.     

Betapa terkejutnya mereka di sana. Sedangkan Nathan Ryuu dan anak buahnya hanya menampilkan wajah tenang, seakan itu bukan sesuatu yang membuat mereka terkejut.     

"Kau! Kau binatang!" Runa menampar Azuka keras-keras dengan penuh emosi. Matanya sudah basah dan dadanya naik turun, begitu murka bahkan ingin mencakar-cakar wajah Azuka. "Kau wanita terkutuk!"     

Azuka tidak bisa berkata apapun untuk membalas amarah Runa.     

"Azuka-san …." Akhirnya Reiko memunculkan suaranya seraya dia mengangkat kepalanya, matanya basah meski belum ada air mata luruh di pipi. "… sudah berapa banyak aku memberimu kesempatan? Berapa kali aku telah melepaskan kamu dan tidak ingin terkait lagi denganmu? Tapi kenapa kau masih saja berusaha ingin terus menyakitiku saat aku sudah tidak ingin memerdulikanmu lagi? Kenapa kau harus mengusik ketenanganku? Kenapa ingin mendorongku begitu jauh?"     

Akhirnya lelehan bening itu pun jatuh ke pipi.     

"Re-Reiko-san … maafkan aku. Maafkan aku … aku sungguh tak tahu diri." Azuka merasakan tubuhnya mulai dialiri rasa dingin bagai punggungnya dimasuki salju abadi, merinding hingga ke tulang belakang. Apa yang akan terjadi pada dirinya? Reiko akan membunuhnya? "Kumohon jangan bunuh aku … kumohon, Reiko-san …." Segala harga diri yang dia agungkan telah lenyap tak berbekas saat ini selain hanya keinginan untuk tetap hidup saja.     

"Baiklah, aku kabulkan keinginanmu, dan jangan sampai aku bertemu atau mendengar lagi mengenai ulahmu, Azuka-san. Itu juga berlaku untuk Erina di depan sana." Reiko mengatakan dengan wajah dingin sebelum dia menoleh ke suaminya dan mencari kenyamanan di pelukan sang Onodera untuk menangis.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.