Inevitable Fate [Indonesia]

Pesta Perayaan Untuk Shingo



Pesta Perayaan Untuk Shingo

0Douraku shinjou seigyo funou (Perasaan senang yang lepas kendali)     
0

Jibun ni kassai (Bersorak untuk diri sendiri)     

Kisei no gainen hourinasee (Mari membuang aturan yang berlaku)     

Jiyuu na koudou (Bertindak dengan bebas)     

- Douraku Shinjou (Perasaan Senang) by DOES - OST. Gintama the Movie -     

========     

Ternyata Shingo telah berhasil mendapatkan kontrak profesional pertamanya dalam dunia seni. Ini tentu saja menggembirakan bagi Reiko dan Yuza yang mendengarnya.     

Bagi keduanya, Shingo sangat hebat karena bisa mendahului mereka untuk berkarir di bidang seni.     

"Pokoknya kita harus rayakan ini!" Reiko bersemangat. "Ayo, kita rayakan nanti malam, yah!"     

"Harus makan-makan dan minum sampai teller!" seru Yuza tak mau kalah.     

"Oi, jangan berlebihan! Ini hanya peran kecil saja!" Shingo tak ingin keduanya membesar-besarkan hal ini.     

Tapi Reiko dan Shingo tidak perduli dan tetap ingin merayakan keberhasilan Shingo. Pria itu pun pasrah tidak lagi mendebat dan hanya mendecih pada keduanya.     

.     

.     

"Shingo-kun, selamat." Nathan Ryuu mengangkat gelasnya untuk Shingo.     

"Yah, terima kasih, Tuan Ryuu." Shingo juga mengangkat gelasnya dan keduanya meneguk isinya.     

Saat ini, malam perayaan untuk Shingo yang diprakarsai Reiko, berada di sebuah cafe di daerah Roppongi. Cafe itu nyaman dan memiliki vibe santai, tepat untuk anak-anak muda.     

Karena ada Nathan Ryuu mendampingi Reiko, wanita itu diijinkan untuk minum alkohol. Namun, meski diberi kebebasan begitu oleh suaminya, Reiko tidak berlebihan, dan hanya memesan koktail saja.     

Sedangkan kawan-kawan lainnya tidak ragu memesan berbagai macam minuman. Mereka sepertinya ingin menikmati malam ini dengan baik. Bahkan Runa tidak segan-segan mulai minum sake-nya, seperti Shingo.     

Lima orang itu benar-benar menghabiskan dua jam mereka dengan obrolan menyenangkan dan santai. Tempat itu bukan tempat level atas, sehingga tidak ada yang bisa mengenali Nathan Ryuu.     

Apalagi tempatnya bercahaya minim dan temaram, membuat suasana makin santai untuk berbincang akrab.     

Dua jam lebih mereka berada di sana untuk makan dan minum. Nathan Ryuu bersikeras untuk mentraktir semuanya sebagai bentuk apresiasi dia kepada Shingo dan talentanya.     

"Shingo-san memang hebat! Dia hanya butuh beberapa minggu saja sebelum akhirnya dia dilirik rumah produksi anime dan dipilih!" Runa menatap bangga pada pria terkasihnya.     

Wajah Shingo menampilkan senyum kecil saja.     

"Shingo-san, tolong ceritakan bagaimana kau bisa mendapatkan kontrak itu!" Reiko penasaran.     

"Ya, ya, katakan pada kami, Ossan!" sambung Yuza.     

"Ya ampun, memangnya apa yang perlu diributkan mengenai itu, sih? Aku hanya dibawa pelatih seiyuu-ku ke sebuah agensi seiyuu, dan dari sana, aku diperkenalkan ke seorang petingginya rumah produksi anime yang kala itu sedang ada di sana. Lalu, aku menjalani tes kecil saja dan mereka menyukai suaraku dan ingin aku ikut terlibat di anime mereka. Hanya seperti itu saja, tak ada yang istimewa." Shingo menjelaskan dengan gaya acuh tak acuh.     

"Hebat! Tentu saja itu hebat dan juga istimewa, Shingo-san!" Reiko berseru kagum. "Apakah yang membawamu itu Kimura Jito-sensei?" Matanya membulat saat berbicara pada Shingo, dia benar-benar kagum atas prestasi Shingo.     

"Um, yah." Shingo mengusap canggung tengkuknya ketika Reiko memuji dan memberikan apresiasinya melalui tatapan mata. Disanjung wanita idaman, mana mungkin tidak merasa bahagia?     

"Yosshh! Aku juga harus berjuang agar Reiko-chan memujiku!" Yuza mengepalkan tangan kanannya di udara sambil menampakkan wajah bersungguh-sungguh.     

"Heh, bocah busuk, tahu diri sedikit! Kau pikir kau sedang bersama siapa?" Shingo menoyor kepala Yuza.     

"Oi!" Yuza hendak mendebat Shingo, namun kemudian dia paham maksud ucapan Shingo. Segera saja dia melirik ke Nathan Ryuu yang sudah tersenyum lebar tanpa memperlihatkan giginya ke dia. Hati Yuza bagaikan dihantam godam iblis. "A-aaa! Maafkan aku, Tuan Ryuu!"     

Yuza lekas bangkit berdiri dari duduknya dan melakukan ojigi pada Nathan Ryuu.     

Runa dan Reiko terkikik geli melihat sikap panik Yuza, sepertinya pria muda itu minum terlalu banyak.     

"Tidak, tidak apa-apa." Nathan Ryuu masih menampakkan senyum lebarnya yang sebenarnya itu menakutkan, bagi Yuza. "Memiliki rival cinta itu merupakan hal yang menaikkan adreanalin, kan? Ya, kan sayank?" Ia melirik Reiko.     

"Tidak! Tidak! Tidak!" Yuza lekas menggoyang-goyangkan telapak tangannya. "Aku tidak berani! Aku tidak berani menjadi rival Tuan Ryuu!" Ia juga menggelengkan kepalanya kuat-kuat dengan cepat.     

"He? Bocah, bukankah dulu kau pernah sesumbar padaku bahwa kau tidak takut bersaing dengan Tuan Ryuu? Kau bahkan berkata dengan yakin bahwa kau bisa mengalahkan Tuan Ryuu." Shingo makin menuangkan bensin kea pi.     

Segera saja Yuza menatap geram ke Shingo. "Ossan sialan! Kapan aku mengatakan itu, huh?" Lalu ia beralih ke Nathan Ryuu. "Tu-Tuan Ryuu, sungguh, aku tidak berani untuk bersaing denganmu! Jangan dengarkan kata-kata Ossan busuk ini! Justru dia yang ingin menjadi rivalmu."     

"Tsk!" Shingo mendecak santai dan berkata, "Kapan tepatnya aku pernah mengatakan hal demikian? Tanggal berapa, hari apa, jam berapa?"     

"Ossan! Kau menyukai Reiko-chan, iya kan? Mengaku saja!" Yuza kian tersudut.     

"Tidak, aku tidak berani menyukai Reiko-san karena sudah ada Tuan Ryuu. Aku ini orang yang sadar diri." Shingo menahan tawanya dengan susah payah saat mengatakan itu. Yuza tentu saja kian panik.     

"Sudah, sudah, aku tidak mempermasalahkan apabila kalian menyukai is—kekasihku. Dia memang pantas disukai siapapun, ya kan?" Dengan sikap santai, Nathan Ryuu menarik bahu istrinya dan memeluk Reiko hingga wajah Reiko merona.     

"R-Ryuu, apaan sih kau ini." Reiko tersipu sambil menepuk paha suaminya.     

"Setelah ini, ayo ke tempat karaoke, setuju?" Runa mengusulkan.     

"Woah! Aku setuju!" Yuza menyahut dengan suka cita. Dia tidak ingin lekas berakhir menyedihkan di apato dia dalam kondisi kesepian seperti hari biasanya. Keluar bersenang-senang seperti ini sungguh mengobati kesepian dia.     

Akhirnya, mereka sepakat untuk melanjutkan perayaan di sebuah karaoke. Maka, tak butuh waktu lama bagi lima orang itu untuk berada di sebuah karaoke, masih di daerah Roppongi juga, tak jauh dari cafe itu.     

"Ayo kita jalan kaki saja! Katanya tempat karaokenya dekat dari cafe ini."     

"Ayo!"     

.     

.     

Nathan Ryuu memeluk Reiko sepanjang jalan ketika mereka berjalan kaki ke tempat karaoke tersebut. Keduanya memakai pakaian yang menampilkan status mereka. Mantel bulu kedua orang itu sudah bisa membuat mata jeli orang bisa menaksir berapa jumlah puluhan ribuan dolar untuk itu.     

Sementara untuk 3 lainnya, agar tidak membuat Yuza curiga, Runa menggandeng kedua pria di kanan dan kirinya. Ia harap Shingo paham dan tidak cemburu pada Yuza.     

Jika ini sampai ditanyakan ke Shingo, pasti Runa akan cukup sakit hati, karena jangankan cemburu, bahkan Shingo tidak perduli Runa hendak menggandeng siapa.     

Setibanya mereka di tempat karaoke, betapa kagetnya Reiko dan juga Yuza serta Shingo ketika bertemu penjaga pintunya.     

"Erina-san." Reiko berbisik pelan.     

Tak hanya Reiko saja yang terkejut. Erina pun demikian. Ia tidak menyangka akan bertemu muka dengan Reiko di tempat kerjanya. "Se-selamat datang, pelanggan terhormat."     

Karena sudah menjadi SOP-nya, maka Erina terpaksa membungkukkan tubuhnya ke Reiko dan yang lainnya meski kedua tangan mengepal erat di sisi tubuh.     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.