Inevitable Fate [Indonesia]

Melupakan Nasehat Demi Kedamaian Hati



Melupakan Nasehat Demi Kedamaian Hati

0Tameratte nani mo dekizu sukoshi naita (Aku merasa cemas, tak berdaya, dan sedikit menangis)     
0

Barenai you sode de nugutte (Menyekanya dengan lengan agar tak diketahui)     

Kimi made tobikomu (Bahkan melompat ke pelukanmu)     

- Careless by ClariS - OST. Mahou Shoujo Madoka: Magica Gaiden -     

==========     

Runa pamit pada Yuza dan berlari mencari tempat sepi untuk bisa menelepon Shingo gara-gara mendapatkan informasi dari Yuza yang kian merontokkan keteguhan dia untuk menjalankan nasehat Akeno.     

Persetan dengan nasehat. Persetan dengan jurus untuk membuat kekasih merindukan kita. Runa tak butuh itu saat ini. Dia hanya butuh mengetahui dengan jelas di mana Shingo berada dan bersama siapa!     

Rasanya Runa ingin memiliki sayap agar dia bisa mencari dengan bebas di mana kekasihnya. Dia sungguh tidak sabar ketika teleponnya masih juga tidak diangkat.     

Ini sudah percobaan menelepon yang ke 5 kali! Di mana dia?! Runa hampir meledakkan dunia saking kalutnya.     

"Moshi moshi, kenapa Runa?" Akhirnya telepon itu pun diangkat oleh sang pria.     

"Sh-Shin! Kau … kau di mana? Kenapa tidak ada kabar sampai jam ini? Apa kau ada di Adora? Atau di mana? Dengan siapa?" Runa tidak bisa menahan diri untuk memberondong Shingo dengan rentetan pertanyaan.     

Tidak ada sahutan dari seberang sana. Hanya hembusan napas saja yang terdengar. Lelaki itu sedang apa, sih? Jangan katakan sedang menghentak tubuh wanita! Runa bisa menjambaki rambutnya sampai botak kalau sampai itu terjadi!     

"Shin? Shin? Apa kau masih di sana?" Runa mulai ragu dengan keheningan itu.     

Tuutt … tutt … tuttt ….     

Sialan! Runa ingin membanting teleponnya ketika dia menyadari bahwa teleponnya sudah tidak tersambung. Apakah Shingo sengaja menutupnya? Bagaimana bisa!     

Apakah benar pria itu sedang bersama wanita lain makanya tidak ingin bicara banyak padanya?     

Menahan tangisnya, Runa kembali men-dial nomor Shingo, berharap telepon diangkat.     

"Moshi moshi?" Suara Shingo kembali terdengar.     

"Kau di mana, Shin? Hiks! Jangan begini! Jangan begini! Hiks! Aku rasanya ingin mati jika kau begitu! Hiks!" Runa sudah berlumuran air mata dan terpaksa menggunakan jurus pamungkas yang dia yakini bisa melemahkan kekerasan hati Shingo.     

"Hghh … aku ada di apato." Shingo menjawab.     

"Hah? Di … di apato?" Pandangan Runa langsung kosong. Kepalanya miring dan isakannya berhenti secara otomatis.     

"Ya, aku ada di apato. Kenapa?"     

"Aku ke sana sekarang!"     

"Tidak usah, aku saja yang ke tempatmu. Kau tunggu saja. Tsk!"     

Runa pun melanjutkan tangisnya sambil dia berlari ke gedung Shingo, dan tidak perlu menunggu lama ketika dia melihat lelaki itu sudah berjalan keluar dari lobi utama dan mencapai pintu.     

Tepp!     

Runa segera saja memeluk Shingo begitu lelaki itu sudah mencapai pintu luar. "Jangan tinggalkan aku! Jangan tinggalkan aku, Shin! Hiks! Aku tidak bisa! Tidak bisa kalau tidak ada Shin! Hiks!"     

Shingo terkejut mendadak saja dipeluk dan ternyata itu adalah Runa. "Hghh …." Dia mendesah panjang sambil menatap kepala Runa dan berkata, "Ayo ke tempatmu dulu. Jangan di sini, terlalu dingin."     

Malam itu, Runa meminta pemanjaan dari Shingo setelah seharian penuh dia kacau dan kalut gara-gara lelaki itu. Shingo seperti biasanya, patuh memberikan apa yang Runa inginkan, karena dia juga tidak merasa banyak rugi karena itu.     

-0-0—0—0-0-     

"Reiko-chan, apakah kau sudah menemukan lagu untuk duet kita?" tanya Yuza ketika dia bertemu dengan Reiko di Adora.     

"Oh, ya. Sepertinya aku merasa lagu yang aku pilih semalam sangat cocok untuk kita nyanyikan." Reiko pun mengeluarkan ponselnya dan membuka Yutub.     

Yuza bergerak mendekat untuk melihat apa yang ada di layar ponsel Reiko. "Lagu apa itu?"     

"Lagu anime dulu. Tapi aku ingin kita memakai versi utaite-nya. Nanti aku akan mencoba meminta ijin ke utaite pemilik musiknya, kalau diperbolehkan memakai versi dia, maka akan baik-baik saja." Reiko menyodorkan ponselnya ke Yuza.     

"Apa ini? Gekkou Symphonia?" Yuza membaca judul video lagu yang sudah disiapkan Reiko.     

"Coba dengarkan, dan beritahu aku apakah itu cocok denganmu atau tidak. Kalau tidak, aku bisa mencari yang lainnya." Reiko meneruskan langkahnya diikuti Yuza ke kelas menyanyi.     

Sudah lama Reiko tidak berkutat dengan kelas menyanyi sejak dia fokus pada dance cover dia beberapa minggu lalu. Setelah rekaman dance cover dia di-submit ke panitia dan ke kanal Yutub-nya, maka Reiko hanya perlu menunggu saja pengumumannya.     

Untunglah lomba cover dance yang ini tidak membutuhkan banyak babak, hanya ada 1 saja dan langsung akan dipilih 10 besarnya.     

Yuza memasang headset di telinga dan menekan icon play di layar ponsel itu, lalu mengalunlah lagu Gekkou Symphonia yang dinyanyikan versi utaite Shannon dan Vulkain.     

Setelah satu menit lebih mendengarkannya, mata Yuza berbinar. "Aku suka!"     

"Tapi kau sepertinya belum mendengarnya sampai selesai, ya kan?" Reiko yakin itu.     

Yuza menggeleng. "Mendengar sedikit saja aku langsung tahu ini sangat cocok untukku dan tentunya … untuk kita. Reiko-chan, ini saja, yah! Aku ingin menggarap ini! Boleh?"     

"Umh!" Reiko mengangguk sambil mengulum senyum. "Tentu saja boleh."     

Maka, sudah ditetapkan bahwa mereka akan berduet menggunakan lagu itu.     

"Ayo kita latih ini di ruang kelas!" ajak Yuza.     

"Baiklah. Kita cari dulu yang kosong agar tidak mengganggu yang lainnya." Reiko mengangguk.     

"Oke." Yuza dan Reiko pun mencari ruang kelas menyanyi yang tidak dipakai pagi itu agar mereka bisa lebih leluasa melatih suara mereka di sana.     

Dibantu oleh seorang mixing engineer, mereka bisa lebih mudah berlatih dengan musik instrumentalnya saja tanpa vocal karena itu bisa dihilangkan oleh si engineer tadi dengan metode tertentu di sebuah alat di sana.     

Ketika Reiko dan Yuza keluar dari ruang latihan itu, mereka bertemu dengan Shingo yang sepertinya baru datang.     

"Shingo-san, hendak berlatih apa?" tanya Reiko pada Shingo.     

"Aku … aku hendak ke kelas seiyuu." Shingo mengusap tengkuknya, agak kesal karena sepertinya Yuza kerap bersama Reiko belakangan hari ini.     

"Wah, Ossan sungguhan ingin menekuni dunia seiyuu, yah!" Yuza menyimpulkan.     

Shingo tidak menggubris Yuza dan berkata ke Reiko. "Aku mendapatkan kontrak pertamaku dengan salah satu judul anime."     

"Apa?" Reiko terbelalak, matanya berbinar senang.     

"Heee?!" Yuza ikut terkejut seperti halnya Reiko.     

"Ya, aku berhasil mendapatkan kontrak untuk mengisi suara di sebuah anime, tapi masih peran kecil saja." Shingo merasa malu karena merasa pencapaiannya tidak hebat jika diucapkan di depan Reiko.     

Reiko menggeleng. "Jangan anggap enteng peran kecil, Shingo-san! Semua akan ada tahapnya. Aku yakin sebentar lagi Shingo-san akan mencapai ke tempat tertinggi di dunia apapun yang Shingo-san pilih."     

Melihat binar mata Reiko dan ucapan penyemangatnya, Shingo pun ikut tersenyum, hatinya merasa damai ketika Reiko yang mengatakannya, itu sudah pasti.     

"Terima kasih, Reiko." Shingo merasa begitu senang mendapatkan perhatian dari Reiko meski dari perkataan semacam itu saja.     

"Wah, Runa sudah tahu? Kalian harus merayakannya!" Reiko secara gamblang berkata, sampai dia tersadar bahwa di situ masih ada Yuza. "Ehh! Maksudku … tentunya kita sebagai 4 sahabat harus merayakannya, ya kan?"     

Yuza menatap Reiko dan Shingo, bergantian.     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.