Inevitable Fate [Indonesia]

Nasehat Dari Sang Ahli?



Nasehat Dari Sang Ahli?

0Make you feel my love oh (membuatmu merasakan cintaku, oh)     
0

eodumi dwideopin bam (di malam diselimuti kegelapan)     

Make you feel my love oh (membuatmu merasakan cintaku, oh)     

aljana neol gamanhi dul su eomneun geol (kau tahu aku tak bisa meninggalkanmu)     

- Red Light by BangChan & Hyunjin Stray Kids -     

========     

Di kantor, Runa sedikit kacau dalam pekerjaannya. Dia terus saja memikirkan apakah Shingo benar-benar bosan padanya. Apalagi ketika dia mendengar saat itu Yuza berkata dari balik pintu, mengenai Shingo lelah menemani kekasihnya semalam.     

Semalam? Bukankah malam itu Shingo tidak datang ke apato dia? Kenapa Yuza bisa berkata seperti itu? Hanya menggoda seenaknya saja atau itu memang fakta?     

Karena itu, Runa jadi kehilangan konsentrasi di tempat kerja. Karena kebetulan dia di bawah pengawasan Itachi sesuai pengaturan Nathan Ryuu, Runa satu ruangan dengan Akeno.     

"Hghh … Runa-san, apa yang sedang ada di pikiranmu?" tanya Akeno sambil mendekat ke meja Runa. "Kenapa yang ini kau copy begitu banyak, sedangkan yang ini malah tidak? Padahal yang kami butuhkan yang ini." Ia menunjuk ke dua macam kertas berisi laporan.     

"E-ehh, maaf! Maafkan aku, Akeno-san! Aku akan kembali meng-copy ulang." Runa menundukkan punggung ke Akeno.     

"Untung saja aku memeriksa terlebih dahulu sebelum aku berikan ke Itachi-san." Akeno menggelengkan kepala, heran dengan sikap Runa hari ini, lalu meninggalkannya agar Runa mengkoreksi kesalahannya sendiri. Ia kembali ke mejanya sendiri dan menunggu Itachi datang.     

Pada jam makan siang di tengah hari, Akeno pergi ke kantin bersama Runa, seperti biasanya. Mereka berdua malah tidak mengetahui bahwa mereka memiliki keterkaitan dengan Reiko.     

Duduk bersebelahan, Akeno bertanya ke Runa, "Sebenarnya kau kenapa hari ini, Runa-san?"     

"Aku …." Runa agak bingung, haruskah dia menanyakan hal pribadi pada sang senior?     

"Ohh, kalau kau tak nyaman membicarakan, yah lupakan saja." Akeno tidak ingin memaksa Runa. Ia memulai membuka bungkus sumpitnya dan hendak mulai memakan bentonya.     

"A-ano, Akeno-san, apakah kau memiliki seseorang yang istimewa di hatimu?" tanya Runa secara tiba-tiba. Mumpung di meja panjang itu hanya ada mereka berdua saja, belum terlalu ramai berisi rekan kerja.     

"Ohh? Seseorang yang istimewa? Hm, yah … ada, sih." Pikiran Akeno langsung tertuju pada sosok seseorang yang memang menempati hatinya secara indah dan spesial, begitu istimewa.     

"Apa … apakah Akeno-san pernah merasa orang istimewa itu seperti bosan pada Akeno-san?" Runa benar-benar tak tahu harus menanyakan ini pada siapa. Jika membicarakan ini ke Reiko, itu sungguh memalukan setelah sebelumnya Reiko menyatakan dia beruntung mendapatkan Shingo yang baik dan menyayanginya.     

Tidak, rasanya tidak seperti itu. Setelah Runa memikirkan dalam-dalam semalam, sendirian saja tanpa ada Shingo di apatonya, ia jadi mulai menemukan bahwa yang selama ini banyak meminta bertemu adalah dirinya. Bahwa selama ini, dia yang lebih memiliki inisiatif dibandingkan Shingo.     

Bahkan dalam hal bercinta pun dia yang memiliki permintaan pertama mengenai itu.     

Kalau sudah begitu, apakah artinya? Runa tidak berani memikirkan terlalu jauh, karena tidak ingin sakit dan kecewa. Maka, dia hanya ingin berpikir bahwa mungkin Shingo sedang bosan saja padanya.     

Yah, banyak pasangan kekasih di dunia ini yang pastinya mengalami fase bosan, kan? Maka dari itu, dia ingin berkonsultasi pada Akeno saja daripada Reiko yang sudah terlanjur mengetahui siapa kekasih dia.     

"Hm, bosan, yah?" Akeno memiringkan kepalanya, mencoba mengingat-ingat momen kebersamaan mereka. "Hm … sepertinya aku … aku tidak pernah mendapatkan vibe bosan dari dia."     

"Iya kah? Wah, Akeno-san begitu beruntung!" Runa merasa terpuruk. Ini adalah cinta pertama dalam hidupnya dan dia sudah dibosani oleh kekasihnya bahkan belum setengah tahun hubungan mereka!     

Apakah dia terlalu buruk? Runa bertanya-tanya sendiri sejak semalam.     

"Beruntung? Ha ha, mungkin." Akeno tertawa kecil sambil membayangkan sosok istimewa dia.     

"Akeno-san, bagaimana agar … agar kekasih tidak bosan pada kita?" Runa berharap banyak bisa mendapatkan saran dan nasehat dari Akeno.     

"Umm … supaya tidak bosan, yah? Apa, yah? Mungkin dengan berpenampilan semenarik mungkin untuknya, dan mungkin … aku sendiri tidak begitu mengejar dia."     

"Ehh?"     

"Ya, karena yang namanya pria … mereka itu memang mudah bosan. Dan satu-satunya langkah untuk membuat mereka merindukan kita yaitu dengan sesekali mengabaikan mereka."     

"Begitukah?" Runa terpana, sama sekali tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya.     

Jika teringat bagaimana dia terus saja meminta Shingo datang menemui dia di apato, setiap hari, rasanya Runa ingin mengetuk kepalanya sendiri. Ternyata itu bisa menjadi penyebab kebosanan pria.     

"Jadi, sedikit mengabaikan mereka, itu sepertinya akan baik-baik saja. Yah, namanya lelaki itu makhluk penuh akan ego. Ketika mereka diabaikan, pasti mereka akan bertanya-tanya, kenapa kita yang biasanya menempeli mereka, tiba-tiba menjauh dan tidak banyak menghubungi mereka."     

Runa mendengarkan nasehat Akeno dan mengangguk penuh fokus memasukkan nasehat itu ke dalam otaknya.     

"Aku sarankan padamu, Runa-san, jika kau sebelumnya bersikap clingy ke dia, selalu menempel ke dia tiap saat, maka coba abaikan dia. Jangan kirimi dia pesan atau menelepon selama setengah hari. Kalau perlu bersikap misterius agar dia penasaran padamu."     

Ya. Runa merasa ucapan Akeno ada benarnya. Pasti Shingo merasa jenuh karena mereka setiap hari bertemu. Baiklah, dia akan melaksanakan saran Akeno setelah ini. Sungguh sebuah nasehat dari sang ahli! Begitu menurut Runa.     

Tidak perlu mengirim pesan dulu setiap satu jam sekali. Dia akan menahan menanyakan kabar Shingo untuk beberapa jam. Oke, nanti saja menghubungi Shingo. Nanti di petang hari saja! Tahan dirimu, Runa!     

Ketika Runa merasa saran dari dirinya terasa sangat jitu dan tepat, Akeno justru mendesah di dalam hatinya.     

Kembali ke ruangan mereka yang menjadi satu dengan ruangan Itachi, Runa masih harus mengurus hal lainnya di ruangan lain, sehingga Akeno kembali ke ruangan sendiri saja.     

Sesampainya di ruangan luas itu, dia melihat Itachi sudah berada di belakang meja besarnya dan tengah membaca beberapa laporan.     

"Kau tidak makan siang, Itachi-san?" tanya Akeno saat masuk ke ruangan itu.     

Pandangan Itachi pun naik ke Akeno dan menjawab, "Ohh, aku sudah makan baru saja dengan beberapa direktur."     

"Ohh, baiklah. Apakah kau butuh kopi atau semacamnya?" tanya Akeno lagi di depan meja Itachi.     

"Tidak usah, terima kasih. Nanti saja jam 3 sore." Itachi kembali menekuni laporan di depan matanya.     

"Um, baiklah." Akeno pun berjalan ke mejanya sendiri di sudut lain ruangan.     

Dia menghela napas, merasa buruk dan menyedihkan. Bagaimana bisa dia memberikan nasehat seperti itu pada Runa?     

Seseorang istimewa di hatinya? Ya, ada. Dia adalah pria yang sedang duduk memeriksa laporan di meja sana.     

Membuat orang istimewanya penasaran dengan cara mengabaikan beberapa saat? Ya, dia pernah tidak menghubungi Itachi selama seharian penuh saat pria itu di luar menemui klien. Dan Itachi menghubungi dia untuk menanyakan apakah ada sesuatu yang terjadi di kantor ketika dia tidak ada.     

Seketika, Akeno merasa dirinya begitu menyedihkan. Ia pun menatap ke Itachi, lelaki istimewa yang tidak mampu dia raih meski dia sudah mencoba berpenampilan sebaik mungkin di depan pria itu, tapi malah pria lain yang memuji penampilannya.     

Huh!     

=========     

lyric source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.