Inevitable Fate [Indonesia]

Siapa yang Tidak Iri?



Siapa yang Tidak Iri?

0Kirameku sekai no chuushin de nakushitakunai to omocchatta no (Di tengah dunia yang begitu berkilau, apakah kau merasa tak ingin kehilangannya?)     
0

Mou dare ni itterun darou hitorigoto ni shicha daionryou (Kepada siapa kau berbicara? Lebih baik menjadikannya monolog bersuara keras)     

- Happiness by Miho Okasaki -     

==========     

Siang itu, Reiko dan Runa menghabiskan waktu dengan makan bersama dan diakhiri dengan pergi ke butik. Reiko ingin membelikan beberapa pakaian untuk Runa dengan uangnya sendiri.     

Ya, tentu saja selama ini Reiko mendapatkan uang bulanan dari suaminya, Nathan Ryuu, yang jumlahnya pastinya fantastis. Sudah begitu, dia masih juga diberi Black Card—si kartu sakti yang sangat menyiratkan simbol kekuasaan finansial pemegangnya—oleh Nathan Ryuu.     

"Rei-chan, jangan terlalu banyak menghamburkan uangmu, ya ampun!" Runa sampai keheranan ketika Reiko memenuhi keranjang belanja hanya dengan baju-baju untuk dia saja.     

"Ini adalah hadiah dariku karena kau sudah bekerja," ujarnya sambil memegang salah satu setelan pakaian kerja. "Dan ini … hadiah untukku karena kau adalah sahabat terbaikku." Tangannya ganti menyentuh baju-baju kasual yang dia pilih.     

Tidak hanya baju kasual dan baju kerja saja yang dihadiahkan Reiko untuk Runa, namun juga kostum seksi dan beberapa lingerie. Berkaca dari pengalamannya sendiri, pakaian jenis itu ternyata memang diperlukan dalam beberapa momen spesial.     

"R-Rei-chan?" Wajah Runa merah padam melihat baju-baju minim nan seksi yang kini bergiliran masuk ke keranjang belanja.     

Tersenyum pada sahabatnya, Reiko berkata, "Ini untuk hadiah atas hubungan manismu dengan Shingo-san. Ssstt, jangan remehkan fungsi baju ini. Aku sudah mencobanya dan … yah, sempat membuatku sedikit menyesal dan kerepotan pada akhirnya, karena aku kesulitan berjalan setelahnya, ehem! Ha ha, tapi aku akui, aku tidak kapok untuk mencobanya lagi."     

Reiko jadi teringat momen-momen dia menggoda suaminya menggunakan kostum polisi seksi beberapa waktu lalu. Itu sungguh membuat sang suami menggila hingga dia pun merasa remuk dan susah berjalan.     

Menyesal namun ingin mencoba lagi yang lainnya. Mungkin itu adalah guilty pleasure Reiko. Kalau di Indonesia mungkin bisa disebut 'kapok sambal'.     

"Rei-chan, kau sudah bisa nakal juga sekarang, yah! Hi hi hi!" goda Runa setelah mendengar pengalaman guilty pleasure sahabatnya.     

"I-itu tidak terhindarkan! Ha ha, lagipula … itu juga salah Ryuu yang terus saja mengajarkan hal-hal buruk padaku." Reiko sedikit gugup menjawabnya.     

"Hi hi! Hal-hal buruk atau hal-hal indah?" Runa menusuk pinggang Reiko menggunakan ujung telunjuk. "Ayo, kau juga harus pilih kostum seksi untuk dirimu sendiri. Jangan kecewakan Tuan Ryuu yang sudah berusaha keras untukmu beberapa bulan ini."     

"Hm, baiklah. Mungkin sedikit saja untukku, karena kemarin dia sudah membanjiri lemariku dengan begitu banyak kostum seksi! Seperti kami akan melakukannya setiap hari saja." Wajah penuh keluhan Reiko muncul, membuat Runa tertawa cekikikan.     

"Kalau begitu, beli saja lingerie, jika kostum seksi sudah ada banyak dari Tuan Ryuu." Runa mengusulkannya. "Kejutkan dia dengan penampilan terseksi dan ternakalmu. Ayo, aku bantu memilihkannya untukmu. Yang warna hitam, pink, dan merah, ya kan?"     

Reiko pun mengangguk antusias dan patuh dengan nasehat Runa.     

Kedua gadis pergi dari butik satu ke butik lainnya di kawasan Ginza dan menenteng begitu banyak kantong belanja mereka, hingga bagasi mobil pun penuh akan belanjaan.     

-0-0—0—0-0-     

Hari berikutnya, Reiko sedang fokus pada project dance cover dia. Dengan bantuan Runa, dia merekam dance dia memakai kostum yang sudah disiapkan, namun itu bukan untuk dikirimkan, melainkan hendak dilihat dulu, siapa tahu ada kesalahan di hal-hal tertentu.     

"Sepertinya ini sudah bagus, Rei-chan." Runa melihat hasil rekaman.     

"Tidak, tidak, gerakan yang ini kurang meluncur halus. Dan sepertinya aku salah memilih kostum, kurang terlihat cocok dengan dance-nya. Aku harus mengganti kostumku." Reiko menggeleng kecewa setelah melihat hasil rekaman.     

Karena Runa bukan orang yang biasa berkecimpung pada hal-hal berbau seni, maka dia pun memercayakan penilaian pada Reiko saja.     

"Jadi, kau hendak berbelanja kostum kimono lagi?" tanya Runa.     

"Sepertinya begitu. Ayo, Ru-chan, temani aku memilih yang bagus!" Reiko sekali lagi mengajak Runa berbelanja baju.     

Setelah dua jam yang melelahkan namun menggembirakan bagi hati perempuan dalam urusan berburu pakaian, akhirnya Reiko mendapatkan kostum kimono yang sesuai dengan harapannya.     

"Kau ingin merekam hari ini juga?" tanya Runa di mobil dalam perjalanan pulang.     

"Tidak. Mungkin besok saja. Apa besok aku bisa meminta bantuanmu lagi, Ru-chan? Besok masih libur akhir pekan, ya kan?" Reiko hanya bisa menemui sahabatnya di akhir pekan saja karena sekarang Runa sudah memiliki kesibukan bekerja di kantor milik suaminya.     

Minggu lalu, mereka sudah berbelanja banyak baju dan Reiko sebisa mungkin tidak menyita banyak waktu Runa karena tentunya akhir pekan juga digunakan Runa untuk bersama dengan Shingo.     

"Tidak masalah, Rei-chan. Kapanpun kau ingin."     

"Tapi bagaimana dengan Shingo-san?"     

"Ohh, Shin bisa menunggu."     

"Kalau perlu, ajak saja Shin agar quality time kalian masih ada meski ada aku."     

Mengajak Shingo dengan adanya Reiko di sana? Tidak, tidak, lebih baik itu tidak dimasukkan dalam jadwal rencana. Runa menggeleng, "Tidak usah, biar saja dia rehat sebentar di apato sebelum menghabiskan waktu denganku setelah aku membantumu."     

Reiko pun memeluk Runa dengan ucapan, "Aku sungguh merasa disayangi Runa begitu banyak. Terima kasih, Ru-chan. Kau sungguh sahabat terbaik di dunia."     

Tidak membalas ucapan Reiko, Runa hanya tersenyum meski terasa palsu. Hatinya sendiri mempertanyakan benarkah dia sahabat terbaik di dunia seperti yang diucapkan Reiko? Itulah yang membuat senyumnya keluar dengan terpaksa.     

-0-0—0—0-0-     

Pada keesokan harinya, bertempat di salah satu ruangan di penthouse yang menurut Reiko sangat indah dipandang mata, dia siap merekam dance cover dia dibantu Runa dan disaksikan Nathan Ryuu.     

Memakai kostum kimono warna dominan pink tua pendek dengan kaki dibalut stoking knee high warna pink muda dengan pita pink di atasnya dan sepatu ankle boot warna pink ungu, Reiko juga mendandani wajah dan rambutnya meski tidak berlebihan.     

Penampilannya begitu cantik dan menyegarkan mata.     

"Sayank, bagaimana jika rivalku bertambah setelah kau meng-upload videomu?" Wajah Nathan Ryuu memunculkan putus asa.     

Reiko terkikik dan mengusap lembut pipi suaminya. "Biarkan saja jika mereka menganggap aku cantik atau menarik, tapi hanya kau yang bisa memilikiku."     

Nathan Ryuu mengerang, "Ernghh … sayank, rasanya aku ingin memakanmu sekarang juga."     

"Tidak boleh!" Reiko harus lekas mencegah suaminya sebelum pria itu mengacaukan dandanannya. Apalagi di sana ada Runa!     

Runa sampai terkikik mendengar keduanya. "Hi hi! Ehem! Apakah sudah siap?" Ia sudah memegang kamera perekam.     

"Oke, Ru-chan, aku akan bersiap dulu di set dan Ryuu, tolong putarkan lagunya, yah!" Reiko melirik suaminya.     

"Upah pemutar lagu tidak murah, loh sayank." Nathan Ryuu bersiap di belakang pemutar musik.     

Reiko memutar matanya, "Aku akan membayar nanti malam, oke Tuan Ryuu?"     

"Ha ha ha, deal!" Nathan Ryuu pun mengacungkan ibu jari disertai senyum lebar.     

Menyaksikan keakraban Reiko dan Nathan Ryuu, mana mungkin Runa tidak merasa iri? Andai Shingo juga bisa bersikap macam demikian.     

Yah, siapa yang tidak iri?     

==========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.