Inevitable Fate [Indonesia]

Sebuah Kebahagiaan Semu



Sebuah Kebahagiaan Semu

0Kirameku sekai no chuushin de nakushitakunai to omocchatta no (Di tengah dunia yang begitu berkilau, apakah kau merasa tak ingin kehilangannya?)     
0

Kimi to kanaeru mousou ga taikutsu wo tokubetsu ni surunda yo (Mimpi yang terwujud bersamamu akan mengubah kebosanan menjadi istimewa)     

Ne hajimeyou yo mou ikkai owarasenai you ni (Hei, mari memulainya sekali lagi demi membuatnya tak berakhir)     

- Happiness by Miho Okasaki -     

===========     

Jika di hunian mewah di puncak gedung apartemen mahal sedang berlangsung keintiman yang panas membara dan penuh akan cinta satu sama lain, yaitu Nathan Ryuu dan Reiko, berbeda halnya dengan di sebuah apato biasa, tempat sahabat Reiko bermukim.     

Suara erangan pihak si wanita memang membahana meski berhasil diredam oleh objek-objek di dinding kamarnya, namun rasanya hanya si wanita saja yang merasakan cinta berputar melingkupi dirinya.     

Tidak demikian dengan pihak lelakinya. Dari gerakan si lelaki memang menampilkan gairah penuh bara namun hanya sampai di situ saja, tanpa adanya imbuhan bumbu rasa cinta. Sangat berbeda dengan yang wanita.     

Runa dan Shingo.     

Bagi Shingo, Runa hanyalah pelepasan frustrasi dia saja karena tidak berhasil menggapai Reiko.     

Namun berbeda dengan yang dirasakan Runa. Dia semakin menumbuhkan kepercayaan diri bahwa Shingo mulai mencintainya dan dia berpikir kalau pria pujaannya itu telah melupakan cintanya pada Reiko.     

Runa tidak ingin bersaing terang-terangan dengan Reiko untuk menempati ruang hati Shingo. Dia hanya bisa melakukan dengan cara demikian. Ia yakin, Shingo kian lama akan kian menerima dia sehingga mereka nantinya akan semakin memantapkan jalan mereka sebagai sepasangan kekasih.     

Dan sikap permisif dari Shingo yang tidak pernah menolak ketika Runa menginginkan pelepasan birahi, semakin mengaburkan logika Runa, membuat gadis itu terus salah paham seolah dia menanggapi perasaan Runa.     

Shingo benar-benar hanya memandang Runa sebagai seseorang yang bisa menghiburnya dan membuat dia merasakan surga dunia ketika neraka hatinya terus menganga ingin menghisap habis jiwanya.     

Juga, Shingo tidak enak jika menolak Runa. Ia khawatir jika keinginan bercinta Runa tidak diiyakan, gadis itu akan menyakiti dirinya sendiri seperti ketika dia pertama kali melakukan ini dengan Runa.     

Sebagai orang yang sudah lama mengenal Runa sebagai sesama keluarga penjual makanan di pasar jajanan, Shingo tidak ingin terlalu banyak ribut dengan Runa.     

Maka, biarlah dia menuruti kemauan Runa untuk saat ini. Semoga saja dia bisa bertahan.     

Terkadang alam pemikiran wanita dan lelaki itu sungguh berbeda, sungguh bertolak belakang, sehingga inilah yang menjadikan dua makhluk berbeda gender itu sering terlibat dalam kerumitan hubungan asmara.     

Shingo mengiyakan setiap Runa mengajak bersetubuh karena alasan tak enak hati dan juga karena butuh pelampiasan rasa frustrasi kegagalan mendapatkan Reiko. Namun, Runa mengira itu merupakan perkembangan dari Shingo yang mulai melupakan Reiko.     

Entah sampai kapan dua insan ini akan terus menjalankan kesalahpahaman ini.     

Sedangkan di apato yang lebih sederhana lainnya, ada Yuza yang termangu kesepian. Selain kehilangan Reiko yang tidak mudah dia temui setiap harinya, dia juga kehilangan rekan sekaligus musuh berdebatnya, Shingo.     

Biasanya jika Yuza sedang merasa bosan dan kesepian begini, dia bisa datang ke Shingo meski untuk tujuan mencari teman ribut untuk berdebat atau sekedar keluar untuk minum sebentar di kios kecil terdekat.     

Namun kini, sudah beberapa hari lamanya dia makin susah bertemu Shingo. Dia tahu bahwa frenemi dia ini sedang mabuk asmara dengan entah perempuan mana, tapi kenapa separah ini? Hampir tidak pernah ada di apatonya!     

"Tsk! Sialan!" Yuza pun bergelung menyedihkan di kamarnya sambil berharap pemanas ruangannya tidak mati karena udara malam ini begitu dingin.     

-0-0-0-0-     

"Rei-chan." Runa tersenyum ketika dia ada di depan pintu masuk penthouse milik Nathan Ryuu.     

"Ru-chan! Aku senang kau main kemari. Ehh? Mana Singo-san? Tidak datang bersama dia?" Reiko menyambut baik kedatangan sahabatnya dan mengajaknya masuk. "Duduklah dulu. Aku akan mengambilkan minuman untukmu. Kau ingin apa, jus atau cola?"     

"Um, cola tak apa, terima kasih. Shin tidak ikut, hanya aku saja." Runa melangkah masuk ke dalam. "Shitsurei shimasu (Permisi) …." Sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Jepang untuk mengucapkan itu ketika memasuki hunian orang lain sebagai suatu kesopanan.     

Reiko membawa Runa ke ruang tengah yang luas, mempersilahkan sahabatnya duduk dulu sembari dia ke minibar terdekat di sana untuk mengambilkan cola dingin dan menyodorkan ke Runa. "Aku akan panggil Ryuu dulu."     

Runa mengangguk dan melihat punggung Reiko menjauh untuk memasuki kamar utama dan ia pun membuka segel kaleng cola sebelum menyesap sedikit untuk basa-basi karena sudah disuguhi.     

Tak lama berselang ketika Reiko dan Nathan Ryuu keluar bersama. Penampilan lelaki itu selalu saja terlihat sempurna meski hanya memakai baju kasual untuk di rumah. Hanya kaos polo dan celana panjang kain biasa, namun terasa mewah jika Nathan Ryuu yang memakai.     

"Ru-chan," sapa Nathan Ryuu sambil tersenyum ketika bertemu sahabat istrinya.     

Runa segera bangkit dari duduknya dan melakukan ojigi ke tuan muda Onodera. "Maaf mengganggu waktu Anda, Tuan Ryuu."     

"Tak masalah." Nathan Ryuu dan Reiko pun duduk berdampingan dengan lekat di satu sofa panjang dan Runa di sofa tunggal. "Jadi, kau sudah memikirkannya?"     

"Iya, Tuan. Aku sudah memutuskan … akan menerima tawaran Tuan waktu itu." Runa ikut duduk dan dua pahanya dirapatkan secara sopan sambil kedua tangan menggenggam kaleng cola dingin.     

"Ru-chan, kau benar-benar mengambil keputusan yang tepat!" Mata Reiko berbinar senang ketika mengatakan kalimat tulus itu. "Dengan begitu, kau bisa mandiri tanpa ada siapapun yang bisa menekanmu atau meremehkanmu."     

Menurut Reiko, jika Runa menerima tawaran bekerja di perusahaan milik Nathan Ryuu, maka Bu Sayuki tidak memiliki kesempatan untuk menekan putrinya itu dengan alasan apapun seperti Runa harus meneruskan kuliah atau harus menikah dengan lelaki yang sudah dia setujui agar memiliki masa depan baik.     

Intinya, Reiko menginginkan Runa memiliki kemandirian finansial disamping mandiri secara kehidupan.     

Setelah Runa setuju bekerja di perusahaannya, Nathan Ryuu pun mulai bertanya bidang apa yang Runa kuasai agar dia bisa menaruh Runa di posisi yang tepat di SortBank Group dia.     

Usai berbincang dengan Runa dan juga mengatakan apa saja yang harus dipenuhi sebagai syarat meski hanya untuk basa-basi penerimaan karyawan, Runa pun mohon diri dari penthouse.     

Reiko mengantarkan hingga ke lobi depan gedung dan melambai penuh semangat ke Runa yang memasuki mobil yang dikendarai Benio. Itu adalah keinginan Reiko agar Runa diantar pulang oleh Benio.     

Di dalam mobil mahal itu, Runa terus menunduk di jok belakang, menciptakan keheningan antara dia dan Benio.     

Di hati Runa, menggema sebuah suara, betapa beruntungnya Reiko. Dijadikan istri seorang pria yang luar biasa kaya. Dan juga menerima cinta dari lelaki pujaannya, Shingo.     

"Hghh …." Ia menghela napas pelan agar tidak terdengar ke telinga Benio. Kadang, hidup memang tidak adil. Mereka sama-sama manusia, namun takdir mereka begitu berbeda.     

Benio yang sebenarnya mendengar desah napas panjang Runa, hanya melirik melalui kaca spion tengah dan terus menyetir.     

Menatap ke depan, Runa berharap dia bisa meraih semua impiannya, termasuk menjadikan Shingo sebagai pasangan seumur hidupnya.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.