Inevitable Fate [Indonesia]

Provokasi Untuk Tuan Muda Onodera [19+]



Provokasi Untuk Tuan Muda Onodera [19+]

0Toiki wo awaseta aishou mimi ni fukikakeru kanjou (Dengan menyatukan nafas, perasaan berhembus melalui telinga)     
0

Haretsushi sou na mune sawagidasu saibou (Dada rasanya seakan meledak, sel darah yang membuat suara)     

Nugikaketeru shatsu yasashiku saite yo mazu kamawazu (Melepaskan kemeja dan merobeknya dengan lembut tanpa ada keraguan)     

GET FLYING mo ari tamera wa nai de DARLIN' (Saatnya untuk melayang, tak perlu untuk ragu-ragu, sayang)     

- Ifuudoudou by VOCALOID -     

============     

Ketika di malam harinya Reiko baru saja selesai makan malam di penthouse saja dengan makanan ala kadarnya yang bisa dia masak, Reiko masih saja membicarakan mengenai Shingo, sama seperti kemarin.     

"Sungguh, Ryuu! Ternyata pendapatku dengan Jito-sensei sama mengenai suara Shingo-san yang sudah mirip seperti seiyuu pro!" Reiko sambil membereskan piring dan mangkuk kotor, hendak dia masukkan ke dalam dish washer.     

"Rei, lagi-lagi kau membicarakan tentang Shingo-kun." Nathan Ryuu mengerutkan kening karena istrinya masih saja mengagumi tentang suara Shingo.     

"Yah, bagaimana lagi? Aku masih terkagum-kagum dengan voice acting Shingo-san tadi siang! Sungguh tidak mengira ternyata Shingo-san bertalenta di bidang itu. Tadi ketika aku mendengarkan dia mengisi suara di ruang latihan seiyuu, aku-Ryuu!" Reiko terkejut sampai tak bisa menyelesaikan ucapannya ketika suaminya secara tiba-tiba merebahkan dia di atas meja.     

"Apa kau sudah pernah memuji suaraku?" Nathan Ryuu merunduk, mendekatkan wajahnya ke Reiko sambil berbisik seduktif.     

"Ehh? R-Ryuu! Jangan bilang kau … kau cemburu?" Reiko melebarkan matanya sambil waspada. Dua tangannya sudah ditahan tangan besar suaminya.     

"Hm? Cemburu? Apakah aku perlu melakukan hal seperti itu, Rei?" Satu tangan menahan kedua pergelangan Reiko di atas kepala istrinya sedangkan tangan lainnya mengelus paha mulus Reiko yang terbungkus celana pendek dari satin.     

Meski suaminya seakan menolak dikatakan cemburu, namun Reiko bisa melihat dengan jelas kelakuan itu adalah cemburu. "Ryuu … kalau kau cemburu, kau bisa berkata terus terang, oke?"     

"Sudah kukatakan aku tidak cemburu. Aku hanya ingin kau juga sesekali mendengar suaraku yang mungkin saja melebihi suara seiyuu manapun. Kau mau coba? Atau kau lebih suka tanganku yang bertindak?" Nathan Ryuu sembari menaikkan jemarinya ke pangkal paha Reiko dan mengusap-usap di daerah itu.     

"Ernnghh … R-Ryuu …."     

"Bagaimana? Mana yang kau inginkan, sayank? Suaraku atau tanganku? Atau mungkin … mulutku saja?" Kini Nathan Ryuu sembari menempelkan bibirnya ke dekat telinga Reiko dan meniup pelan di sana, membuat Reiko bergidik.     

"Aku … Ryuu … itu … mmghh … geli, Ryuu …."     

"Geli? Di telingamu hanya karena aku tiup barusan? Fu fu fu … aku masih belum berbuat apapun, sayank. Akan aku buat kau geli lebih dari ini sampai kau menggeliat gelisah, Rei-chan sayank …."     

Tangan nakal suaminya yang mengusap-usap pangkal pahanya, kini beralih menyusup ke dalam celana pendek satin warna merah muda itu dari bagian samping yang mudah ditepikan.     

"Hnngghhh … Ryuu …."     

"Kenapa? Apakah kau cukup tidak sabar sehingga daerah ini begitu cepat basah, sayank. Ck ck ck … Rei-chan sungguh mesum, yah! Langsung basah hanya dari jariku begini." Jemari nakal Nathan Ryuu mengelus-elus benda mungil di dalam sana dengan kepiawaian yang terkondisikan.     

"Haanghh … Ryuu … cukup … ini … ini karena … karena kamu, ya kan?" Reiko sedikit malu karena dibilang cepat basah hanya jemari nakal suaminya.     

"Benarkah? Sungguh karena aku?" Nathan Ryuu menatap wajah cantik Reiko dari atas, di jarak yang hanya sekitar 10 sentimeter saja dari wajah sang istri … masih berbisik seduktif.     

"Me-memangnya siapa lagi?"     

"Hm, kalau begitu, katakan bahwa kau basah karena menginginkan aku."     

"Ryuu! Kau ini! Tsk, kau melunjak!" Reiko memalingkan tatapan sambil pipinya merona.     

"Itu bukan sebuah dosa jika aku melakukannya pada istriku sendiri, hm?"     

"Errghhh …." Reiko menekankan belakang kepala pada meja makan sambil mata terpejam erat dan suara mulai ambigu keras saat dua jari sang suami ditenggelamkan ke dalam celah intim miliknya.     

"Kenapa? Kau lebih suka aku mengira kau basah karena kau memikirkan lelaki lain? Misalnya … Shingo?"     

"Hakhh! Ryuu, ya ampun … mrrghh … tidak perlu … mgghh … cemburu pada Shingo … san … mrrghh …."     

"Maka dari itu, katakan siapa yang membuatmu basah seperti ini. Katakan, Rei. Buat aku mengerti dengan jelas." Dua jari Nathan Ryuu kian giat mengocok di liang hangat istrinya. "Katakan atau aku bisa salah paham, Rei …."     

"Argh … haarghh … Ryuu … R-Ryuu … kaulah … kaulah orangnya … haakkhh …." Reiko masih terus memejamkan mata sambil menikmati kocokan jemari suaminya pada celah spesialnya.     

"Akulah orangnya? Aku yang bagaimana?"     

"R-Ryuuhh … kauwhhh tahuuuhh maksudkuuhh … haanghh … Ryuu!" Saking merasa nikmatnya sampai paha itu mengatup dan menjepit kuat-kuat tangan Nathan Ryuu.     

"Maka dari itu, katakan dengan sejelas mungkin, siapa yang membuatmu sebasah dan mendesah tidak terkendali begitu, hm? Sebut namanya."     

Tidak ingin terus digoda suaminya, Reiko mengalah dan berkata, "Kaulah, Ryuu … Ryuu yang … membuatku basah … membuatku basah sampai aku … aku ingin dikacaukan olehmu …." Mata Reiko mulai terbuka ketika dia menjawab itu dan pandangannya begitu sayu merayu.     

Jantung Nathan Ryuu bagai dihantam godam raksasa ketika mendengar jawaban Reiko yang sungguh provokatif, ditambah tatapan mata sayu merayu. Apa-apaan dengan tatapan semacam itu!     

Arata-san, sepertinya kau memang ingin balas menggoda suamimu, hm?     

"Arghh! Ryuu!" pekik Reiko saat dua lututnya dipegang tangan suaminya dan dibuka lebar-lebar. Sebenarnya, tanpa Nathan Ryuu melakukan itu pun Reiko sudah hendak membukanya lebih lebar demi akses mudah bagi suaminya.     

Usai melebarkan paha istrinya, Nathan Ryuu lekas merunduk ke selatan Reiko dan menepikan pinggiran celana tipis itu agar lidahnya bisa memulai pekerjaannya dengan baik dan benar.     

"Haanghhh …." Reiko tidak bisa menahan lenguhan panjang jika bagian itu dijamah, entah dengan jari ataupun lidah Nathan Ryuu.     

Mulut dan jari suaminya kini sudah menjadi candu bagi Reiko. "Teruusss … terus di sanaaa … di sanaaahh … ennnghhh …."     

"Katakan di mana. Coba sebut bagiannya, Rei." Nathan Ryuu menjeda sejenak cumbuan dia di bibir selatan itu untuk mendongak menyatukan tatapan mereka.     

"Ryuu, kau kejam … ummhhh …."     

Mendengus geli, Nathan Ryuu membalas, "Tidak akan aku lanjutkan jika kau masih tidak mau mengatakannya."     

"Hrrghhh … mmgghh … kli-klitorisku … Ryuu … lumat lebih dalam … lebiiihhh mennnndalammmm … aannghhh …." Pinggul Reiko mulai bergerak gelisah.     

"Sesuai dengan titahmu, Milady …." Usai mengatakan itu, Nathan Ryuu memacu lidah dan mulutnya untuk memberikan hukuman pada mutiara mungil Reiko, menyebabkan wanita itu makin gelisah bergerak.     

Sesekali pantat Reiko akan naik dan turun tanpa dia sadari ketika suara erangannya sudah menguasai ruangan, terutama ketika dua jari tangan tuan muda Onodera turut campur dalam kegiatan itu.     

"Haakhh … Ryuu … aku tak tahan lagi … Ryuu … kumohon …." Reiko merasakan libidonya sudah ditarik naik ke ubun-ubun.     

"Tak tahan lagi? Lalu apa yang kau inginkan, sayank?" Nathan Ryuu berhenti dengan permainan lidah untuk tegakkan sejenak tubuhnya meski jarinya belum berhenti mengocok di celah kesukaannya.     

Reiko menggigit bibirnya. Ada apa dengan suaminya? Kenapa mendadak seperti ini manjanya? Ingin semuanya disebut, ingin semuanya diucapkan dengan benar. Ia tak sadar bahwa dia telah memprovokasi Nathan Ryuu dengan memuji Shingo seperti tadi.     

===========     

lyrics source = Vocaloid Wiki Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.