Inevitable Fate [Indonesia]

Tertangkap Basah oleh Reiko!



Tertangkap Basah oleh Reiko!

0kawaranai monokuro no hibi ni (untuk hari-hari monokrom yang tidak berubah)     
0

kimi ga iro wo soeteku kara (karena kau menambahkan warna)     

nijinda taku sae mo itsu no manika (meski kegelapan yang berdarah)     

tada massugu na mama negau tsuyosa mo (tapi kekuatan yang ingin aku pertahankan)     

nakidashisou ni naru moroi jibun mo (diriku yang lemah yang hampir menangis)     

- Tiny Light by Akari Kito - OST. Jibaku Shounen Hanako-kun -     

==========     

Bunyi bel terdengar, namun Shingo tidak bergerak, terlalu malas untuk membuka matanya. Toh sudah ada Runa di depan sana pastinya.     

"Hah? Shingo-san?! Reiko terbelalak mendapati adanya Shingo di tempat tidur di apato yang dia pinjamkan ke Runa.     

Shingo lekas membuka mata dan membeku di tempatnya. "Re-Reiko."     

Dua orang itu sama-sama membeku untuk beberapa saat.     

"A-ahh! Maaf! Maaf, aku tak sempat mencegah Rei-chan masuk ke kamar!" Runa datang tergesa-gesa dari arah belakang Reiko, menampilkan wajah menyesalnya.     

Reiko menoleh ke sahabatnya, bertanya, "Be-benarkah ini yang aku lihat? Kau … kau dengan Shingo-san?"     

"Unghh … i-iya, Rei-chan. Maaf mengagetkanmu begini." Runa menundukkan kepala sambil meremas ujung celemek yang masih menempel di bajunya, karena dia tengah membuat sarapan ketika Reiko datang.     

"Aku kira tadi mantel pria mana, bahkan sepatu! Aku bergegas ke kamar karena ingin tahu apakah benar itu mantel dan sepatu lelaki atau hanya imajinasiku saja. Ternyata benar!" Reiko pun memunculkan senyum lebarnya. "Ru-chan, Shingo-san, selamat! Selamat untuk kalian berdua, yah!"     

Runa hanya terkesiap saja ketika Reiko memeluknya erat dan akhirnya dia ikut tersenyum. "Terima kasih, Rei-chan."     

Melepaskan pelukannya, Reiko bertanya ke sahabatnya, "Sejak kapan? Kenapa aku tidak diberitahu? Kalian jahat menyembunyikan ini dariku." Ia berpura-pura cemberut meski tidak bisa menahan senyum bahagianya. Mana mungkin dia tidak merasa bahagia mengetahui berita ini?     

Tadinya, dia hanya secara iseng saja ingin menjenguk Runa di apato lamanya, namun siapa sangka dia akan menemukan mantel dan sepatu yang dia pikir itu bukan milik perempuan.     

Maka dari itu, ketika tadi dia bertanya ke Runa, itu milik siapa, Runa terlihat kesulitan menjawab dan gugup. Oleh karena itu, Reiko pun meminta ijin ke kamarnya. Dan dia menemukan jawabannya di sana.     

"Rei-chan … maafkan tentang ini. Yah, karena hubungan kami juga masih termasuk baru, jadi kami masih merahasiakan ini." Runa nampak serba salah mengucapkan ini.     

Menepuk pelan bahu sahabatnya, Reiko menjawab, "Jangan khawatir, kalau memang kalian masih ingin ini menjadi rahasia, maka aku akan menutup mulutku!"     

"Lagipula, aku juga harus minta maaf jika menggunakan apato kamu sebagai tempat untuk kami memadu kasih," imbuh Runa sambil menatap takut-takut ke sahabatnya.     

Menggelengkan kepalanya, Reiko berkata, "Jangan mengkhawatirkan mengenai hal itu. Aku ikut berbahagia akan hubungan kalian. Sungguh! Maka, pakai saja apato ini untuk tempat tinggal kalian berdua supaya lebih nyaman." Ia malah menyarankan keduanya tinggal bersama di apato dia sebagai bentuk dukungannya.     

"He he, bukankah ini rasanya seperti masa lalu, ketika aku memergoki Tuan Ryuu terbaring di tempat tidur itu-"     

Reiko langsung memberikan kode melalui matanya sebelum Runa mulai menjabarkan yang tak boleh dijabarkan.     

Untung saja Runa berhenti tepat waktu sebelum dia bisa berhasil mengucapkan mengenai rahasia terbesar Reiko.     

Sampai saat ini, Yuza dan Shingo hanya tahu bahwa Reiko hanya tinggal bersama dengan Nathan Ryuu sebagai sepasang kekasih karena hal tersebut sudah tergolong wajar dan umum di Jepang, terutama di kota besar dan metropolitan macam Tokyo.     

Meski Runa sedikit kecewa karena tak bisa menyatakan pada Shingo bahwa Reiko sebenarnya sudah menjadi istri orang, maka lelaki itu sebaiknya menyerah saja pada Reiko.     

Sayang sekali, Reiko masih ingin hubungan itu sebagai rahasia.     

Sebagai sahabat yang sudah terlanjur berjanji, Runa tidak bisa melanggar kesepakatan yang sudah dibuat dengan Reiko mengenai itu.     

"Ahh, kalau begitu, aku akan pamit dulu, yah!" Reiko tidak ingin menganggu pasangan baru ini.     

"Rei-chan, kenapa buru-buru? Kau bisa ikut sarapan di sini, loh!" Runa menawarkan.     

"Uh-hum!" Reiko bergumam sambil menggeleng pelan seraya tersenyum. "Aku hanya iseng saja ingin mampir ke sini. Sebentar lagi aku akan ke Adora. Yang penting, aku sudah lega karena Runa ada yang menjaga di sini. Hatiku benar-benar tenang untuk ini. Shingo-san, terima kasih!" Ia malah melakukan ojigi ke Shingo yang masih membeku di tepi kasur.     

"Baiklah kalau kau hendak ke Adora." Runa pun merelakan kepergian Reiko.     

"Kau lanjutkan saja memasakmu daripada gosong. Aku bisa keluar sendiri." Reiko melangkah keluar dari kamar itu.     

"Baiklah, jaga dirimu di luar sana." Runa memeluk sahabatnya sebelum Reiko benar-benar pergi dan dia ke dapur, melanjutkan memasaknya.     

Ketika Reiko keluar dari unit apato itu dan telah tiba di belokan menuju ke lift, mendadak di belakang dia ada suara Shingo. Rupanya lelaki itu berlari keluar mengejar dia.     

Untung saja ketika Reiko menoleh, Shingo sudah tidak bertelanjang dada seperti tadi di kamar. Lelaki itu sudah memakai kaos.     

"Reiko!" panggil Shingo setelah berhasil mengejar Reiko sebelum wanita itu mencapai lift.     

"Ya, Shingo-san?" Reiko menoleh ke belakang dan berdiri menunggu Shingo menghampirinya.     

"Um, Reiko-san. Kumohon … jangan salah paham mengenai itu." Shingo nampak gugup seperti kesusahan mengatakan apa yang ingin dia katakan.     

Reiko memiringkan kepalanya, agak bingung dengan perkataan dari Shingo. Jangan salah paham? Maksudnya apa? Ia benar-benar tidak mengerti. "Ya?"     

"Etto … maksudku … mengenai aku dan Runa. Kami … kami hanya … sekedar begini …." Shingo ingin sekali menyeru bahwa antara dia dan Runa tidak ada hubungan apapun kecuali hanya sekedar persetubuhan sebagai seseorang yang telah dewasa saja. Tapi bagaimana cara menyatakan itu?     

"Sekedar begini?" ulang Reiko menggunakan nada tanya. "Kalian saling cinta, ya kan?"     

"Aku-"     

"Tentu aku akan sangat senang melihat sahabatku bisa menjalin hubungan dengan orang yang aku kenal baik yang memang seseorang yang sangat pantas untuk melindungi dan mendampingi sahabatku. Kau tahu, Shingo-san, aku sangat menyayangi Ru-chan bagai saudara kandungku sendiri."     

Mendengar perkataan Reiko, Shingo tidak memiliki nyali untuk menjelaskan sejelas-jelasnya mengenai perasaannya. "Um, ya."     

"Nah, karena itu …." Reiko menepuk lengan Shingo beberapa kali, dan melanjutkan bicara, "… aku mohon Shingo-san bisa menjaga Ru-chan untukku, yah! Bahagiakan dia karena dia benar-benar orang yang berharga untukku."     

Lidah Shingo semakin kelu. "I-iya. Iya, Reiko-san." Ia kehilangan daya untuk menjelaskan yang ingin dia katakan mengenai kebenaran dari hubungan dia dengan Runa, bahwa tidak terucap kata cinta di antara mereka, bahwa hatinya masih ada Reiko saja.     

"Terima kasih, Shingo-san! Aku tahu aku bisa mengandalkan Shingo-san. Aku benar-benar percaya pada Shingo-san." Reiko tersenyum senang, menepuk lengan Shingo sekali lagi sebelum pergi masuk ke lift. "Sampai bertemu di Adora."     

Keduanya tentu tidak akan mengira bahwa pembicaraan mereka di depan lift itu didengar seseorang di balik kelokan tembok di sana. Dia adalah Runa yang sejak tadi berlari diam-diam mengikuti Shingo keluar apato dan berdiam menempel di tembok dan mendengarkan percakapan sahabat dan lelaki pujaan dia.     

Ada wajah yang sukar dijelaskan makna rautnya saat ini. Sementara itu, tangan Runa makin meremas kuat-kuat ujung celemeknya.     

=========     

lyrics source = Anime Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.