Inevitable Fate [Indonesia]

Biarlah Tetap Seperti Ini Apa Adanya



Biarlah Tetap Seperti Ini Apa Adanya

Kimi to narande mita uso mitai na shiawase (Aku melihat kebahagiaan yang seperti kebohongan bersamamu)     

Nani mo nakatta boku datta kara (Karena aku bukan siapa-sapa bagimu lagi)     

Ima sara kotoba ni shite tsutaetai arigatou     

(Sekarang aku akan mengungkapkanya padamu, terima kasih)     

- Kimi to Boku (Kau dan Aku) by Misako Uno from AAA -     

=========     

Ketika Shingo kembali ke apato dia sendiri pada sore harinya, dia bertemu Yuza yang memiliki unit di sebelahnya.     

"Ossan, kau ini kemana saja sejak pagi, huh? Aku hubungi tapi kau sama sekali tak menjawab. Aku pikir kau sudah membusuk di suatu gorong-gorong atau tergeletak di gunung." Yuza mengikuti Shingo masuk ke apato lelaki itu.     

"Tsk! Maaf jika menghancurkan khayalanmu itu, bocah busuk!" Shingo menaruh mantel musim dingin yang dia buka dan taruh sembarangan di meja pendek ruangan bertatami itu.     

Yuza baru akan mengatakan sesuatu ketika dia mendelik kaget saat menatap Shingo. "Woah! Woaaahhh!"     

Shingo menatap ke Yuza dengan kening berkerut. "Apa-apaan sih kau ini, bocah? Jangan berlebihan!"     

"I-i-i-itu! Itu!" Yuza tak bisa menahan keterkejutannya sambil telunjuknya mengarah ke Shingo.     

"Itu, itu, apa?" Shingo seakan terusik dengan seruan berlebihan Yuza.     

"Ossan! Tidak kusangka kau sebinal itu! Kau benar-benar monster!" Yuza menyeru sambil tergelak membawa ketakjubannya.     

"Apa sih maksudmu?" tanya Shingo masih tak paham mengenai apa yang menjadikan Yuza seheboh itu.     

"Lehermu! Woaahh! Kau ternyata menyelinap dari pagi untuk berkencan! Woaaaahhh …." Yuza pun menjelaskan apa yang menjadikan dia seheboh ini saat melihat Shingo.     

"Hm? Leher?" Shingo lekas pergi ke depan cermin dan memeriksa lehernya. Ternyata di leher samping dia ada bercak kemerahan yang tak perlu lagi diragukan itu dari mana. "Tsk, hanya begini saja dan kau sudah ribut seperti ada meteor jatuh! Dasar bocah!" Ia mengabaikan Yuza dengan sikap acuh tak acuh, pergi ke kamarnya.     

"Ossan! Kau sungguh berkencan? Dengan siapa? Tidak mungkin dengan Reiko-chan, kan? Atau kau ternyata sudah ada pacar? Hei, apa kau sudah tidak menyukai Reiko-chan lagi? Ha ha, baguslah! Ossan, menyerah saja yah agar rivalku bisa berkurang!" celoteh Yuza masih mengekor Shingo.     

"Kalau kau masih mengoceh macam-macam lagi, aku lempar kau dari jendelaku." Shingo mendelik tajam ke Yuza.     

"Hiii! Ngeri!" Yuza berpura-pura ketakutan tapi kemudian dia terkekeh geli. "Wah, tidak menyangka sekarang Ossan sudah ada pacar dan aku tidak tau apa-apa! Wah, wah! Ossan, kau gerak cepat! Aku salut padamu!"     

"Pacar apa?! Jangan meracau sembarangan!"     

"Heh? Jadi … itu bukan perbuatan pacarmu? WOAHH, Ossan! Kau sudah bermain gila dengan seseorang!"     

Dan menit berikutnya, Yuza sudah berada di luar pintu unit Shingo gara-gara diseret keluar oleh Shingo karena terganggu dengan ocehan Yuza.     

"Ossan! Hoi, Ossan! Tsk! Kau ini sedang malu atau apa, sih! Kenapa malah mengusirku begini, hei, buka pintunya!" Yuza terus mengetuk pintu yang tertutup itu sampai lelah dan menyerah kembali ke unitnya sendiri di sebelah.     

Namun, Yuza terkekeh senang mendapati ternyata Shingo sudah beralih ke entah siapa, tidak penting bagi Yuza, yang penting … dengan ini, rival berkurang!     

Shingo baru saja membuka ponselnya saat dia mendapati ada puluhan panggilan tak terjawab dari Yuza sejak pagi dan puluhan pesan pula dari lelaki itu. "Tsk! Mengganggu saja." Ia pun menghapus semua pesan dari Yuza yang hanya spam: 'Kau di mana, Ossan!' atau 'Hei, kau tak ingin pergi ke Adora?' atau 'Ossan, kau sudah mati? Biarkan aku mengirimimu bunga, oke!'     

"Hah!" Shingo mendesah singkat saat dia duduk di kasur kainnya di atas tatami. Ia menjadikan dua tangan sebagai bantal sambil menatap langit-langit kamarnya, mengingat semua yang terjadi dari semalam sampai siang ini.     

Dia dan Runa bagaikan pengantin baru yang terus saja bersetubuh bagai tak ada hari esok. Apakah ini bentuk pelampiasan frustrasi dia pada putus asanya perasaan dia akan Reiko?     

Apakah hal ini bisa dibenarkan? Bersetubuh tanpa merasa adanya getaran cinta untuk lawan bercintanya?     

.     

.     

Pada belasan menit berikutnya, Shingo menghubungi Reiko melalui pesan. [Apakah Adora juga buka di malam hari?]     

Belasan menit berikutnya, dia mendapatkan balasan dari Reiko. [Tentu saja. Adora masih buka sampai jam 10 malam. Kenapa? Sepertinya Shingo-san tadi pagi tidak pergi ke Adora, yah!]     

Menatap jawaban dari Reiko, Shingo menelan ludah. Kira-kira apa yang akan dikatakan Reiko jika gadis itu mengetahui bahwa dia sudah menyetubuhi sahabat Reiko tanpa merasakan cinta?     

Ahh, pasti Reiko akan memarahi keras dirinya jika mengetahui itu. Bahkan untuk mengungkapkan pada Yuza bahwa dia sudah menghabiskan semalaman sampai siang bersama Runa saja dia tidak sanggup.     

Pada menit berikutnya, Shingo pun memutuskan ingin mendatangi Adora. Dia sudah berganti pakaian dan bersiap keluar dari apatonya ketika ponselnya bergetar di saku belakang celananya.     

Meraihnya, dia melihat di layar sebuah nama yang dia kenal baik. "Moshi moshi?"     

"Shin, di mana?"     

"Aku di apato, hendak pergi."     

"Ke mana?"     

"Ke Adora. Kenapa?"     

"Petang ini?"     

"Ya."     

"Um, ya sudah, jaga dirimu, yah!"     

"Oke. Bye." Shingo pun menyudahi telepon.     

Namun, Runa di seberang sana hendak mengucapkan sesuatu dan berhenti ketika mendengar bunyi klik dari seberang, menandakan Shingo sudah menutup telepon. "Hghh … pria itu …," keluhnya.     

Di Adora, Shingo memilih untuk menghabiskan tenaganya di kelas dance di bawah bimbingan pelatih bernama 80.     

Itu adalah salah satu pelatih yang memiliki karakter nyentrik. Bisa dilihat dari cara dia menuliskan namanya, 80. Alasannya, 80 dalam bahasa Inggris dibaca eighty, dan itu mirip dengan pengucapan untuk namanya: Eiji.     

Bahkan pelatih Eiji menulis nama lengkapnya: 80-35 atau Eiji Sango (35 dibaca san-go, adalah pelafalan huruf dalam bahasa Jepang).     

"80-san, apakah ini sudah benar?" Shingo menggerakkan tangannya ketika dia sedang mempelajari locking dan popping.     

"Coba kau lebih tegas hentakkan tanganmu. Ya, seperti itu. Nah, sekarang kau bisa mencoba hip hop, mau?" tawar 80.     

"Tentu saja." Shingo mengangguk. Ia butuh dibuat lelah untuk meluapkan apa yang bergemuruh di benaknya.     

Beberapa anggota lainnya melirik ke Shingo, saling berbisik bertanya-tanya siapa dia, kenapa begitu gigih menari sejak satu jam lalu tanpa jeda?     

Selesai berlatih dance di bawah gemblengan 80-35 selama hampir 2 jam, Shingo pun pamit pulang setelah mengucapkan terima kasih pada si pelatih eksentrik itu.     

Ketika melangkah hendak pulang setelah selesai berganti baju di ruang ganti, dia menatap ponselnya, ada pesan di sana.     

[Shin, datang ke sini, yah! Maukah temani aku malam ini?]     

"Hmm …." Shingo mengetikkan jawaban. [Oke], lalu menyimpan ponselnya.     

Sepertinya petualangan akan masih berlanjut malam ini bersama Runa.     

.     

.     

Di tempat lain, Nathan Ryuu membawa Reiko ke sebuah rumah makan. Lagi-lagi pria Onodera itu menyewa private room. Sudah jelas apa tujuannya.     

Apalagi Onodera Ryuzaki meminta istrinya memakai pakaian pas badan berbentuk gaun terusan pendek.     

Reiko hanya bisa memutar matanya dan dalam hatinya berkata tak berdaya, 'Dasar suami mesum'. Kadang dia merasa sepertinya suaminya menyukai bercinta di luar hunian. Apakah dengan begitu libido lelaki itu kian terpacu?     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.