Inevitable Fate [Indonesia]

Serius Ingin Berlomba Secara Jujur dan Adil



Serius Ingin Berlomba Secara Jujur dan Adil

0mada kono mune no naka ikizuita mama (masih di dalam dadaku)     
0

chiisana tomoshibi no you na omoi wo (berpikir sepertinya ada cahaya kecil)     

kaze ni utarenu you ni ame ni nurenai you ni (jangan padam oleh angin, jangan basah oleh hujan)     

zutto dakishimeteta (aku memeluknya selamanya)     

- Tiny Light by Akari Kito - OST. Jibaku Shounen Hanako-kun -     

============     

Pagi ini setelah sarapan, Reiko sudah bersiap-siap hendak ke Adora. Nathan Ryuu bertanya ke istrinya, "Sayank, kau jadi ikut lomba dance?"     

"Ah, iya. Tentu saja jadi. Aku sudah mendaftar. Kenapa, Ryuu?" Reiko menghentikan kegiatan memasukkan baju ganti ke tas olah raganya dan menatap suaminya.     

"Ohh, tidak apa-apa. Hanya sekedar bertanya saja." Nathan Ryuu menyahut.     

Reiko pun menegakkan punggungnya dan mengernyit curiga akan ucapan suaminya. "Ryuu, jangan katakan kau hendak melakukan sesuatu pada lomba itu."     

"Ehh? Memangnya aku bisa apa mengenai hal itu, sayank?" Onodera Ryuzaki tersenyum sambil mengangkat cepat dua bahunya.     

"Hm, jika melihat dari kebiasaanmu padaku, aku curiga kau akan mendekati juri atau panitianya, dan … hm, Ryuu, aku benar-benar ingin mengikuti lomba ini dengan jujur."     

Menahan tawanya, Nathan Ryuu menampakkan wajah tak berdaya. Katanya, "Rei sayank, bagaimana kau bisa setega itu menuduhku? Apakah kau bermaksud ingin berucap bahwa aku akan menyuap juri dan panitia agar memenangkanmu?"     

"Yah, siapa tahu, kan? Dan aku tidak ingin itu terjadi, Ryuu." Tatapan tajam dan serius Reiko menyelimuti suaminya.     

"Rei kejam," akting Nathan Ryuu seakan dia sungguh menderita akan tuduhan istrinya.     

"Yah, siapa suruh kau sering melakukan ini dan itu untuk membelaku? Jangan bilang kau akan menyuruh Benio untuk ikut lomba itu juga sama seperti ketika kau menyuruh dia menjadi pekerja di Magnifico juga demi aku." Reiko kadang tak habis pikir dengan cara suaminya melindungi dia.     

"Ha ha ha!" Tawa itu tak bisa ditahan lagi oleh tuan muda Onodera. "Sepertinya aku sudah tidak bisa memiliki kartu rahasia di depanmu, yah Rei."     

"Astaga, Ryuu! Hentikan segera ide apapun di kepalamu itu mengenai lomba dance-ku! Jangan! Jangan lakukan apapun terkait ini, oke?" Reiko benar-benar tidak akan setuju jika hal seperti mengikuti lomba juga harus mendapatkan campur tangan suaminya. "Aku ingin bertanding dengan jujur dan adil, Ryuu. Kumohon …."     

Melihat wajah memohon istrinya, tak ada kemungkinan bagi Nathan Ryuu untuk memiliki imun atas itu. "Baiklah, baiklah, aku takkan menurunkan tanganku ke hal itu. Kau boleh tenang mengenai itu, sayank." Ia berjalan ke arah istrinya dan memeluk tubuh molek itu. "Aku hanya terlalu menyayangimu, apa kau tahu itu?"     

"Umghh … iya, aku tahu itu, Ryuu. Aku menghargai kasih sayangmu padaku, sungguh! Tapi, kadang aku juga ingin menjalani jalanku menggunakan upayaku sendiri agar aku bisa makin kuat." Reiko membalas pelukan suaminya, menjatuhkan kepala pada bahu Nathan Ryuu sambil menghirup aroma maskulin sang pria, aroma yang kerap menenangkan hatinya.     

"Iya, iya, baiklah. Kau bisa dapatkan itu jika memang itu inginmu." Usai mengatakan itu, Nathan Ryuu mengecup kening istrinya.     

"Aku pergi ke Adora dulu, yah!" Reiko membalas dengan mengecup singkat bibir suaminya dan berjingkat lincah untuk melepaskan diri dari pelukan suaminya.     

Nathan Ryuu menatap kepergian istrinya dan menghela napas. Kadang dia tidak bisa menahan untuk terus memanjakan Reiko bagaikan ayah ke putri kecilnya agar sang putri bisa terus terlindungi.     

Namun, terkadang ayah yang baik pun harus mempercayai putri tercinta dan membiarkan sang putri tumbuh berkembang menjadi sosok mandiri dan kuat.     

"Hahh … sepertinya aku ini sudah bertambah tua saja." Nathan Ryuu meraih minuman kaleng di atas meja yang tinggal setengah, meneguk sampai habis sebelum dia menelepon sopirnya, "Aku akan keluar."     

.     

.     

Reiko sudah tiba di Adora beberapa menit setelah Yuza dan Shingo berada di sana. Mereka bertiga sudah berjanji hendak berlatih dance bersama-sama pagi ini.     

"Setengah jam saja, yah! Karena setengah jam berikutnya, aku ingin melatih dance coverku untuk lomba." Reiko meminta ijin dulu pada kedua pria itu.     

"Tidak masalah, Reiko-chan!" Yuza menyahut, sedangkan Shingo diam meski mengangguk saja.     

Saat ini, Yuza sudah mulai terbiasa melihat tubuh Reiko yang terbalut baju ketat olah raga, tidak mengalami insiden pangkal paha seperti sebelumnya.     

Setelah setengah jam berlatih bersama, Reiko pun menyingkir ke sudut untuk melatih gerakan dance cover dia, membiarkan anggota lainnya berlatih di tengah.     

Namun, Mel datang dan menyuruh Reiko pindah ke ruang sebelah untuk bisa berlatih menggunakan lagunya. Reiko patuh dan pergi bersama Mel ke ruang satunya lagi yang sepi karena masih pagi.     

Tak berapa lama, Yuza dan Shingo juga ikut masuk ke ruangan tempat Reiko berlatih dengan bimbingan Mel.     

Sesekali, Yuza mengikuti gerakan Reiko dan Shingo memutar matanya. Itu karena dance yang dilakukan Reiko begitu feminim dan girly, makanya terlihat aneh ketika ditarikan lelaki.     

Tapi Yuza tak perduli dan menjulurkan lidah pada Shingo.     

Selesai berlatih dengan Mel, Reiko beristirahat sebentar ditemani Yuza dan Shingo di sudut ruangan sambil menunggu keringat kering dulu sebelum berganti baju.     

"Reiko-chan, apa kau sudah tahu, Ossan sudah punya wanita rahasia!" Yuza tiba-tiba saja menyodorkan topik ini ketika mereka sedang duduk santai di sudut ruangan dan Mel sudah keluar dari sana.     

"Ehh? Benarkah?" Reiko langsung menoleh ke Shingo.     

Bletak!     

"Aduh!" Yuza memekik ketika kepalanya ditampar Shingo. "Kejam!"     

"Pantas untukmu!" Shingo menatap tajam menusuk ke mata Yuza karena pria itu malah memberitahu Reiko hal tersebut. Lalu beralih ke Reiko untuk berkata, "Jangan dengarkan dia, Reiko."     

"Tapi kan memang buktinya ada! Kemarin di lehermu ada tanda merah mencurigakan!' Yuza mengusap-usap kepalanya yang masih sakit.     

"Kau minta pukulan di mana lagi, hah?" Kali ini Shingo mendelik. Dibuka rahasianya di depan wanita yang dia sukai, itu sungguh tidak nyaman. Kenapa Yuza melakukannya? Ohh ya, dia lupa kalau mereka adalah rival.     

Seperti kata ungkapan: "Semua sah-sah saja dalam cinta dan perang."     

"Ossan kejam! Kau … lihat saja nanti kalau aku tahu siapa perempuan rahasiamu, pasti akan aku potret kalian dan kukirim ke Reiko-chan!" Yuza membalas dengan mendelik juga plus dagu terangkat, menandakan tidak gentar.     

Reiko tersenyum dan berujar, "Sebenarnya, itu kan tidak apa-apa. Wajar kalau Shingo-san sudah punya seseorang yang spesial. Dia sudah dewasa dan pantas melakukannya."     

Ya, bahkan dia yang lebih muda dari Shingo saja sudah menikah.     

Ketika dilihatnya Yuza dan Shingo sudah hendak berdebat lagi, Reiko berkata, "Yuk, ganti baju. Aku ingin ke kelas suara. Kalian ingin ikut atau ke kelas lainnya?"     

"Aku ikut Reiko-chan!" Yuza bersemangat, ikut berdiri seperti Reiko.     

"Aku ingin mencobanya." Shingo juga berdiri dan ketiganya pun keluar dari ruangan dance menuju ke ruang ganti dulu sebelum mereka bertemu lagi di lobi dan menuju ke area Divisi Suara.     

"Reiko-chan ingin berlatih menyanyi? Aku ikut, yah! Siapa tahu suaraku setara penyanyi terkenal." Yuza meringis, mengabaikan Shingo yang memutar matanya.     

"Hi hi! Ayo!" Reiko membuka pintu kelas menyanyi.     

============     

lyrics source = Anime Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.