Inevitable Fate [Indonesia]

Terbuai Keindahanmu



Terbuai Keindahanmu

0Baby I'm hypnotized     
0

Likewise I'm so surprise     

You're playing with my mind     

- Electric by Vybz Kartel -     

=========     

Tidak bisa menahan matanya, Yuza memandangi pantat Reiko sembari membayangkan ini dan itu mengenai pantat itu hingga dia mendengar desis keras dari sebelahnya, itu Shingo.     

"Kendalikan dirimu, apalagi yang di bawah sana," bisik Shingo sambil terus menirukan gerakan pemanasan Reiko di depan sana.     

Yuza terkesiap dan ia melirik ke bawah. Astaga! Ternyata sesuatu sudah menggunduk. Pantas saja rasanya aneh dan tak tertahankan. Yuza pun merasa ngilu dan kikuk mengenai kondisi di selatan dirinya.     

Ia tak bisa berbuat apa-apa dan memilih untuk duduk saja.     

Ini membuat Reiko terkejut ketika melihat dari kaca, Yuza tiba-tiba duduk. Ia pun lekas menengok ke belakang dan bertanya, "Yuza-kun, ada apa? Apakah kau baik-baik saja?" Ia mengkhawatirkan temannya.     

"Ti-ti-tidak apa-apa! Sungguh, tidak ada apa-apa, Reiko-chan. Aku … aku hanya ingin pemanasan dengan cara begini!" Yuza gugup menjawab Reiko.     

Shingo di sebelahnya hanya memutar bola matanya sambil berbisik keras, "Tsk, dasar amatir."     

"Heh! Jangan memprovokasi aku, Ossan!" Yuza mendelik ke Shingo yang tetap menampilkan wajah tenangnya.     

"Amatir." Shingo berlagak acuh tak acuh, tetap melanjutkan pemanasan meski Reiko sedang berhenti untuk memperhatikan Yuza.     

"A-ano … Reiko-chan … lanjutkan saja. Aku ingin duduk sebentar." Yuza sampai harus merangkak menuju belakang ruangan, tak sanggup berjalan. Selain merasa sedikit ngilu tak nyaman di selangkangannya, dia juga tidak ingin Reiko melihat sesuatu yang menggunduk di pangkal pahanya.     

Dia tidak mengira melihat Reiko dalam busana olah raga, gadis itu terlihat begitu berbahaya. Segala lekuk tubuh molek Reiko tercetak jelas. Yuza bertanya-tanya, apakah rekan berlatih dance Reiko di tempat ini akan baik-baik saja jika berlatih bersama Reiko?     

Yuza masih terlalu hijau di dunia dance, sehingga dia terkaget-kaget melihat secara langsung dan nyata lekuk tubuh para perempuan dalam balutan busana ketat pakaian olah raga.     

Reiko pun melanjutkan pemanasan bersama Shingo di belakangnya. Yuza ingin berteriak untuk bertanya ke Shingo, apakah lelaki itu tidak merasakan apa yang dia rasakan saat ini? Atau jangan-jangan Shingo lelaki frigid? Lelaki impoten? Tapi bukankah mereka berdua sama-sama menyukai Reiko, ya kan?     

Kenapa Shingo tidak terpengaruh seperti dia?! Yuza ingin menjeritkan keluhan ini.     

"Nah, pemanasan sepertinya cukup. Sekarang kita coba menari yang santai dan mudah dulu, yah! Shingo-san, apa kau pernah menari sebelum ini?" Reiko menengok ke Shingo di belakang.     

Menggelengkan kepala, Shingo menjawab, "Belum pernah. Jadi, maafkan kalau nanti gerakanku kaku dan tidak bagus, Reiko-san."     

"Ohh, tidak masalah. Semua orang memang butuh melakukan yang pertama kali untuk mendapatkan pengalamannya, termasuk juga urusan menari. Aku pimpin dan Shingo-san coba ikuti, yah! Aku akan pelan-pelan." Reiko tersenyum sebelum dia berjalan ke rak pemutar musik dan mengganti dengan lagu yang lebih memiliki beat meski tidak cepat. "Sepertinya ini saja."     

"Baiklah." Shingo mengangguk setuju.     

Menoleh ke Yuza, Reiko bertanya, "Yuza-kun, ingin ikut?"     

"Ti-tidak! Tidak dulu, Reiko-chan!" Selatan Yuza belum reda. Dia segera memeluk lututnya dengan cengiran kikuk.     

"Oh, baiklah." Reiko tidak ingin memaksa jika memang Yuza belum ingin atau belum siap. Maka, menyesuaikan dengan beat lagu, Reiko mulai bergerak sambil memberikan pelatihan ke Shingo.     

"Ya, ayunkan saja tanganmu seperti itu, Shingo-san, itu sudah bagus!"     

"Nah, gerakkan kakimu serileks mungkin, jangan khawatir, kau baik-baik saja dengan gerakan itu, Shingo-san."     

"Yup! Itu namanya popping, hentakkan dengan tegas."     

"Seperti ini yang namanya locking. Bagaimana, kau paham?"     

Sesekali, Reiko akan berjalan ke Shingo dan membenarkan gerakannya secara personal. Yuza melihat dengan pandangan iri. Andai dia bisa menahan selatannya berulah, dia juga bisa membuat Reiko menyentuhnya. Ossan sialan, keluh batinnya.     

Dan karena kadang Reiko membungkuk sehingga belahan dadanya mau tak mau terlihat atau melenggokkan pinggulnya atau sekedar meliukkan tubuhnya, ini berakibat cukup fatal bagi Yuza. Selatan dia tidak juga reda dan malah bertambah kencang. Ia pun panik. Antara ngilu dan enak saban tersentuh tangannya sendiri, Yuza meneguk ludahnya sendiri.     

"Ehh? Ada yang sedang berlatih?" Tiba-tiba, muncul lelaki di ambang pintu ruangan itu.     

"Darren-san!" Reiko menyapa salah satu pelatih dance di Adora.     

"Wah, Reiko ternyata. Akhirnya aku melihatmu juga." Darren Ho mendekat dan mengulurkan tangan ke Reiko.     

Reiko tidak bisa mengelak dan hendak menjabat tangan si pelatih, namun mendadak saja tangannya malah ditarik dan mengakibatkan tubuh Reiko terhuyung ke depan dan ditangkap Darren dan diputar hingga mereka pun bergerak ala duet dengan Darren memimpin.     

Reiko tidak bisa apa-apa selain bergerak mengikuti liukan tubuh Darren Ho hingga mereka malah berdansa tango.     

Hanya 3 menit mereka menari duet atas 'paksaan' Darren Ho dan berakhir dengan Darren Ho memeluk pinggang Reiko, mengakhiri tango dance mereka.     

Wajah Reiko merah padam karena malu dan napasnya tersengal-sengal. Lelaki ini, astaga! Masih saja suka berbuat seenaknya.     

Shingo dan Yuza membeku melihat duet yang dilakukan Reiko dan Darren Ho. Duet yang cukup singkat namun terasa sensual dan indah. Darren Ho begitu piawai memimpin dance meski pihak satunya tidak siap. Sungguh seorang pelatih tari yang hebat.     

Yuza meneguk ludah lagi, membayangkan kapan dia bisa menari seperti itu dengan Reiko.     

"Kau masih sebagus yang aku ingat terakhir kali, Reiko!" puji Darren Ho diiringi tawa renyahnya.     

"Da-Darren-san terlalu memuji." Reiko sudah menjauh dari lelaki blasteran Tiongkok dan Australia itu dan membungkuk ojigi sebagai tanda hormat dia.     

"Ha ha ha, jangan terlalu formil begitu padaku, Reiko!" Lalu, Darren menoleh ke Shingo dan Yuza. "Mereka temanmu?"     

"Ya, Darren-san." Reiko mengangguk.     

"Ingin berlatih dance?"     

"Benar, Darren-san."     

Shingo lekas membungkukkan tubuh. "Shingo desu. Yoroshiku onegaishimasu!"     

Yuza susah payah bangun dan juga membungkuk memperkenalkan diri kepada Darren, "Yuza desu! Yoroshiku onegaishimasu!" Ia berharap tidak ada yang memerhatikan pangkal pahanya.     

"Ah, baiklah. Kalau begitu, ijinkan aku melatih kalian. Mau?" Darren tersenyum ke Shingo dan Yuza. Namun belum sempat dua pemuda itu menjawab, Darren sudah menyambung. "Oke, kemarilah, lebih merapat lagi! Ayo, cepat!"     

Shingo dengan mudah melangkah mendekat. Sedangkan Yuza, dia diserang dilema, haruskah dia ikut berlatih dalam kondisi begini?     

Dan ketika mata Darren Ho melirik ke sikap canggung Yuza, secara refleks dia menatap sesuatu di selangkangan Yuza dan mendengus geli. Kemudian, Darren meraih bahu Reiko dan berkata, "Reiko, lebih baik kau duduk dulu di sudut, biarkan aku yang melatih mereka."     

"E-eehh! Baiklah, Darren-san." Reiko patuh dan mundur ke sudut belakang ruangan dan duduk bersila di lantai.     

Darren Ho dikenal sebagai pelatih yang penuh akan dominasi dan kadang bersikap semaunya sendiri meski tetap di jalur profesionalitas kerja.     

Shingo melirik ke Yuza dan menyeringai samar seolah sedang mengolok-olok dia. Yuza mendelik. Pria itu menyeringai padanya? Sial!     

=========     

lyrics source = Google     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.