Inevitable Fate [Indonesia]

Menggapai Ilusi Berbeda [21+]



Menggapai Ilusi Berbeda [21+]

0Ima ga subete kasukana tomadoi mo (Sekarang yang kita butuhkan, bahkan keraguan yang samar)     
0

Yukkuri to shitasaki de tokashite (Adalah kelezatan yang meleleh dan perlahan terasa di ujung lidah)     

"Ii no?" "Ii yo" ("Bolehkah aku?" "Ya, kau boleh.")     

Mou mayowanai kara fukaku made oide (Aku tidak akan goyah lagi. Jadi datanglah padaku, sedalam yang kau bisa)     

- Perfect Crime by VOCALOID Megurine Luka & Kagamine Len -     

==============     

Mendapati sosok polos Runa yang tergolek indah di atas kasur, mana bisa Shingo tidak tergerak?     

Menerjang tak sabar setelah dia melepas kaosnya hingga bertelanjang dada, Shingo naik ke atas tubuh Runa, menekankan dirinya sembari bibirnya menindas bibir Runa, melumat tak sabar.     

Keduanya saling tak sabar dan menyampaikan itu melalui cumbuan agresif satu sama lain. Sembari bercumbu, Shingo sambil melepaskan jeratan celana jins dan juga celana dalam dia dari kakinya sendiri tanpa beralih dari atas tubuh Runa.     

Ini sungguh-sungguh sudah tak bisa dihentikan lagi. Shingo sudah tidak perduli lagi mengenai perasaan atau apapun juga. Yang ingin dia buru saat ini adalah pemuasan hasrat yang telah dibangkitkan Runa.     

Bukan salahnya jika dia tidak ingin berhenti saat ini, ya kan? Dia hanya lelaki normal yang terpicu pihak lain yang terus menggodanya. Dia hanya merespon sebagai lelaki normal yang juga sebenarnya putus asa.     

"Aanghh … Shingo … mmhhh …." Runa melepaskan cumbuan mereka ketika merasakan tangan Shingo sudah meremas payudaranya, melenguh manja ketika bukit kenyal miliknya saat ini sudah dipenjara mulut rakus Shingo.     

Hisapan, lumatan dan sesekali menggigit pucuknya, Runa terhanyut akan perlakuan mulut Shingo pada payudaranya, dia menggeliat sambil terus melantunkan erangan lirihnya.     

Ini memicu hasrat Shingo lebih tinggi, membuatnya lebih semangat ingin mendapatkan yang lebih dan lebih, sama seperti yang diinginkan Runa.     

Kedua orang yang saling menggeliat satu sama lain pun saling mendambakan lebih dan lebih dari apa yang mereka dapatkan saat ini.     

Tangan Shingo tanpa sadar sudah bergerak ke arah selatan tubuh Runa, meremas dan mengelus di sana.     

"Haanghh … Shingo … Shingo-kun … mmhh … terus …." Runa tidak ingin berlagak malu-malu di saat dia sudah mendapatkan kesempatan dengan lelaki idamannya. Ia membuka kakinya, melebarkan pahanya agar sentuhan tangan Shingo pada area lembap dia semakin mudah.     

"Ru-Runa-chan … kau basah …." bisik Shingo ketika menyadari di bawah sana memang sudah dibanjiri cairan gairah Runa.     

Gadis itu tidak malu dan malah menjawab, "Itu karena aku menginginkan Shingo-kun … aku menginginkanmu …."     

Menatap mata sayu Runa yang bersikap sangat pasrah itu sangat menggemaskan di visual Shingo. Apalagi ketika satu jari Shingo memasuki liang sempit itu, Runa mengerang sambil pejamkan mata.     

Shingo semakin merasa dirinya menggila, ia mengaduk pelan jarinya di dalam sana, dan mulai tak sabar. "Runa … Runa … aku … aku akan mulai."     

Runa membuka matanya dan menatap sayu pada Shingo ketika dia mengangguk dan menjawab, "Lakukan, Shingo. Aku ingin kau memasukiku dan memilikiku."     

Terprovokasi oleh ucapan Runa, Shingo mulai mengganti posisi duduk di depan selangkangan Runa, menatap benda yang masih asing baginya namun ketika dia menyibak area lebat di sana, muncullah celah berwarna merah muda segar menggiurkan.     

Shingo mengarahkan batang torpedo jantan dia ke liang sang gadis, mengusapkan ujungnya pada daerah merah muda itu, seakan menggoda, padahal dia masih diserang dilema apakah harus melakukan ini atau tidak. Namun, dia segera mengumpulkan nyali yang diselimuti libido. "Permisi … ermmghhhhh …."     

Runa menggigit gerahamnya ketika benda besar tegang itu memasuki liang perawan sempit dia, menahan sekuat tenaga suara kesakitan dia agar Shingo tidak perlu ragu dan berhenti.     

Menyaksikan benda kebanggaan miliknya bergerak maju dan merangsek masuk ke celah sempit merah muda milik Runa, itu sebuah pemandangan yang luar biasa. Ternyata begini yang dirasakan lelaki ketika memasukkan kejantanannya ke liang milik pasangan bercintanya.     

"Rrrkkhhhh …." Runa terus bertahan melawan rasa sakitnya.     

"Mmmghhhhh …." Shingo tak kalah berjuang menenggelamkan miliknya hingga akhirnya kepala itu pun berhasil menerobos masuk.     

Keduanya pun terengah-engah bersama-sama. Wajah Runa merah padam karena menahan sakit bagai selangkangannya sedang dibelah hidup-hidup.     

"Shi-Shin!" Runa menjulurkan dua tangannya kepada Shingo, mengundang pria itu agar merunduk padanya.     

Shingo menanggapi uluran tangan itu sesuai dengan yang diharapkan Runa. Merunduk dan menyatukan bibir mereka dalam cumbuan agar Runa bisa melupakan rasa pedih dan menyakitkan di bawah sana, Runa terus melenguh lirih.     

Dengan melepaskan cumbuan itu, Runa mendorong kepala Shingo menuju dadanya agar lelaki itu memanjakan payudaranya.     

Shingo paham dan mulai menghisap-hisap pucuk serta meremas yang satunya.     

Ini berhasil. Runa berhasil mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit, sembari lubang perawannya bisa beradaptasi dengan milik Shingo untuk beberapa saat ketika mereka sama-sama diam dan hanya membiarkan mulut dan tangan yang bekerja.     

Jemari Runa meremas-remas rambut belakang Shingo ketika dia makin merasa nikmat ketika pucuk payudaranya yang peka mendapatkan hisapan-hisapan kuat mulut Shingo yang mulai terbiasa dengan benda kenyal itu.     

Meski payudara Runa tidak sebesar Reiko, namun bentuknya masih tetap padat dan menarik, terasa sangat menyenangkan ketika diremas telapak tangan Shingo.     

Tangan lain Runa mengusap seduktif pada pucuk dada Shingo sehingga lelaki itu mengerang tertahan. Runa terkekeh. Ia berkata, "Shin, bergeraklah."     

Shingo melepaskan pucuk payudara Runa untuk menyahut, "Kau yakin? Sekarang?" Runa mengangguk. Shingo bertanya lagi, "Bagaimana kalau sakit?"     

"Memangnya kau ingin ini diam selamanya begini? Atau ingin mencabutnya setelah sejauh ini?" Runa berlagak cemberut, menggembungkan pipinya.     

Shingo terkekeh dan menjawab, "Baiklah kalau kau memang sudah yakin ingin begitu. Aku bergerak, yah! Mrrghh … Ru-Runa! Mgghh …." Shingo benar-benar menggerakkan pinggulnya, sehingga mengakibatkan batang torpedonya mulai bergerak pula maju dan mundur.     

"A-aanghh …." Runa mengerang sambil matanya terpejam.     

"Sa-sakit kah?" Shingo jadi ragu.     

"Ti-tidak! Teruskan, Shin! Teruskan … kumohon …." Runa membuka mata dan menatap penuh damba pada lelaki di atasnya.     

"Baiklah … aku bergerak lagi, Runa, hmmrrrgghh … rmgghh … hrmmghh …." Shingo kembali bergerak menggoyangkan pelan-pelan tubuhnya sehingga tubuh Runa juga mulai bergoyang.     

Dua lengan Runa disampirkan santai pada leher Shingo sambil gadis itu terus menautkan tatapan pada lelaki tercintanya. Sesekali lenguhan dan erangan manja keluar dari mulutnya yang terus membuka sedikit. "Anghh … Shiinn … anghh … kimochiiii … mmghh … ini sungguh enak … aanhh … Shin, aku … aku mencintaimu … aku ingin memilikimu … Shiinn … kumohon …."     

"Ru … Runa … mgghh … ini memang enak … ya dewa … sungguh … arghh! Aku ingin mempercepat, boleh?"     

"Tentu, lakukan seperti yang kau ingin, aku milikmu, Shin …."     

Mendengar ucapan lembut merayu Runa, Shingo makin terpacu ingin benar-benar bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Bahkan dia pun memeluk erat tubuh Runa, merunduk dan menenggelamkan wajahnya pada leher Runa.     

Namun … entah bagaimana, Shingo malah membayangkan ini adalah Reiko. Dia membawa ilusi bahwa yang dia setubuhi adalah Reiko, bukan Runa.     

==========     

lyrics source = Vocaloid Lyrics Wiki     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.