Inevitable Fate [Indonesia]

Pindah Hunian



Pindah Hunian

0mujaki ni asobu (bertingkah inosens)     
0

kitai kitai no daarin daarin (kaulah kekasih, kekasih yang aku damba dan harapkan)     

kenage ni warau itai itai no kieru (bila kau tertawa mempesona, seluruh rasa sakitku menghilang)     

- KING by Gumi Vocaloid -     

==========     

Reiko memikirkan permintaan suaminya yang berharap dia bersedia tinggal bersama dengan Nathan Ryuu di hunian pribadi lelaki itu dan memilih salah satu dari 3 hunian pria Onodera tersebut.     

Wah, ternyata suaminya memiliki 3 hunian pribadi! Mansion, vila dan apartemen yang pastinya jauh lebih berkelas daripada apatonya ini.     

Mana yang harus dia pilih? Reiko tak mungkin menolak. Sudah terlalu banyak kebaikan dan rasa sayang yang telah dilimpahkan Nathan Ryuu untuk dia, maka sudah selayaknya dia mengabulkan keinginan suaminya.     

Menimbang ini dan itu, Reiko bertanya, "Terlebih dahulu, aku ingin tahu, mana diantara 3 tadi yang bisa diberi ruang kedap suara seperti di sini? Maksudku, aku berharap memiliki ruangan untuk bernyanyi atau membuat konten Yutub."     

"Semuanya bisa diberi ruang kedap suara, sayank. Tidak ada yang sulit mengenai itu."     

Jawaban dari Nathan Ryuu memang sudah diduga oleh Reiko, meski dia masih juga menanyakannya hanya untuk menegaskan dugaannya. "Hm … mungkin yang kupilih adalah … apato. Tidak ada pelayan di sana, kan?"     

"Tidak, tidak ada jika itu adalah apato. Kau tak menyukai rumah kita ada pelayan, sayank?"     

"Aku … bukannya aku tak suka adanya pelayan."     

"Wah! Pasti itu karena kau tidak ingin privasi kita terganggu, ya kan sayank? Aku sungguh tidak mengira kau memikirkan privasi kita yang itu, sayank! Aku terharu. Tapi … aku bisa pastikan meski ada pelayan, kita tetap bisa bercinta tanpa ada gangguan dari mereka, kok!" Segera saja kalimat percaya diri Nathan Ryuu tumpah ruah, mengakibatkan bola mata Reiko berputar.     

"Tidak bisakah kau sejenak saja tidak bicara tanpa mengaitkan ke arah sana?" Gemas, Reiko mencubit hidung mancung suaminya.     

"He he, aku terlalu memujamu, sayank." Dan ia pun menenggelamkan wajahnya ke lekukan leher sang istri.     

"Ya ampun, kau ini …." Reiko menyerah dengan kemanjaan suaminya.     

-0-0-0-0-     

"Apakah semua barang-barangmu sudah masuk ke koper?" tanya Nathan Ryuu sekali lagi.     

"Sudah, Tuan Muda. Kau sudah menanyakan itu berapa kali sejak tadi, hm?" Reiko berkacak pinggang, memandangi ruangan apato dia yang telah kosong tanpa barang-barangnya.     

Hari ini, Reiko akan pindah ke apato miliki Nathan Ryuu di dekat Ginza.     

"Ha ha ha, hanya agar memastikan kau tidak meninggalkan apapun di sini." Nathan Ryuu memeluk tubuh istrinya, menjadi gemas hanya karena sikap kesal Reiko yang lucu di matanya. "Oh ya, kau yakin ingin mengosongkan apato ini? Tidak langsung menjualnya?"     

Reiko menggeleng. "Aku ingin membiarkan ini tetap menjadi milik kita saja. Mungkin hanya perlu disewakan saja, tak usah dijual."     

"Baiklah, sesuai keinginan Nyonya Muda Onodera." Nathan Ryuu membungkuk ala bangsawan Eropa.     

Maka, apato Reiko itu pun akan dikosongkan untuk tahun pertama, tidak disewakan ataupun dijual. Entah, pokoknya Reiko ingin begitu dulu.     

Sore harinya, tiba di apato pribadi milik Nathan Ryuu, Reiko menatap dengan mulut melongo. "Ryuu, ini bukan apato, tapi penthouse!"     

"Hah? Ohh, mungkin! Ha ha!" jawab santai Nathan Ryuu.     

"Ya ampun, kau ini …." Reiko menghela napas tak berdaya. Dia memang tidak keliru menyebut tempat yang dia tapaki saat ini sebagai penthouse, bukan sekedar apato biasa.     

Selain letaknya di lantai paling atas dari gedung apato ini, luasnya juga tidak kira-kira dengan berbagai barang yang pastinya berharga mahal menempati berbagai sudut.     

Belum lagi, tempat itu memiliki lift pribadi.     

Pada petang harinya, ketika Reiko selesai berbenah barang-barang pribadinya di penthouse suaminya, dia pun membuat dua cangkir cokelat hangat dan memberikan satu cangkirnya ke Nathan Ryuu.     

Menerima cokelat hangat, itu langsung mengingatkan Nathan Ryuu akan Ruby. Dulu, setahunya, Ruby sangat menyukai minuman cokelat hangat.     

Maka dari itu, sambil duduk berdua dengan Reiko di balkon kamar utama penthouse-nya, mata Nathan Ryuu terus saja memandangi cangkir di tangannya.     

Gara-gara cokelat hangat ini, dia lagi-lagi teringat akan Ruby. Padahal beberapa hari ini dia sudah melupakan sosok itu dari benaknya. Haruskah dia menyalahkan Reiko mengenai ini?     

Ohh, dia bahkan belum mengungkapkan mengenai Ruby pada istri barunya. Haruskah? Atau … bolehkah dia merahasiakan ini dari Reiko?     

"Di sini ternyata dekat dengan Ginza, yah Ryuu." Suara Reiko membuyarkan lamunan Nathan Ryuu akan sosok di masa lalunya.     

"Ohh, ya. Kenapa memangnya, sayank?" Nathan Ryuu menoleh ke istrinya sembari menepis kuat-kuat bayangan Ruby.     

"Dekat dengan Tropiza pastinya." Reiko tersenyum. "Aku bakalan bisa sering berkunjung makan di Tropiza."     

"Ohh, ternyata itu."     

"Dan juga bisa mengunjungi Adora." Yang ini, suara Reiko melirih.     

Menyadari perubahan suara istrinya, Nathan Ryuu menatap lekat Reiko, bertanya, "Kenapa jika dekat dengan Adora, sayank?"     

"Kau masih ingat mengenai Adora yang pernah aku ceritakan, ya kan Ryuu?"     

"Oh, tempat dulu kau pernah belajar bernyanyi dan dance?" Nathan Ryuu mengonfirmasi ingatannya mengenai sebuah tempat berjenis sanggar seni bernama Adora yang beberapa kali disinggung Reiko dalam ceritanya.     

Reiko mengangguk.     

Mendadak, Nathan Ryuu langsung paham dan lekas bertanya, "Apa … maksudmu … kau ingin berlatih lagi di Adora, sayank?"     

Senyum malu-malu muncul dari wajah Reiko yang tertunduk. "Iya, aku memiliki pikiran ke sana. Boleh?" Ia mendongak untuk menatap mata suaminya dengan tatapan penuh harap.     

Kalau sudah seperti itu, bagaimana bisa Nathan Ryuu tidak berkata iya? "Tentu saja boleh, sayank. Itu baik daripada kau bosan di rumah saja."     

"Terima kasih, Ryuu." Reiko menyandarkan kepala ke ujung bahu suaminya.     

"Kau bisa membalas budi nanti di tempat tidur, sayank." Tangan Nathan Ryuu meraih pipi Reiko untuk mengecup kepala istrinya.     

Reiko malah bangkit dari kursinya dan bergerak ke pangkuan sang suami. "Rasanya aku tak sabar untuk membalas budi."     

Kedua alis Nathan Ryuu naik serempak melihat kelakuan nakal istrinya. "Sepertinya sekarang ada yang sudah pintar menggodaku."     

"Apakah itu salah?" tanya Reiko sambil kalungkan santai dua lengan ke leher suaminya.     

"Salah apabila aku tidak menanggapinya." Satu tangan Nathan Ryuu telah menyusup masuk ke tepi celana dalam Reiko, mengusap sesuatu di sana.     

"Engghh … Ryuu …." Reiko mulai mengerang menanggapi sentuhan suaminya pada area peka dia.     

-0-0-0-0-     

"Sayank, kau yakin tidak ingin kuantar ke Adora?" tanya Nathan Ryuu ketika melihat istrinya sudah bersiap-siap hendak ke Adora pagi ini usai mandi dan sarapan.     

Adora memang buka dari jam 8 pagi hingga jam 10 malam. Itu memang merupakan sanggar seni yang memiliki 3 divisi utama: divisi suara, divisi dance, dan divisi cosplay.     

Banyak remaja dan muda-mudi ingin masuk ke Adora karena selain Adora sering mengikutsertakan anak didiknya ke ajang-ajang lomba, Adora juga bekerja sama dengan salah satu agensi besar hiburan di Jepang, G&G. Selain itu, pemilik G&G adalah istri dari pemilik stasiun televisi DRH.     

Ini memungkinkan peserta Adora memiliki kesempatan untuk masuk ke dunia hiburan melalui agensi tersebut dan nantinya bisa tampil di televisi, karena sudah banyak talent-talent dari Adora yang kini meniti karir bagus di dunia ihiburan belakangan tahun ini.     

==========     

lyrics source = Vocaloid Lyrics Wiki     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.