Inevitable Fate [Indonesia]

LAWAN!



LAWAN!

0KILL IT! GO! Suck it up (AKHIRI! PERGI! Jalani saja)     
0

KILL IT! GO! Work it off (AKHIRI! PERGI! Kerjakan saja)     

Aho-domo ga hariageta koe (Suara yang dikeluarkan orang bodoh itu)     

Kasu mimi wa muda (Mendengarkannya pun tak berguna)     

- Volcano Dance by Blue Encount -     

=========     

Suasana menjadi kacau di lantai 2. Sepertinya ini memang sudah direncanakan secara cermat. Reiko dipukuli serta ditampar beberapa rekan grupnya, sementara perempuan anak buah Nathan Ryuu sedang dipegangi dan ditahan belasan orang.     

Reiko sampai harus meringkuk dan melindungi kepala menggunakan dua lengannya, berteriak meminta mereka berhenti.     

Tiba-tiba, pukulan itu berhenti dan sebagai gantinya, terdengar suara pukulan lain, tetapi tidak untuk dirinya, melainkan ke para pemukulnya.     

Ketika Reiko membuka mata, dia melihat seorang lelaki memukul para pengeroyoknya, dan tak lama kemudian, perempuan anak buah Nathan Ryuu juga mulai berhasil melepaskan diri dari para pemegangnya, memukul mereka tanpa segan-segan.     

Dua anak buah Nathan Ryuu itu tidak ragu untuk memukul siapapun yang berani menghalangi mereka melindungi Reiko. Karena mereka adalah profesional dalam bidang bela diri, tentu memudahkan mereka menggertak para pekerja yang rata-rata para wanita yang berkomplot dalam hal ini.     

Kejadian itu begitu cepat, dari Reiko ditarik, perempuan anak buah Nathan Ryuu dipegangi beramai-ramai, dan munculnya lelaki anak buah suami Reiko untuk memecah kekacauan.     

Perempuan anak buah Nathan Ryuu membantu Reiko berdiri dan rekannya bersikap waspada dengan kuda-kudanya, kedua orang itu menatap tajam ke para pekerja di lantai 2 dengan tatapan memusuhi.     

"Ada apa ini?!" Yuza dan Shingo bergegas datang dari lantai 1, menyaksikan kekacauan di lantai 2 dan Reiko dipeluk pekerja baru sambil terisak.     

Dua pria itu segera menghampiri Reiko.     

"Reiko-chan, apa ada yang luka?" tanya Yuza dengan cemas.     

"Reiko-san, ayo lekas keluar dari sini saja." Shingo memberi saran.     

Reiko mengangguk, dan dia dikawal dua anak buah suaminya beserta Yuza dan Shingo.     

"Kalian cari mati sendiri!" Yuza menatap semua orang yang ada di sana sebelum dia masuk ke lift bersama Reiko dan yang lainnya.     

"Ambil barang-barangmu, Reiko-san." Perempuan anak buah Nathan Ryuu mendampingi Reiko ke ruang loker. Sedangkan yang pria segera menghubungi Nathan Ryuu.     

Yuza dan Shingo juga turut ganti baju ketika Reiko masuk ke loker perempuan.     

Melihat gelagat kelompok Reiko, Erina di lantai 1 merasa geram. Dia gagal menahan Yuza dan Shingo tadi sehingga lelaki itu lari ke lantai 2 ketika ada pekerja yang berseru mengenai adanya kekacauan di lantai 2.     

Tangan Reiko gemetar ketika dia membuka gembok lokernya dan melepas celemek dan segala atribut kerja yang dipakai.     

"Ayo, Nyonya, kita keluar, sebentar lagi Tuan pasti sudah di depan menunggu Nyonya." Perempuan anak buah Nathan Ryuu membantu Reiko memakai mantel.     

Keluar dari ruang loker, keduanya masih dihadang oleh manajer baru. "Apa-apaan ini? Kenapa kalian malah berganti baju di jam kerja? Memangnya kalian sudah menyelesaikan target hari ini?" hardiknya.     

Memandang sinis, perempuan anak buah Nathan Ryuu menjawab, "Apa matamu terlalu buta untuk melihat apa yang terjadi di lantai 2? Atau cctv di sana mendadak macet, huh?"     

Perempuan itu mendorong bahu si manajer sambil terus membimbing Reiko melewati si manajer.     

"Hei! Tidak bisa seenaknya main pergi begitu saja! Apakah kalian tidak takut dipecat?" teriak si manajer.     

Reiko meneguhkan hatinya dan berbalik ke manajer baru itu dan berkata, "Ya, aku memang ingin berhenti dari tempat yang kacau ini. Aku yang mencoba untuk bekerja sebaik mungkin, namun kalian justru begitu menyukai drama tak penting dan gossip tanpa bukti valid! Tidak perlu susah payah memecatku karena aku yang akan keluar dengan sendirinya!" Dengan suara bergetar, Reiko mengatakan itu. Matanya masih merah akibat tangis.     

"Kau! Sombong sekali!" Manajer baru itu menjawab.     

"Aku sombong? Lalu kalau aku sombong, kalian apa? Kalian malaikat suci, begitu? Yang setiap hari hanya bisa mengganggu siapapun yang kalian ingin?" Reiko tidak gentar meski bibirnya gemetar saat mengucapkan itu. Antara marah dan takut.     

"Reiko-chan!" Yuza dan Shingo sudah selesai mengganti baju dan bergegas ke Reiko. "Hei, kau manajer bodoh, lebih baik jangan ganggu Reiko-chan atau kau akan menyesal!" Yuza melotot ke manajer baru.     

"Cecenguk sepertimu berani mengancam aku?!" Manajer baru itu murka diremehkan Yuza.     

"Tentu saja berani! Kenapa? Hendak memecatku? Aku yang akan keluar!" bentak Yuza.     

"Aku juga keluar." Shingo menatap tajam manajer barunya.     

"Ayo, kita pergi." Perempuan anak buah tuan muda Onodera pun lekas membimbing Reiko melangkah pergi, diikuti Yuza dan Shingo, juga pria anak buah Nathan Ryuu.     

"Mobil Tuan sudah di depan," ujar pria anak buah Nathan Ryuu.     

Kelompok Reiko keluar dari ruang tersebut. Mereka bersama-sama berjalan mengantar Reiko ke depan gedung dimana mobil Nathan Ryuu sudah menunggu.     

Erina, manajer baru, dan yang lain bergegas ikut keluar juga.     

"Ayo kita lihat mobil Tuan Takeda sudah menunggu di depan pastinya!" seru salah satu pekerja.     

Mendengar seruan itu, perempuan anak buah Nathan Ryuu segera menoleh ke belakang dan berkata dingin, "Huh, kalian pikir Reiko sudi menjadi pasangan gelap Takeda Jyuto? Seorang Takeda Jyuto tidak ada apa-apanya dibandingkan tuanku!"     

Ucapan dari perempuan anak buah Nathan Ryuu membuat banyak pekerja yang ada di lorong itu tertegun heran. Loh, kenapa bisa begitu? Takeda Jyuto tak ada apa-apanya dibandingkan tuan dari pekerja baru perempuan itu?     

Salah satu dari mereka menoleh ke Erina, "Bukankah kau bilang Reiko main gila dengan tuan Jyuto?"     

"Hah? I-iya, kan? Buktinya adalah foto yang aku dapatkan dari cctv gedung seberang." Erina sedikit gugup menjawab rekannya.     

Lalu, ketika mereka tiba di depan gedung, mereka melihat mobil hitam limited edition dimasuki Reiko. Itu jelas bukan merupakan mobil Takeda Jyuto.     

"Erina! Itu bukan mobil tuan Jyuto!"     

"Iya! Itu bukan mobil bos kita, ya kan?"     

"Erina, kau yang benar kalau mencari info!"     

Mendadak, banyak rekannya mempertanyakan foto yang didapatkan Erina yang dia katakan itu dari cctv gedung seberang.     

"Aku …." Erina bingung harus menjawab apa. Sementara itu, ketika mobil mewah sudah membawa Reiko, masing-masing ponsel pekerja itu menerima 2 video.     

"Apa ini?" Mereka heran karena datangnya 2 video itu begitu serempak.     

Ketika video 1 dibuka, itu adalah video bagaimana foto yang diedarkan geng Erina adalah palsu dengan cara memberikan foto aslinya dimana itu mobil yang sama dengan yang menjemput Reiko baru saja.     

Lalu, video 2 berisi video pengakuan dari 2 lelaki. "Ya, kami memang dipesan dan dibayar Erina, untuk membawa teman mereka dari tempat karaoke. Gadis itu sudah diberi obat perangsang oleh Erina tadi dan dua temannya, Azuka dan Yukio. Kami sudah saling kenal karena kami biasa bersenang-senang di tempat karaoke atau di love hotel manapun. Kami sudah hampir berhasil membawa keluar gadis yang kalau tidak salah bernama Reiko, tapi di tengah jalan, gadis itu diselamatkan seorang lelaki jangkung dan sepertinya teman baik atau kekasih gadis itu. Kami sungguh minta maaf. Kami hanya orang rendahan yang hanya bekerja jika dibayar. Maaf, maafkan kami."     

Sontak, semua pekerja di sana menoleh ke Erina yang membeku.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.