Inevitable Fate [Indonesia]

Situasi Kacau yang Terencana



Situasi Kacau yang Terencana

0Karamaru KARMA no hate kara miwatashita (Aku melihat sekitar dari ujung karma yang terjalin)     
0

Haigo datte teki darake (Di belakangku penuh dengan musuh)     

Ogori takaburi ugomeku sen no CREATURE(Ribuan makhluk yang menggeliat untuk pertama kali)     

- Keep Weaving Your Spider Way by Riko Azuna - OST. So I'm a Spider, So What? -     

===========     

Betapa pandainya Erina memanipulasi pikiran orang hanya melalui ucapan ringan dan sedikit akting untuk memoleskan kepercayaan dari sekitarnya.     

Reiko saat ini justru diubah menjadi pelaku, bukan sebagai korban dari perbuatan Azuka. Aneh, bukan? Tapi beginilah cara kerja para manipulator dan hipokrit.     

Saat Reiko hendak menjawab Erina, anak buah suaminya sudah mengatakan, "Reiko-san, tak perlu dijawab. Hanya akan menyia-nyiakan napasmu saja. Ayo pergi."     

Mengangguk setuju, Reiko pun membungkukkan tubuhnya sedikit ke gerombolan Erina, berkata, "Maaf, kami permisi dulu."     

Dan kemudian, dia dibimbing dan dilindungi oleh anak buah suaminya.     

Sreett! Dugg!     

Ketika salah seorang dari gerombolan itu hendak menendang Reiko dari belakang, gerakan dan motifnya sudah bisa dibaca oleh anak buah Nathan Ryuu. Segera saja tendangan itu ditangkis kaki perempuan misterius itu, sehingga wanita muda itu mengaduh keras, bagai ada yang patah di dalam sana saking sakitnya.     

"Ohh, apakah terkena di tempat yang tepat? Maaf, kakiku terpeleset sepertinya," olok anak buah Nathan Ryuu.     

Wanita yang kesakitan pada tulang keringnya itu pun mendelik tak percaya. Si pekerja baru itu menggunakan kalimat dia yang tadi siang dia pakai ke Reiko untuk menyiram punggung Reiko dengan alasan persis seperti yang diucapkan si pekerja baru, hanya berbeda di kaki saja.     

Reiko pun segera dibimbing keluar dari sana. Erina melihat itu dengan tatapan tidak terima. Sampai kapanpun dia akan menjadi pembenci Reiko selama Yuza belum dia dapatkan.     

Anak buah Nathan Ryuu itu pun mengantarkan Reiko hingga ke depan pintu apatonya sebagai bentuk totalitas kerjanya. Ketika bertemu dengan tuan muda Onodera pun, dia membungkuk dalam-dalam sebelum pamit pergi.     

Masuk ke apato, Reiko bertanya ke suaminya, "Kenapa tidak bilang padaku kalau kau memasukkan anak buahmu di Magnifico?"     

"Hm? Tentu tidak asyik kalau kau tahu, ya kan?" gurau Nathan Ryuu yang ditanggapi Reiko dengan memutar mata dan mencubit perut dia.     

"Kau baik-baik saja di tempat kerja hari ini, kan?" tanya Nathan Ryuu sambil memijat pundak Reiko ketika istrinya duduk di sofa.     

"Ah ya, aku belum mengucapkan terima kasih padamu!" Reiko pun teringat satu hal penting.     

"Ohh?" Mata Nathan Ryuu melebar dengan alis terangkat tinggi.     

Bangkit dari sofa, Reiko membelitkan dua lengannya dan mengecup pipi suaminya dan berkata, "Terima kasih atas baju-baju yang kau berikan melalui anak buahmu."     

"Aku pikir kecupan di pipi saja tidak akan cukup, sayank." Mata nakal Nathan Ryuu mengerling dengan senyum masih terpasang di wajahnya.     

Rasanya gemas sekali memiliki suami seperti tuan muda Onodera ini, bukan? Reiko merasa demikian. Maka, tahu diri dan ingin menyenangkan sang suami yang telah berbuat banyak untuk dirinya, Reiko pun memberikan pelayanan terbaik yang dia sanggup terhadap jenderal besar milik suaminya.     

Di malam harinya, setelah mandi bersama usai melakukan kegiatan intim, Reiko mendekati suaminya dengan ponsel di tangannya. "Ryuu, ini … ada hal seperti ini beredar di tempat kerjaku."     

"Apa itu, sayank?" Nathan Ryuu mengurungkan mengecek email di ponselnya sendiri dan menoleh ke layar ponsel istrinya. "Foto?"     

"Ya, ternyata ada yang menyebarkan foto seperti ini untuk menimbulkan gossip buruk mengenai aku dan Tuan Takeda." Reiko menyerahkan ponselnya untuk dilihat lebih mendalam oleh suaminya.     

Mata Nathan Ryuu menyipit, melihat foto tersebut. "Ini … bukankah ini ketika aku menjemputmu sore itu, kan?"     

Reiko mengangguk. "Dan anehnya, yang muncul di sana bukan mobilmu tapi mobil Tuan Takeda."     

"Hm, jadi, kau mendapat gossip sedang berselingkuh dengan Jyuto?" Ada aura tak senang di wajah Nathan Ryuu ketika mengatakan itu.     

"Jyuto? Apakah kau kenal baik dengan pemilik Magnifico? Aku pikir Tuan Takeda hanyalah teman biasamu." Reiko sedikit curiga.     

"Ahh, ya dia … dia bisa dibilang juniorku di universitas, jadi aku cukup memanggil namanya saja." Nathan Ryuu berkelit. "Hm, sayank … apakah menurutmu foto ini mungkin … diedit?"     

Reiko mengangguk. "Itulah yang aku pikirkan."     

"Aku kirim fotonya ke ponsel aku, yah." Nathan Ryuu pun mengirimkan foto tersebut dari ponsel istrinya ke ponsel dia sendiri. "Sayank, tidurlah."     

Satu jam kemudian setelah yakin Reiko tidur lelap, Nathan Ryuu segera mengirim foto tadi ke anak buahnya yang khusus berurusan dengan IT.     

-0-0-0-0-0-     

Keesokan harinya, Reiko sudah siap sedia dengan beberapa baju ganti, berjaga-jaga apabila dia akan terus mengalami penyiraman sengaja oleh rekan-rekan grupnya.     

Itulah kenapa dia membawa tote bag, tas berukuran besar untuk menampung beberapa baju atasan. Hatinya geli melihat tindakannya sendiri. Kenapa pergi bekerja seperti hendak pergi berperang?     

Tapi, tak masalah. Reiko tak akan menyerah. Anggap saja ini sebuah penempaan bagi dirinya agar lebih kuat.     

Tiba di lantai 2 untuk pergi ke meja kerjanya, Reiko mendapati beberapa rekan grupnya telah berada di sana, dan seperti biasa, pandangan mereka sinis dan penuh benci.     

"Apa kau masih juga bermuka tebal hingga masih saja datang ke sini?" tanya salah satunya.     

"Maaf, saya datang ke sini untuk bekerja dan berkarya, bukan untuk hal drama lainnya. Jadi, tentu saja saya akan tetap hadir di sini." Reiko kini bisa menjawab dengan sikap tegas.     

Semalam, suaminya sudah banyak memberikan nasehat agar dia tidak lekas tunduk dan diam saja ketika ada pihak yang ingin menekan. Kali ini, dia ingin belajar dari apa yang dikatakan suaminya.     

Mata rekan Reiko tadi membelalak. "Kau berani menantang, hah?"     

"Saya tidak menantang. Saya bicara apa yang memang ada di benak saya. Permisi, saya hendak mempersiapkan pekerjaan saya hari ini." Reiko hendak melewati perempuan itu. Sebentar lagi, bel kerja bordering.     

"Jadi kau sekarang lebih angkuh hanya karena menjadi kesayangan Tuan Jyuto, hah?" Perempuan tadi makin kesal dan mendorong bahu Reiko.     

"Tolong jangan halangi saya." Reiko masih bertahan meski tangannya gemetar, karena … jujur saja, ini hal baru baginya mengkonfrontasi seseorang.     

"Aku tidak ingin bekerja satu grup dengannya!" seru perempuan itu dan diikuti 2 lainnya. Ketua grupnya pun tegas menyuruh Reiko pergi saja.     

Ini sungguh membuat terkejut Reiko. Kenapa ketua grupnya juga turut menekan dia? Apakah mereka begitu tidak bisa bersikap profesional? "Aku akan ke manajer untuk mencari jalan tengah mengenai ini."     

Reiko menghela napas, hendak menyampaikan keluhannya ini ke pihak manajer operasi, dan meminta solusi. Namun, sebelum dia berhasil mencapai lift, seseorang menjambak rambutnya dari belakang.     

Tak puas hanya melakukan itu, wajah Reiko juga ditampar keras. Anak buah Nathan Ryuu berlari ke arah Reiko, namun tak disangka, banyak perempuan lainnya menangkap pekerja baru itu beramai-ramai untuk menghalangi dia menolong Reiko. Sekitar belasan orang menahannya.     

Sementara itu, Reiko sudah dipukuli beberapa kali di wajahnya.     

"Ini untuk kejalanganmu!" teriak para pemukul Reiko.     

"Dan ini atas nama Nyonya Takeda!" Yang lainnya menendang Reiko.     

Suasana menjadi kacau di lantai 2. Sepertinya ini memang sudah direncanakan secara cermat.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.