Inevitable Fate [Indonesia]

Menyerah



Menyerah

0Temee no yowasa ni maware migi wo shite (Putar balik kelemahan itu menjadi kebenaran)     
0

Dareka ni nasuri tsuketa dake (Jangan hanya bisa menyalahkan orang lain)     

Tanomu ichido sashi de yarotte (Aku mohon, izinkan aku melawan sekali lagi)     

Ara nigeru no kai? (Eh, apakah kau ingin melarikan diri?)     

- Volcano Dance by Blue Encount -     

==========     

Sontak, semua pekerja di sana menoleh ke Erina yang membeku.     

Erina gemetar, tak mengira dia akan ditelanjangi dengan beberapa bukti yang mengarah padanya. Apalagi bagian dia dan para pria itu yang biasa bersenang-senang. "A-aku … ini … ini kan perintah nyonya bos! Ini perintah Nyonya Ayumi!"     

Tak berapa lama setelah Erina mengatakan itu, datanglah mobil mewah lainnya, meski kalah mahal dengan yang membawa Reiko tadi. Keluar dari mobil itu adalah Takeda Ayumi.     

Nyonya bos itu datang setelah diberitahu oleh salah satu pekerja senior bahwa ada kekacauan besar di tempat pekerja. "Kalian, kenapa kalian di luar begini? Apa kalian sudah bosan dengan gaji dariku?!" bentak Takeda Ayumi.     

"Ny-Nyonya, benarkah Nyonya memerintahkan untuk merundung Reiko hari ini?" tanya si manajer baru yang merupakan kaki tangan Ayumi.     

"Ya, tentu saja! Bukankah kalian tahu mengenai foto mobil suamiku menjemput Reiko, ya kan?" Ayumi menjawab dengan percaya diri.     

"Tapi, Nyonya, foto itu palsu!" Manajer baru berseru dengan wajah putus asa.     

"Palsu?" Kening Takeda Ayumi mengerut heran. Kemudian, dia menoleh ke Erina. "Hei, bukankah kau yang mengatakan padaku soal foto itu, ya kan?"     

"Nyo-Nyonya, aku … aku … bukan aku, Nyonya." Erina sama sekali belum menyiapkan alasan macam apapun untuk kejutan ini.     

"Lalu kalau bukan kau, siapa?!" bentak Nyonya Ayumi.     

"Az-Azuka! Pasti dia! Aku yakin dia yang sudah mengedit foto itu!" Erina terpaksa menyeret Azuka yang telah dipecat.     

Yukio yang berdiri di samping Erina melongo, bingung. Bukankah Erina yang memberikan ke mereka mengenai foto itu? "Eri-chan, memangnya foto itu bukan darimu?"     

"Eh, oh!" Erina menoleh ke Yukio. "Tentu saja bukan! Aku memang mendapatkannya dari cctv gedung seberang, tapi aku menyerahkan itu ke kalian berdua, ya kan? Dan mungkin … mungkin Azz-Azz mengubahnya sedikit. Kau tahu, kan, Azz-Azz pandai mengedit foto dan video."     

Erina benar-benar terpojok, tak ingin terlihat salah. Jika memang harus menyeret temannya sendiri untuk menyelamatkan diri, maka ia tak akan ragu untuk itu.     

Yukio terpana, rasa percayanya pada Erina perlahan luntur tanpa bisa ditahan. Jelas-jelas Erina yang memberikan pada mereka berdua di chat mengenai foto yang sudah diedit tanpa mereka tahu foto aslinya dan mereka percaya begitu saja!     

Tapi kini … kenapa Erina berkata lain? Atau memang Erina sudah memberi foto asli dan oleh Azuka diedit? Mungkin nanti dia akan menanyakan itu ke Azuka.     

Sementara itu, Nyonya Takeda Ayumi menerima laporan insiden di lantai 2 dari manajer baru. Dia tertawa girang mendengar Reiko dipukul dan ditampar. "Kalian sempat melakukan itu? Ha ha ha! Bagus! Aku akan naikkan gaji siapapun tadi yang memukul si jalang itu!"     

Meski misalpun foto itu telah diedit, namun Takeda Ayumi masih menduga suaminya ada main gila dengan Reiko karena sang suami kerap mempertahankan Reiko meski dia sudah menyuruh Jyuto untuk memecatnya.     

Bagaimana mungkin Ayumi tidak curiga!     

"Yang tadi memukul atau menampar Reiko, aku naikkan 3 kali lipat gajinya, dan yang menahan para pembantu Reiko, aku naikkan 2 kali lipat!" seru Ayumi ketika mereka tiba di lantai 2 ruang pekerja.     

Karuan saja, banyak orang bersorak-sorai senang. Sementara itu, orang-orang yang tidak ingin ikut campur dalam masalah Reiko hanya menghela napas melihat kelakuan rekan-rekan mereka.     

Sedangkan yang pernah bekerja satu grup dengan Reiko, seperti Rukia dan Enma serta Ino, mereka sedih mengetahui perlakuan rekan mereka pada Reiko. Mereka tadi masih di lantai 1 untuk bekerja segiat mungkin ketika mendengar insiden Reiko.     

Mereka tidak berani memberi pembelaan untuk Reiko seperti Yuza dan Shingo karena mereka takut itu akan berimbas pada pekerjaan mereka. Dan sisanya adalah orang yang sama sekali tidak perduli dan tetap bekerja seperti biasa.     

.     

.     

Di apato, Reiko menangis dalam pelukan Nathan Ryuu. Sepertinya, dia sungguh sia-sia telah berprasangka baik jika rekan-rekan kerjanya hanya akan membiarkan dia selama dia bekerja dengan baik.     

Namun, kadang dunia berputar tidak seperti yang kita mau. Meski kita sudah berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik, kita masih akan dicari celah kesalahan, terlepas dari apakah itu benar atau tidak.     

Sungguh, dunia kerja bisa begitu menyeramkan, begitu mengerikan ketika setiap orang akan berubah menjadi serigala dan saling menggigit untuk menggapai ke puncak rantai makanan.     

Reiko belum pernah mengalami kegilaan macam begini di dunia kerja. Selama ini, dia hanya pernah menjalani kehidupan biasa sebagai pekerja paruh waktu di konbini-konbini, ataupun membantu di toko kecil, sebelum dunianya mulai terbuka lebar dan segala hal, entah itu buruk atau baik, semuanya menerjang dia pada akhirnya begitu dia melangkah masuk.     

Nathan Ryuu belum ingin berkata apa-apa dan membiarkan istrinya menangis sepuasnya. Selain itu, mungkin ini akan menjadi sebuah pelajaran tersendiri bagi Reiko agar sang istri tidak selalu naïf dalam memandang dunia di peradaban modern jaman ini.     

Ketika suara isak tangis istrinya sedikit mereda, tuan muda Onodera mulai bertanya, "Apakah ada yang terasa sakit di wajahmu? Kata Benio, mereka memukul dan menampar wajahmu. Coba sini aku lihat."     

Reiko membiarkan wajahnya diangkat oleh jemari suaminya untuk diperiksa. Ia berkata, "Sakit di tubuhku tidak ada apa-apanya dibandingkan sakit pada hatiku, Ryuu." Ia membisik dengan sisa tangisan.     

Mata Nathan Ryuu tidak mendapati luka apapun pada wajah istrinya. Itu bagus, atau dia mungkin akan rela menjadi pembunuh. Hanya ada sedikit kemerahan di salah satu pipi, mungkin bekas tamparan.     

Segera, Nathan Ryuu menangkup wajah istrinya, menatap lekat menautkan pandangan mereka sambil berkata, "Dengarkan aku, Rei, dengarkan aku, sayank. Menjadi orang baik memang sesuatu yang bagus dan terpuji, itu tidak ada salahnya.     

Memiliki sikap menghindari permusuhan dan pertikaian juga merupakan langkah yang rendah hati. Namun, menolak untuk dilemahkan dan ditindas pihak lain pun juga bukan sesuatu yang salah, sayank.     

Tidak akan keliru apabila kita bangkit dan bersikap tegas terhadap pihak yang ingin merugikan kita dalam aspek apapun. Membalas perbuatan seseorang yang jahat pada kita bukanlah hal keliru, karena kita bukan malaikat atau orang suci.     

Sesekali, berhentilah untuk berusaha menjadi malaikat, itu tidak salah sama sekali. Maka dari itu, belajarlah meneguhkan hatimu, Rei, dan miliki kekuatan dari dirimu untuk bersikap yang semestinya agar pihak lain tidak memiliki hasrat keliru untuk menekankan dominasi mereka terhadapmu.     

Jangan takut untuk belajar dan belajar mempertajam ketegasan dirimu melalui berbagai pengalaman pahit yang telah kau terima. Jadikan itu landasan bagi jiwamu agar kau paham, bahwa tegas bukan selalu berarti kejam. Tegas lebih merujuk bahwa kau menghargai dirimu sendiri." Demikian papar panjang nasehat Nathan Ryuu pada istrinya.     

Reiko mendengarkan secara khidmat dan dia mengakui kebenaran ucapan suaminya. Lalu … mengalunlah kalimat spektakuler dari bibirnya, "Ryuu … setubuhi aku … satukan diriku dan dirimu. Jadikan aku milikmu sepenuhnya."     

============     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.