Inevitable Fate [Indonesia]

Menggoda Suami



Menggoda Suami

0libidO libidO neoreul deouk deo weonhae deo (libidO libidO, aku lebih dan lebih menginginkanmu)     
0

neoreul mitgo badadeuryeo (aku memercayaimu dan aku menerimanya)     

Leave it leave it leave it leave it to libidO (serahkan, serahkan, serahkan, serahkan itu ke libidO)     

- libidO by OnlyOneOf -     

===========     

Reiko mendengarkan secara khidmat dan dia mengakui kebenaran ucapan suaminya. Lalu … mengalunlah kalimat spektakuler dari bibirnya, "Ryuu … setubuhi aku … satukan diriku dan dirimu. Jadikan aku milikmu sepenuhnya."     

Nathan Ryuu tertegun, membeku sejenak ketika mendengar ucapan istrinya. Apa dia salah dengar? "Sayank …?"     

Reiko mengangguk. "Aku … aku menginginkannya, Ryuu. Aku … menginginkanmu." Lalu, air matanya meleleh di sepanjang pipinya. "Berikan rasa sakit itu, Ryuu … berikan apa adanya … agar aku tidak perlu merasakan sakit di hatiku ini."     

Ini sudah dipikirkan secara mendalam oleh Reiko. Hatinya sungguh merasa sakit, terasa bagai dikhianati oleh sesuatu yang telah dia percayai.     

Dia sudah menaruh banyak harapan dan angan-angan positif dia pada Magnifico. Bahwa dia akan tekun bekerja untuk kebaikan Magnifico. Namun, lihatlah apa yang sudah diperbuat Magnifico terhadap dirinya. Mereka justru menyakiti dia tanpa henti, meski dia sudah banyak mengalah dan diam.     

Mengira bahwa dia bisa meredam gossip dengan kinerja baik dia, tetapi semua itu ternyata sia-sia. Kalau sudah begini, apakah dia tidak berhak merasa sakit hati?     

Maka dari itu, daripada dia terus merasakan sakit di hati yang merongrong jiwanya, lebih baik dia merasakan rasa sakit dari sebuah persetubuhan tanpa perlu mabuk terlebih dahulu.     

"Sayank, kau yakin?"     

Reiko mengangguk akan pertanyaan suaminya.     

"Kau tidak akan surut?"     

Reiko menggeleng.     

"Kau yang meminta ini, Rei. Jangan salahkan aku jika nantinya benar-benar sakit."     

"Itu lebih baik daripada sakit di hatiku saat ini, Ryuu. Setidaknya, aku menerima sakit itu darimu."     

"Jangan bodoh," tukas Nathan Ryuu sambil meraih kepala istrinya untuk dia kecup. "Tentu saja aku takkan menyakitimu, baik itu ragamu atau hatimu."     

"Ryuu …."     

"Rei … aku hanya akan melakukannya ketika kau benar-benar menginginkannya." Nathan Ryuu menggeleng.     

Menggigit bibir bawahnya, Reiko berpikir, apakah kini suaminya yang malah menolak dia?     

"Aku sungguh menginginkan ini darimu, Ryuu! Aku serius!" Kesal, Reiko pun segera mendorong suaminya sehingga Nathan Ryuu jatuh rebah di tempat tidur.     

Tidak ingin menyia-nyiakan waktu terlalu lama, Reiko bergegas melepas atasannya sendiri dan memperlihatkan payudara penuh dia yang masih terbungkus bra ungu tua, sungguh kontras dengan warna kulit Reiko.     

Tidak memberikan kesempatan untuk suaminya berbicara, Reiko menindas bibir sang suami sambil dia mengurai manik kemeja suaminya, dan kemudian mulai mengelus dada telanjang Nathan Ryuu.     

Puas bergelut dengan bibir dan lidah suaminya, Reiko pun menjalankan bibir dia ke leher Nathan Ryuu, lenguhan kecil mulai muncul dari suaminya.     

Menggigit dan menghisap di leher Nathan Ryuu sesuai yang dia pelajari dari suaminya, Reiko mulai merayap lagi ke bawah dan menggapai dada telanjang suaminya menggunakan bibir dan lidahnya, lantas dia menemukan pucuk dada yang begitu mungil di sana untuk dia jilat dan hisap.     

Reiko benar-benar meniru apa yang dilakukan suaminya ketika Nathan Ryuu melakukan berbagai stimulasi dan godaan pada dirinya selama kegiatan intim mereka.     

"Arrhh … Reiiii …." Nathan Ryuu tak bisa menahan suaranya dan meloloskan erangan ketika pucuk dadanya dihisap kuat-kuat oleh sang istri sebelum lidah Reiko membelai di sana.     

Lelaki juga memiliki kepekaan pada bagian itu dan banyak pula yang memiliki titik erogenous pada pucuk dadanya, tak berbeda seperti wanita.     

Senang karena suaminya memberikan reaksi seperti yang dia harapkan, Reiko yakin dia sudah berhasil membangkitkan libido Nathan Ryuu.     

Mendadak, Reiko merasakan dirinya dicengkeram dan kemudian direbahkan ke kasur. Setelah itu, tubuh kokoh suaminya sudah berada di atasnya, mengurung dia.     

"Rei, kau yang meminta ini, oke. Jangan pernah menyesalinya," desah rendah Nathan Ryuu.     

"Berikan padaku, Ryuu … aku … aku menginginkan suamiku ini …." Reiko mengelus dada telanjang Nathan Ryuu dan sengaja menyentuh pucuk mungil di dada itu, menyebabkan erangan lolos dari mulut Nathan Ryuu.     

"Anghh!" Reiko terpekik kecil ketika dua tangannya ditahan Nathan Ryuu dan dibawa ke atas kepalanya sebelum lehernya ditindas mulut sang suami. "Annhh … Ryuu … mmhhh …." Ia menggeliat, menyentuhkan lututnya pada selangkangan tuan muda Onodera.     

"Hei, sejak kapan kau jadi pandai menggodaku, hm?" bisik Nathan Ryuu sambil menghentikan cumbuannya untuk menatap sang istri.     

"Kalau aku katakan, aku belajar darimu dan sedikit memodifikasinya, apakah kau percaya?" Reiko lalu menggigit bibir bawahnya dengan tatapan nakal.     

Nathan Ryuu terkekeh. "Tentu saja aku bersedia memercayai istriku seperti aku memercayai diriku sendiri."     

"Bagus, anghh!" Reiko terpekik lagi. Kali ini mulut suaminya sudah tiba di dadanya. Dua pergelangan tangannya disatukan menggunakan satu tangan besar Nathan Ryuu, sementara tangan lain pria Onodera itu menurunkan bra-nya dan segera memberikan penindasan seksual pada pucuk payudaranya. "Haanghh … Ryuu …."     

Tangan kiri menahan tangan Reiko, mulut dan lidah bekerja sama pada payudara istrinya, dan tangan kanan yang bebas mulai berkarya pada pangkal paha Reiko, menyusup masuk ke dalam celana dalam wanitanya.     

Dalam sekejap, sudah terdengar suara lenguhan dan berbagai suara binal dari Reiko.     

"Sayank, sepertinya suara sensualmu ini lebih merdu ketimbang ketika kau sedang bernyanyi," bisik Nathan Ryuu.     

"Ummhh … benarkah … anghh …." Reiko menatap suaminya dengan mata sayu.     

"Tentu. Dan dengan ini, aku sangat melarang kau menampilkan suaramu yang begini, mengerti? Suaramu yang seperti ini, hanya boleh didengar olehku saja." Tangan kanan tuan muda Onodera masih berkutat pada area lembap Reiko.     

"Erngghh … mana bisa aku berkata tidak pada suamiku, kan? Aaanghh … Ryuu … terus begitu … aanghh … sungguh … sungguh enak … mrrghh …."     

"Benarkah enak? Begini ini, sayank? Tapi kau belum merasakan semuanya, sayank." Usai mengatakan itu, tangan Nathan Ryuu segera memelorotkan celana dan juga dalaman Reiko, menampilkan tubuh istrinya apa adanya.     

Setelah membuka kaki sang istri, Nathan Ryuu tidak menyia-nyiakan waktu dan segera menyerbu ke lembah lembap tersebut, menyebabkan Reiko menggeliat sembari terus melenguh dan mengerang tanpa malu-malu.     

Kini, Reiko sudah mengerti bagaimana alur bercinta suaminya. Sang suami pasti akan memanjakan dirinya terlebih dahulu sebelum dia nantinya ganti memanjakan Nathan Ryuu.     

Mulut dan lidah Nathan Ryuu terus berkutat pada sesuatu yang basah dan mungil di celah bukit tersebut, membuka bibir bukit untuk menemukan lebih banyak lagi akses ke sebuah mutiara di dalam lembah basah.     

"Annghh … Ryuuuhhh …." Reiko melengkungkan punggungnya ketika didera kenikmatan sensual. Dua tangannya sudah meremas rambut sang suami ketika dia terus mengumandangkan nama sang suami bagaikan itu sebuah mantra cinta darinya.     

Hingga akhirnya Reiko pun menyerah dan melepaskan cairan lengket dia untuk membuat suaminya bangga. Ia kejang-kejang kecil ketika itu meluncur keluar dari liang sempitnya.     

Sembari Reiko dalam fase antiklimaks, Nathan Ryuu menurunkan celananya, dan berkata, "Sayank, ini yang kau minta. Tuan jenderal akan melakukan tugas yang sebenarnya kali ini. Siapkan dirimu."     

==========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.