Inevitable Fate [Indonesia]

Pemecatan Massal



Pemecatan Massal

0segyeye yuilhan beobchik (satu-satunya aturan di dunia ini)     
0

nareul guhaejweo nae soneul jabajweo (selamatkan aku, raih tanganku)     

Please use me like a drug (tolong gunakan aku sebagai obatmu)     

I know I love you (Aku tahu aku mencintaimu)     

- 0X1=LoveSong: I Know I Love You by TXT ft. Seori -     

==========     

"Jual Magnifico padaku. Aku yang akan menentukan harga. Dan nantinya, kau masih bisa mengelola Magnifico, namun akulah pemilik resminya dan aku pula sebagai pemegang keputusan akhir dalam setiap yang terjadi di Magnifico. Bagaimana?"     

Saran dari Nathan Ryuu masih terus bergema di pikiran Jyuto. Ketika itu, tuan muda Onodera berkata bahwa Jyuto boleh memikirkan itu dulu, dan Jyuto boleh menghubungi Nathan Ryuu kapanpun sudah siap dan bersedia menyerahkan Magnifico.     

Sementara itu, penjualan roti di Magnifico semakin menurun, sama seperti nilai sahamnya. Bahkan, para pekerja memiliki banyak waktu luang dikarenakan hal ini.     

Mereka mulai banyak bergosip.     

"Kenapa, yah, sepertinya pekerjaan kita semakin ringan?"     

"Ya, bahkan aku merasa kita begitu cepat menyelesaikan target harian, tidak sampai setengah hari, aku sudah rampung!"     

"Ini sungguh terasa aneh, bukan? Apakah orang-orang sudah tidak lagi membeli roti buatan kita?"     

Banyak kasak-kusuk di antara pekerja yang merasa heran dengan sedikitnya target yang diberikan pada mereka.     

Para senior di sana pun mulai saling berdiskusi.     

"Kazu-san, apakah kau tidak merasa ini sungguh aneh?" Seorang pekerja mendiskusikan ini dengan Kazuto, salah satu senior yang dihormati di Magnifico.     

"Hm, memang. Semakin hari sepertinya semakin berkurang saja target yang diminta atasan ke kita."     

"Ino-san, apakah menurutmu ini ada kaitannya dengan insiden yang baru-baru ini terjadi?" tanya mereka ke Ino yang juga merupakan karyawan senior.     

"Maksudmu … insiden Reiko-san?" Ino menoleh ke Enma.     

"Ya. Entah bagaimana, aku merasa begitu." Enma mengangguk.     

"Hei, kalian sudah dengar mengenai perceraian Tuan Jyuto dan Nyonya Ayumi?" Di area lain, pekerja bergosip hebat mengenai topik tersebut.     

"Ha, iya! Aku kemarin mengetahuinya dari Shinda-san!"     

"Kenapa nyonya bos bisa diceraikan? Apa kau tahu sebabnya?"     

"Entah kenapa, aku merasa dengan diceraikannya nyonya bos, aku jadi merinding tanpa sebab, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi padaku."     

"Ahh, kau ini terlalu banyak mengkhayal. Makanya jangan terlalu banyak menonton anime fantasy, apalagi anime supernatural."     

Mereka mulai mengeluarkan berbagai teori konspirasi masing-masing.     

Dan ketika sedang heboh bergosip, masuklah Manajer Utama di ruang kerja di lantai 2 dan menempelkan sesuatu pada papan pengumuman.     

"Apa itu, Miho-san?" tanya salah satu pekerja.     

"Ini adalah daftar dari karyawan yang dipecat." Manajer Miho balik badan hendak pergi.     

Namun, terdengar seruan di belakang punggungnya. "Kenapa aku ada di daftar itu? Kenapa aku dipecat? Apa salahku? Bukankah aku sudah bekerja dengan baik di sini? Manajer Miho, jelaskan padaku!"     

Manajer Miho berbalik lagi untuk menghadapi pekerja yang protes tersebut, berkata, "Ini sudah ditentukan oleh Tuan Jyuto berdasarkan pada siapa saja yang kemarin terlibat dalam insiden Arata Reiko."     

Mendengar apa yang disampaikan Manajer Miho, tak pelak itu mengakibatkan seruan kaget dari banyak orang di lantai 2.     

"Miho-san! Tidak bisa begitu!" protes yang lain.     

"Kenapa tidak bisa? Tuan Jyuto sudah memutuskan ini, maka apa yang bisa kau lakukan mengenai ini, hm? Kalau kalian tidak puas, kalian bisa menemui sendiri Tuan Jyuto." Miho dengan tegas berbicara pada orang-orang yang berkumpul di depan untuk protes.     

"Aku … aku akan menuntut ini sampai ke pengadilan!" Pekerja lain yang terkena pemecatan berkata lantang meski agak tak percaya diri.     

"Menuntut? Kau yakin?" Manajer Miho mengernyitkan kening sambil menatap tajam ke orang yang baru saja bicara lantang. "Apa kau yakin kau juga tidak akan dituntut karena pasal kekerasan pada Arata Reiko?"     

Pekerja itu pun terdiam dengan mulut belum terkatup. Hanya dengan sentakan ucapan dari Manajer Miho, dia tak bisa berkutik, lenyap sudah semua yang hendak dia serukan.     

Sementara itu, para pekerja yang tidak terkena imbas pemecatan menghela napas lega.     

"Untung saja aku tidak ikut-ikut peristiwa hari itu."     

"Ya, aku juga bersyukur aku cukup waras untuk tidak terpancing."     

"Betul! Aku berterima kasih pada otak cerdasku ini untuk tidak ikut campur dengan konspirasi melawan Reiko. Ternyata ini benar-benar menyelamatkan aku!"     

Mendengar ucapan beberapa pekerja yang tidak terkena pemecatan, mana mungkin nama-nama yang dipecat merasa nyaman di telinga masing-masing. Namun, mereka bisa apa selain hanya melirik kesal?     

"Huh! Kalian bisa berbangga diri karena lolos dari pemecatan ini, tapi ingat, Magnifico sudah menurun, dan mungkin akan bangkrut dalam beberapa hari!" Salah satu yang dipecat ternyata masih berani berkata ketus pada kelompok yang selamat dari pemecatan.     

"Benar! Aku yang akan tertawa paling akhir ketika Magnifico runtuh! Ayo, teman-teman, tinggalkan tempat yang mulai membusuk ini! Masih ada banyak lautan di luar sana untuk kita!" Yang lainnya mulai berani membalas pihak yang selamat.     

Maka, dalam waktu singkat, banyak pekerja di lantai 2 itu pun turun ke bawah dan mencampakkan celemek dan atribut kerja yang mereka pakai ke lantai, dan beberapa malah meludahinya sebelum mereka mengganti baju mereka.     

Di lantai 1 juga ada beberapa orang yang terkena pemecatan. Yukio termasuk di daftar nama tersebut.     

Yang mengherankan, Yukio tidak lagi bertemu dengan Erina sudah beberapa hari ini. Bahkan Erina pun susah dihubungi. "Ah, sudahlah! Kalau memang si brengsek Erina itu hendak melarikan diri, terserah dia saja!" Yukio menyerah.     

Di saat banyak pekerja Magnifico mengalami guncangan dengan pemecatan, Reiko dan Nathan Ryuu malah sedang dalam perjalanan menuju ke kota Kamakura.     

"Apa menurutmu, ibu dan ayah akan menyukaiku, Rei?" tanya tuan muda Onodera pada istrinya yang duduk di sampingnya di kabin belakang mobil.     

"Tentu saja mereka akan menyukaimu. Sangat menyukaimu, karena apapun yang aku suka, pasti mereka juga suka. Kau bisa tenang, suamiku, karena aku yakin mereka merestui dirimu menjadi pasanganku." Reiko menepuk-nepuk lengan suaminya.     

Ya, sore ini keduanya memang akan mengunjungi makam kedua orang tua Reiko.     

"Kau tahu, Ryuu, rasanya aku malah mendapatkan manfaat dengan keluarnya aku dari Magnifico."     

"Hm, apa itu, sayank?"     

"Aku jadi memiliki lebih banyak waktu bersamamu, dan kita bahkan bisa berkunjung ke tempat istirahat ayah dan ibu."     

"Oh, ha ha ha, kau benar, sayankku." Nathan Ryuu membawa kepala istrinya ke bahunya. "Tidurlah kalau kau mengantuk. Semalam kau sudah bekerja keras, ya kan?"     

Tidak bisa menahan dirinya, Reiko mencubit pelan pinggang suaminya. "Menurutmu siapa yang harus aku salahkan karena membuatku bekerja keras semalaman, hm?"     

"Ha ha ha! Yah, bagaimana lagi, ini masih masa bulan madu kita, ya kan? Bahkan aku ingin membawamu keliling dunia, sayank. Kau mau?" Nathan Ryuu mencubit dagu istrinya.     

"Ryuu, kau terlalu memanjakanku. Aku takut aku kecanduan dan tidak ingin lepas."     

"Justru itu yang aku harapkan, sayank. Jadikan aku candumu. Use me for your drugs."     

Reiko tersenyum sambil menyamankan kepalanya pada bahu sang suami, dia sangat bahagia. 'Ayah, Ibu … aku datang membawa menantu kalian'.     

===========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.