Inevitable Fate [Indonesia]

Kembali ke Sanggar Seni Adora



Kembali ke Sanggar Seni Adora

0You're my all, my everything (kau segalanya bagiku)     
0

eoryeopji anhge nega neukkyeojigo ineun geol (aku merasakanmu tanpa membuat sesuatu menjadi susah)     

- My Everything by The Grace -     

======     

"Sayank, kau yakin tidak ingin kuantar ke Adora?" tanya Nathan Ryuu ketika melihat istrinya sudah bersiap-siap hendak ke Adora pagi ini usai mandi dan sarapan.     

"Tidak usah, Ryuu. Aku bisa pakai bus atau mungkin jalan kaki jika memang dekat.     

"Hm, tidak akan aku ijinkan kau berjalan kaki, sayank. Aku tak mau terjadi sesuatu padamu." Nathan Ryuu menggeleng. "Aku akan atur Benio menemanimu."     

"Benio?" Reiko memiringkan kepala dengan heran. Siapa itu? Sepertinya dia pernah mendengar nama itu, tapi lupa kapan.     

"Benio adalah perempuan yang mengawalmu di Magnifico," ujar Nathan Ryuu.     

"Ohh, jadi dia bernama Benio. Aku beberapa kali menanyakan namanya, tapi dia tidak pernah mau menjawabnya. Ternyata namanya Benio. Oke." Reiko mengangguk.     

"Nah, aku akan menyuruh Benio untuk mengantar dan juga menemanimu di Adora."     

"Tapi, Ryuu. Adora bukan lingkungan berbahaya, kok! Di sana tidak toxic." Reiko merasa akan sangat canggung jika nantinya Benio juga ikut masuk dan mengawasi dia beraktifitas di Adora.     

"Berjaga-jaga akan lebih baik daripada tidak, sayank. Tenang saja, aku yakin Benio bisa beradaptasi dengan baik di sana. Kalau perlu, aku akan bicara pada pemilik Adora." Nathan Ryuu tentu tidak ingin kejadian di Magnifico terulang lagi terhadap istrinya.     

Tidak memiliki argumentasi untuk menyangkal suaminya, Reiko pun mendesah tak berdaya. "Kapan Benio akan datang?"     

"Tidak lama lagi." Nathan Ryuu pun mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Mungkin Benio.     

Reiko hanya bisa melongo. Jadi, Benio baru saja dihubungi dan dikatakan tidak lama lagi tiba di sini?     

Begitu Nathan Ryuu selesai menelepon seseorang, hanya berselang 5 menit kemudian, terdengar bunyi interkom di dekat pintu kamar mereka.     

"Nah, sepertinya Benio sudah datang." Nathan Ryuu berkata.     

Reiko pastinya sangat heran. Hanya dalam waktu singkat, pengawal perempuan itu sudah datang? Bagaimana bisa!     

Dan tak lama setelah itu, Benio memang sudah berada di ruang tamu penthouse bersama Nathan Ryuu. "Rei sayank, Benio sudah siap untukmu."     

Menepis keheranannya, Reiko pun menyambar tas olahraga dia yang berisi handuk dan baju ganti. Bertemu dengan pengawalnya, ia menyapa, "Selamat pagi, Benio-san!"     

Benio menganggukkan kepala dan menunduk ke Reiko. "Selamat pagi, Nyonya. Anda bisa memanggil saya Benio saja."     

"Tidak apa-apa?" Reiko merasa tak enak hati jika memanggil langsung nama karena belum akrab.     

"Suatu kehormatan untuk saya, Nyonya." Benio menegaskan.     

"Um, baiklah ... Benio." Reiko tidak sungkan lagi.     

"Pergilah kalian." Nathan Ryuu menyentuh punggung istrinya.     

Reiko mengangguk dan pamit ke suaminya, "Aku ke Adora dulu, yah Ryuu. Jaga dirimu baik-baik di manapun kau berada."     

"Tentu saja, sayank." Nathan Ryuu menarik kepala Reiko dan memberikan kecupan sayang pada bibir istrinya.     

Wajah Reiko memerah. Masih ada Benio di dekat mereka, hei! Namun, paham akan tabiat suaminya, ia tak berdaya dan hanya berdehem untuk menutupi kecanggungannya, dan pergi bersama Benio.     

Ternyata, Nathan Ryuu mengatur sebuah mobil khusus untuk Reiko yang bisa digunakan istrinya pergi ke manapun dan Benio sebagai sopir sekaligus pengawalnya.     

"Benio, kau sudah tahu di mana Adora?" tanya Reiko dari jok belakang.     

"Sudah, Nyonya, saya sudah mempelajarinya tadi ketika Tuan menghubungi saya." Benio sepertinya sosok yang sigap dan tangkas berpikir.     

"Nanti ... apakah kau akan menunggu di mobil, Benio?"     

"Saya akan ikut masuk dan mengamati keadaan dulu, Nyonya. Jika semuanya terlihat aman dan pantas untuk Nyonya, maka saya akan pergi."     

"Oh, baiklah." Reiko sedikit lega mendengarnya. Setidaknya dia tidak akan merasa risih jika Benio memaksa ikut dia ke manapun melangkah di Adora.     

Ketika Reiko tiba di Adora, dia langsung disambut hangat oleh perempuan di meja resepsionis. "Ahh, Reiko-san! Kau datang lagi! Sudah lama tidak bertemu denganmu di sini."     

"Gumi-san!" Reiko mengenal cukup baik resepsionis di sana. "Iya, aku kembali lagi ke sini, rindu ingin berlatih lagi di tempat ini, he he. Apakah keanggotaanku sudah hangus?" tanya Reiko.     

"Belum! Kan Reiko-san belum setahun tidak aktif, jadi ini masih terbilang aktif." Gumi yang bernama panjang Megumi itupun mendata Reiko. "Dan ini ...." Ia menunjuk ke Benio yang berdiri di samping Reiko.     

"Dia ... dia temanku. Bolehkah dia ikut masuk? Dia-"     

"Aku ingin mendaftar di sini juga, Nona Gumi." Mendadak, Benio berkata.     

Reiko menoleh dan terkejut. Padahal, tak masalah jika Benio dikatakan sebagai teman yang hanya akan ikut masuk saja tanpa ikut berlatih. Adora memperbolehkan anggotanya mengajak teman masuk ke dalam tanpa berlatih, meski itu dibatasi hanya 2 kali saja. "Be-Benio?"     

"Saya akan mencoba ikut berlatih, Nyonya." Benio menatap serius pada Reiko.     

"O-ohh, baiklah." Reiko mengangguk saja.     

"Daftarkan saya di semua kelas yang akan diikuti Reiko-san, Nona Gumi." Benio tanpa ragu meminta pada Gumi.     

"Baiklah. Reiko-san dulunya mengambil 2 divisi, suara dan dance. Nona ini ingin mendaftar di dua divisi itu juga?" Gumi menjawab sambil mempersiapkan kartu anggota untuk Benio.     

"Ya. Masukkan saja aku ke sana." Benio mengangguk tegas.     

Reiko masih terheran-heran. Ketika dulu dia berada di Magnifico, Benio sebagai pengawal juga ikut bekerja sebagai pekerja di Magnifico, tentu juga ikut membuat roti. Dan sekarang, saat dia berada di Adora, Benio ternyata juga ikut mendaftar menjadi anggota sanggar seni ini.     

Apakah ... Benio ini serba bisa?     

Kemudian, setelah Benio membayar biaya administrasi dan mendapatkan kartu anggotanya sendiri, ia dan Reiko pun masuk ke Adora.     

Namun, baru saja Reiko melangkah beberapa belas jangkah, Gumi sudah mengejarnya dan memanggil dia, "Reiko-san, Reiko-san!"     

Reiko menoleh ke belakang, melihat Gumi berlari kecil mengejarnya. "Ya?"     

"Nyonya Andrea memanggil Reiko-san ke kantornya." Gumi berkata.     

"Oh? Nyonya Andrea memanggilku? Aku tidak menyangka Nyonya Andrea ada di sini sepagi ini." Reiko cukup terkejut juga.     

"Iya, Nyonya beberapa minggu ini kerap datang pagi ke Adora dan akan pergi di siang hari dan kembali nanti malam sebelum Adora tutup." Gumi menjelaskan. "Ayo, aku antar ke ruangan Nyonya Andrea."     

Tidak bisa menerka-nerka apa yang membuat pemilik Adora ini memanggil dirinya, Reiko patuh mengikuti Gumi di depannya bersama Benio juga.     

"Silahkan, Reiko-san." Gumi tiba di depan pintu sebuah ruangan dan mengetuknya. "Nyonya, Reiko-san sudah datang."     

Reiko pun masuk bersama Benio, dan Gumi kembali ke depan sana, menunggui meja resepsionis. "Permisi." Reiko secara sopan berkata sambil masuk.     

"Ohh, jangan sungkan-sungkan, Reiko. Sini, masuklah." Di dalam ruangan, sudah ada sosok perempuan cantik berdada penuh seperti Reiko yang berusia sekitar pertengahan 30-an tahun. Meski hampir 40 tahun, namun wajah Nyonya Andrea seperti masih remaja putri, seakan tidak menua.     

Kadang, ini membuat banyak anggota Adora terheran-heran, di mana Nyonya Andrea mendapatkan perawatan awet muda begitu? Reiko mengagumi pemilik Adora ini. Wanita bernama Andrea ini asli orang Indonesia yang sukses dengan bisnisnya di Jepang.     

=========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.