Inevitable Fate [Indonesia]

Perlakuan Istimewa Secara Tidak Terduga



Perlakuan Istimewa Secara Tidak Terduga

0Don't give up .. It's just the weight of the world     
0

When your heart's heavy .. I, I will lift it for you     

- You Are Loved (Don't Give Up) by Josh Groban -     

===========     

Apa daya bagi Reiko jika empunya rumah sudah bertitah seperti itu. Namun, sungguh beruntung bahwa Runa juga diikutkan untuk membantu. Akan terasa sangat risih dan canggung apabila hanya Reiko saja yang diharuskan membantu Tomoda.     

Maka, Reiko dan Runa pun pergi ke bagian belakang rumah untuk membantu Tomoda membersihkan ayam-ayam yang baru saja dipotong oleh rumah potong milik Tuan Shida.     

Awalnya, Tomoda merasa girang ketika melihat Reiko datang, tapi senyum lebar itu mengerut ketika adiknya juga menyusul di belakang Reiko.     

"Reiko-chan, apakah kau bisa membersihkan ayam?" tanya Tomoda pada Reiko, sekedar untuk membuka perbincangan antara mereka.     

Reiko dan Runa sudah duduk berdampingan dan menghadapi baskom besar berisi ayam-ayam. Runa segera saja menyahut kakaknya dengan nada ketus, "Kak, kau ini sungguh percaya diri sekali memanggil seperti pada Rei-chan."     

"Loh, kenapa tidak? Kau saja bisa memanggil dia begitu, kenapa aku tidak bisa?" balas Tomoda dengan sikap menyebalkan.     

"Aku ini kan teman lama Rei-chan, maka wajar kalau aku memanggil dia seperti itu. Apalagi aku juga sahabat dia!" bantah Runa memberikan alasan.     

"Ohh, kalau begitu ... Reiko-chan, jadikan aku temanmu juga, yah! Ayo kita bersahabat kalau begitu!" Tomoda menyeringai senang ke Reiko.     

"Um ... itu ...." Apa yang harus Reiko berikan sebagai jawaban? Rasanya akan cukup kurang ajar apabila dia menolak seseorang yang ingin berteman padanya.     

"Ada apa, Reiko-chan? Apakah aku tidak boleh jadi temanmu?" Mendadak, Tomoda cemberut memperlihatkan kesedihan.     

"Kakak! Tidak usah kau pamerkan akting burukmu itu, oke!" Runa jadi kesal sendiri. Kakaknya ini adalah orang gagal baginya, dan sangat kentara kalau sang kakak ingin mendapatkan perhatian sang sahabat. Yang benar saja! Reiko terlalu berharga untuk lelaki gagal sepertimu, Kak!     

"Kenapa malah kau yang menjawab? Memangnya kau asisten Reiko-chan? Atau kau pembantunya? Juru bicaranya?" tantang Tomoda.     

"Um, baiklah, baiklah." Reiko tidak suka adanya keributan di sekitarnya. Sepertinya lebih baik mengiyakan saja. Toh, Tomoda hanya ingin menjadi teman saja, kan? Lagipula, lelaki itu adalah kakak dari sahabatnya, jadi sepertinya itu akan baik-baik saja.     

"Lihatlah! Reiko-chan tidak keberatan! Bweekk!" Tomoda menjulurkan lidah ke adiknya, mengakibatkan Runa jadi makin kesal.     

"Sudah, sudah, ayo kita mulai bekerja lagi atau ibu kalian akan marah." Reiko lekas mengalihkan topik pada ayam di depan mereka.     

Ketiganya pun kembali fokus pada ayam-ayam tersebut. Membersihkan dari sisa bulu dan juga lendir, lalu ayam akan dibilas sampai benar-benar bersih dan diletakkan di lemari pendingin khusus.     

Tomoda mengurusi ayam utuh dan dua gadis mengurus ayam-ayam berbentuk filet (potongan tanpa tulang). Bu Sayuki memang sudah meminta pada Tuan Shida untuk memotong menjadi filet pada sebagian ayam yang dibeli secara rutin tiap pagi.     

Pada siang harinya, Reiko kembali membantu Bu Sayuki untuk memasak hidangan makan siang dan setelah itu, mereka semua bisa beristirahat sebelum nanti petang memulai pekerjaan utama mereka di pasar jajanan.     

Malam ini, Reiko kembali bertugas sebagai juru masak seperti sebelumnya. Dia masih berkutat menggoreng ayam utuh, sementara ayam filet menjadi tanggung jawab Tomoda, sementara itu Bu Sayuki hanya duduk santai menerima uang yang datang. Kadang Beliau bangun untuk membalut ayam-ayam filet dengan saus sambal karena banyak orang yang tertarik membeli ayam tepung pedas.     

Dan Runa tentu saja meladeni pembeli dan membungkus ayam sesuai yang diinginkan pembeli.     

Yang cukup mengherankan malam ini, Bu Sayuki memperlakukan Reiko secara berbeda, dan lebih baik dari hari kemarin.     

"Reiko, ambillah jus buah di pendingin itu. Kalau kau ingin membeli jajanan yang lain, ambil saja beberapa uang di kotak itu." Demikian Bu Sayuki berujar ketika tiba saat rehat bagi Reiko.     

Tidak hanya Reiko saja yang melongo heran, tapi juga Runa dan Tomoda. Mereka sebagai anak-anak Beliau saja belum pernah mendapatkan perlakuan seperti itu. Atas dasar apa Reiko mendapatkan keistimewaan tersebut?     

"Kenapa diam saja? Sana ambillah jus dan uang. Runa, ajak jalan-jalan temanmu di sekitar sini." Bu Sayuki berdiri dan bersiap untuk mengambil alih tugas putrinya. Saat rehat, biasanya itu karena stok ayam yang telah digoreng sudah memenuhi etalase, maka dari itu mereka bisa berhenti sejenak.     

"Ayo, Rei-chan!" ajak Runa sambil meraih tangan Reiko. Kesempatan sebagus ini mana bisa dibiarkan begitu saja. Mumpung ibunya sedang kena roh baik, apa salahnya lekas pergi, sebelum sang ibu berubah pikiran.     

Reiko pun membungkukkan badan tanda berterima kasih pada Bu Sayuki dan Runa yang mengambil beberapa lembar uang untuk mereka. Lalu dua gadis itu pun melangkah gontai keluar dari lapak Bu Sayuki.     

Tomoda yang masih heran, mendekat ke ibunya dan bertanya, "Bu, apakah kau sehat-sehat saja?"     

Plakk!     

Tomoda mengaduh pelan sambil mengelus kepala yang dipukul sang ibu baru saja.     

"Kau pikir ibumu sedang sakit mental? Kau menyumpahi ibumu gila, heh?" Bu Sayuki mendelik.     

"A-ahh! Tidak, Bu! Aku tidak berani!" Tomoda merasa tak berdaya.     

"Ya sudah, sana duduk saja di belakang dan bersiap-siap menggoreng jika ayamnya habis!" titah ibunya. Tomoda pun tidak bisa apa-apa selain melakukan apa yang diperintahkan sang ibu.     

Di tempat lain, Runa dan Reiko mulai melangkah ringan menyusuri lapak demi lapak. Terkadang mereka berhenti untuk membeli penganan ringan salah satu lapak dan kemudian berjalan lagi.     

Hingga akhirnya mereka tiba di lapak takoyaki milik Ichinose Yuza.     

Pemuda itu tersenyum lebar pada dua gadis yang mendatangi lapaknya. "Ahh, akhirnya kalian mampir ke sini juga! Aku pikir kalian melupakan yang ini."     

"Ehh! Apakah kau menguntit kami sejak tadi?" tanya Runa.     

"Kenapa harus repot-repot menguntit?" elak Yuza. "Cukup mengikuti kalian menggunakan mataku dari sini juga sudah cukup, kok!"     

Dua gadis itu tertawa kecil menanggapi ucapan Yuza.     

"Nah, apakah kalian ingin aku buatkan takoyaki paling enak di dunia?" tanya Ichinose Yuza pada Runa dan Reiko. "Aku gratiskan untuk kalian!"     

"Huh, masih saja kau menggunakan trik kuno itu, dasar playboy!" tuding Runa sambil mencibir jenaka ke Yuza.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.