Inevitable Fate [Indonesia]

Pertemuan Istri Sah dan Pacar Gelap



Pertemuan Istri Sah dan Pacar Gelap

0Everyday nareul wirohae (Everyday, I comfort myself)     
0

da ttokgateun saramiya ain't so special (Everyone's just the same, ain't so special)     

- Dis-ease by BTS -     

===========     

Di rumah keluarga Yamamura, orang tua dari Ayumi, tentu saja kedua orang tua Ayumi akan membela anak mereka apapun kesalahan sang anak.     

"Huh! Berani-beraninya Jyuto memarahimu! Memangnya dia bisa apa kalau tak ada kamu, sayankku!" Ibu Ayumi, Bu Yamamura, mengelus kepala anaknya.     

"Sudah, abaikan saja dulu Jyuto beberapa hari!" Ayah Ayumi, Pak Yamamura, semakin mengipasi emosi anaknya, berkata dengan nada tegas. "Nanti juga pasti dia akan ke sini untuk berlutut di kakimu. Akan kubuat dia melakukan dogeza padamu!"     

Ayumi mengangguk sembari berlagak mengusap air matanya. "Aku sebenarnya tidak ingin bertengkar dengan Jyuto, tapi dia sungguh keterlaluan, Ma, Pa."     

"Iya, iya, kami tahu itu." Bu Yamamura merengkuh kepala putrinya untuk dipeluk dan ditenangkan. "Putri Mama ini tentu saja yang sangat menderita kerugian, ya kan?"     

Anggukan kepala Ayumi sambil dia terisak pelan, sungguh membuat hati kedua orang tuanya bergejolak dalam mengutuk Jyuto.     

"Oh ya, mana Naki?" Bu Yamamura menanyakan cucunya.     

"Jyuto ingin dia tetap di sana, Ma. Tapi, biarlah! Aku memang butuh waktu sendirian dulu untuk menenangkan diri." Ayumi malah memutarbalikkan fakta tanpa berkedip.     

"Hghh! Jyuto, menantu sialan itu! Berani-beraninya membuat putri berhargaku ini menangis!" Pak Yamamura geram.     

"Ya sudah! Biarkan saja suamimu tenggelam dalam penyesalan karena bersikap keliru padamu. Ayo, lebih baik kita belanja saja, yah! Mama kemarin melihat baju bagus sekali di salah satu butik Ginza!"     

Ayumi mengangguk setuju. Berbelanja adalah salah satu hal kesukaannya. Maka, tak menunggu lama, kedua wanita itu pun sudah berada di dalam mobil mahal Jyuto yang dibawa Ayumi, menuju ke Ginza.     

Setelah mengarahkan mobil ke sebuah butik dan memarkirnya, Ayumi dan ibunya saling bergandengan riang memasuki butik.     

"Mana baju yang sudah Mama incar?" tanya Ayumi ketika dia dan ibunya sudah berada di dalam butik.     

"Tunggu sebentar, sepertinya di sana." Bu Yamamura menunjuk ke sebuah area di butik. Keduanya pun melangkah ke sana.     

Namun, alangkah terkejutnya Ayumi ketika sudah tiba di sana, matanya bertemu pandang dengan Akeno yang juga sedang di butik tersebut, sama-sama di lorong tempat baju-baju merek internasional.     

"Kau!" Ayumi tak menyangka akan bertemu Akeno di butik ini.     

Akeno melirik ke samping, mendapati Ayumi tapi dia lekas menenangkan diri meski sempat terkejut. "Ohh." Lalu, dia mengembalikan pandangan ke baju yang tergantung di depannya, seolah Ayumi tidak penting.     

"Aku pikir kau sudah kembali ke Magnifico." Ayumi cukup heran juga kenapa Akeno tidak mengambil kembali jabatannya di Magnifico.     

"Tidak tertarik." Akeno menjawab sambil acuh tak acuh, tetap menatap dan menyentuh baju di depannya yang berharga 970 USD.     

"Wah, rupanya si mantan manajer ini hebat juga bisa datang ke butik ini. Apakah benar untuk membeli baju di sini?" Ayumi menatap remeh meski hatinya kesal karena diabaikan Akeno.     

"Siapa dia, sayank?" tanya Bu Yamamura ke putrinya.     

"Dia tadinya manajer di Magnifico aku, Ma, tapi sudah dipecat." Ayumi menatap remeh ke Akeno.     

Mau tak mau, Akeno menoleh lagi ke Ayumi. Tadinya dia tidak berhasrat ingin meladeni Ayumi, namun sepertinya mulut Ayumi terlalu percaya diri mengatakan hal tadi. "Apakah yang berhak berbelanja di sini hanya istri pemilik Magnifico saja?" Ia sedang menyindir Ayumi dengan hanya menyebutnya istri pemilik, menandakan bahwa Magnifico bukanlah milik Ayumi.     

Bahkan dana pembangunan Magnifico dan modal awalnya saja dari orang tua Jyuto seluruhnya! Bagaimana itu bisa disebut milik Ayumi?     

Berdasarkan informasi itu dari Jyuto sendiri, makanya Akeno dengan percaya diri mengucapkan sindiran halusnya.     

"Apakah gaji yang diberikan suamiku begitu besar hanya untuk seorang manajer, yah?" Ayumi menatap penuh menyelidik. Baju di butik ini memiliki kisaran harga dari ratusan dolar sampai ribuan dolar.     

"Apakah menurut nyonya pemilik Magnifico uangku hanya berasal dari gajiku di Magnifico saja? Tsk, terlalu naïf." Akeno kemudian mulai berjalan pelan untuk menyingkir dari dekat Ayumi. Malas bersinggungan dengan Ayumi.     

"Ohh? Apakah kau juga menjual diri?" Ayumi tanpa ragu mengumandangkan itu meski tidak lantang.     

Namun, tetap terdengar Akeno yang hendak beranjak dari lorong itu. Gadis 39 tahun itu menoleh tegas ke Ayumi dan berkata, "Hati-hati dengan mulutmu itu, Nyonya, atau itu bisa membawa bencana sendiri padamu." Kemudian, dia lekas pergi dari lorong itu untuk pergi ke lorong lainnya.     

Ayumi mendecak remeh. "Tsk! Dasar mantan pegawai sok!"     

Bu Yamamura ikut berdecak, "Csk! Cuma sekedar manajer saja sudah sesombong itu! Sudah, abaikan saja, sayank! Dia tidak sebanding denganmu! Apalagi dia sudah dipecat, ya kan?"     

"Iya, Ma, dia sudah aku pecat!" Ayumi pun cemberut.     

"Sudah, jangan pikirkan dia lagi! Ayo coba kau lihat, mana di antara dua ini yang menurutmu bagus?"     

"Hm, pilih yang paling mahal saja, Ma."     

"Memangnya Jyuto tidak membekukan kartumu?"     

"Huh! Mana berani dia! Lihat saja kalau dia berani seperti itu, akan aku buat dia menyesal!"     

"Hi hi, bagus! Putri Mama memang harus tegas dan berani memperjuangkan haknya!" Lalu, Bu Yamamura pun memilih yang paling mahal di antara kedua baju yang menjadi pilihannya. "Sayank, ayo kita pilih beberapa mantel juga! Sebentar lagi musim dingin!"     

"Ayo!" Ayumi bersemangat. Lalu dia bertanya ke pegawai butik di dekatnya, bertanya, "Mana mantel musim dingin di sini yang paling mahal?"     

Pegawai butik menyembunyikan kegirangannya dan membimbing keduanya ke bagian mantel bulu yang mahal. Tentu saja mendapatkan pembeli seroyal Ayumi dan ibunya merupakan keuntungan besar pegawai seperti dirinya.     

Sementara itu, Akeno sudah selesai membayar dua pakaian yang dia beli. Satu mantel seharga 1.350 USD dan satu set pakaian kerja seharga 1.020 USD. Tanpa merasa berdarah di hatinya, dia memberikan kartunya ke kasir, dan kemudian lekas keluar dari sana daripada bertemu lagi dengan Ayumi.     

Baginya, sungguh apes sekali sampai harus bertemu dengan Ayumi di luar Magnifico. Apalagi mengingat bahwa itu adalah istri dari kekasih gelapnya.     

Sungguh Ayumi begitu merendahkan dia hanya karena dia seorang manajer saja di Magnifico. Apakah Ayumi mengetahui bahwa latar belakang Akeno lebih kaya dari pada keluarga Ayumi, bahkan bisa dikatakan setara dengan keluarga Jyuto?     

Mampu berkuliah di Perancis, memangnya itu uang dari hasil sumbangan sosial? Sembarangan saja jika Ayumi mengira dia gadis miskin yang bisa seenaknya diinjak.     

Meski dikarenakan awalnya dia hanya iseng saja menerima tawaran Jyuto di Magnifico, sekaligus untuk membantu teman lama, makanya Akeno rela menjadi manajer di sebuah toko roti yang saat itu masih kecil cuma karena ingin menimba ilmu kerja saja.     

Kini dengan dipecatnya dia dari Magnifico, itu dianggap oleh Akeno bahwa dia bisa memulai karirnya yang lebih serius sesuai dengan keinginan keluarganya.     

Di malam hari, Akeno membuka pintu apatonya ketika bel terdengar. Matanya membelalak heran ketika melihat seseorang, "Reiko-san?"     

========     

lyrics source = Color Coded Lyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.