Inevitable Fate [Indonesia]

Dibujuk Untuk Kembali



Dibujuk Untuk Kembali

Donna shiren mo matomete ukete tatou Ah (mari terima tantangan seperti apapun dan menghadapinya, Ah!)     

Changing offense & defense (mengubah serangan dan pertahanan)     

- Comin' Back by Uchida Yuuma - OST. Shakunetsu Kabaddi -     

=============     

Di malam hari, Akeno membuka pintu apatonya ketika bel terdengar. Matanya membelalak heran ketika melihat seseorang, "Reiko-san?" Ia tak menyangka akan kedatangan Reiko. Dari mana gadis itu mengetahui tempat tinggalnya?     

"A-Akeno-san!" Reiko agak gugup ketika Akeno sudah berdiri di depannya.     

"Ahh! Ayo masuk dulu!" Akeno mempersilahkan Reiko masuk agar tidak berlama-lama berdiri di sana. Dia menengok ke lorong itu dan hanya ada Reiko saja, menandakan gadis itu datang hanya sendirian saja.     

Yah, dia tak tahu jika Nathan Ryuu sedang menanti di bawah sana, diparkiran, bersama sopirnya. Reiko ke tempat itu memang diantar oleh Nathan Ryuu.     

Petang tadi Reiko bersikeras hendak pergi ke apato Akeno berdasarkan alamat yang diberikan Kazuto yang kebetulan mengetahuinya. Dan karena Nathan Ryuu khawatir apabila istrinya pergi sendiri saja, maka ia pun menyertainya.     

Namun, Reiko meminta suaminya menunggu saja di mobil sementara dia akan masuk sendiri ke gedung itu untuk menemui Akeno.     

Mendengar ajakan Akeno, Reiko mengangguk dan masuk ke apato. Ruangannya tergolong besar. Lebih besar dari apato milik dia sendiri. Dari sini, dia bisa menilai kalau mantan manajernya ini bukan rakyat jelata sepertinya.     

"Reiko-san ingin minum apa? Susu cokelat hangat atau cola dingin?"     

"Ahh! Jangan repot-repot, Akeno-san!" Reiko menggoyangkan dua tapak tangannya untuk menolak. Dia datang bukan untuk acara santai.     

"Baiklah, cola dingin kalau begitu." Akeno tersenyum dan berjalan ke dapurnya tanpa Reiko bisa mencegah. "Duduklah dulu, Reiko-san!"     

"Ya!" Reiko berjalan ke sofa di ruang itu dan duduk menanti Akeno.     

Setelah menyodorkan sekaleng cola dingin ke Reiko yang sudah duduk di sofa, Akeno bertanya, "Boleh tahu kenapa Reiko-san ada di sini?"     

"Aku … aku sungguh berharap Akeno-san mau kembali ke Magnifico!" Reiko lekas berdiri dan segera membungkukkan badannya ke Akeno, benar-benar serius menginginkan Akeno menerima permintaannya. Bagaimanapun, Reiko akan terus merasa bersalah dalam masalah ini.     

Bagi Reiko, Akeno dipecat karena membela dirinya, dan itu terus merongrong hati Reiko dengan sebuah rasa bersalah.     

"Hi hi hi!" Akeno tak bisa menahan tawanya melihat tindakan Reiko. "Jangan begitu, Reiko-san." Akeno ikut berdiri dan menegakkan tubuh Reiko agar tidak lagi membungkuk.     

"Tapi, Akeno-san …."     

"Aku tidak ingin kembali ke Magnifico. Aku ingin mencari pekerjaan lain saja."     

"Akeno-san … aku sungguh merasa bersalah-"     

"Tak perlu merasa seperti itu lagi, oke? Aku justru senang karena akhirnya bisa terbebas dari sana. Sudah sejak lama aku ingin keluar dari Magnifico, dan untunglah momen yang aku tunggu pun datang, jadi … Reiko-san tak perlu merasa bersalah, yah!"     

Setelah berbincang sejenak, Reiko pun pamit pergi dari apato itu dan ia lekas kembali ke mobil suaminya dengan wajah sedih.     

"Sayank, kenapa?" tanya Nathan Ryuu begitu istrinya masuk ke mobil dengan wajah muram.     

"Akeno-san tak mau menerima permintaanku." Reiko mengeluh sambil masuk ke pelukan suaminya di kabin belakang mobil.     

"Ya sudah, tak apa. Mungkin dia memiliki pandangan tersendiri mengenai itu. Mungkin juga dia sudah mempunyai target ingin bekerja di tempat baru?"     

"Hm, sepertinya begitu. Akeno-san hanya berkata kalau dia ingin mencari pekerjaan di tempat selain Magnifico. Huft, andai saja aku bisa membantu dia. Aku sungguh merasa bersalah. Karena aku, dia turut dipecat. Ryuu …." Reiko semakin bermanja ke suaminya.     

"Iya, iya, aku bisa mengerti perasaanmu, sayank." Nathan Ryuu menepuk-nepuk bahu istrinya sambil memeluk dari samping.     

.     

.     

Malam setelah Reiko tertidur, Nathan Ryuu menghubungi Jyuto. Lagi-lagi dia mengganggu sang pemilik Magnifico yang sedang bermesraan dengan Akeno.     

"Ya, Ryuu-san?" tanya Jyuto saat menerima telepon dari Nathan Ryuu di balkon apato Akeno.     

"Bisakah kau membantuku?"     

"Katakan saja, Ryuu-san!"     

"Bujuk Akeno untuk bekerja di Sortbank-ku."     

"Heh?" Jyuto bingung.     

"Jangan berlagak bingung, Jyuto-kun. Saat ini kau sedang bersama dia, kan?"     

"R-Ryuu-san tahu?"     

"Ha ha ha, apakah ada hal di Jepang yang tidak aku ketahui?"     

Jyuto menelan ludah, sungguh mengerikan sekali pemilik baru Sortbank ini! "I-iya, nanti akan aku usahakan membujuk dia."     

"Bagus. Aku menunggu kabar baiknya, Jyuto-kun. Selamat malam, selamat melanjutkan." Lalu telepon dihentikan dari pihak Nathan Ryuu.     

Mendengar itu, mana mungkin Jyuto tidak kaget. Apakah Nathan Ryuu menyebar mata-mata sampai bisa mengetahui dia saat ini masih dalam momen bermesraan dengan Akeno? Dia pun segera mencari-cari di balkon, siapa tahu ada orang di dekat sana, mungkin ninja?     

Tak menemukan siapapun di dekat balkon, Jyuto pun kembali ke Akeno, meneruskan kembali kegiatan intim mereka.     

"Siapa, istrimu tercinta?" tanya Akeno bernada sindiran.     

"Kenapa? Apakah kau akan cemburu jika itu benar istriku?" Jyuto bertanya balik sambil menyeringai nakal ketika dia memposisikan tubuhnya di atas Akeno lagi dan langsung menusukkan miliknya ke liang intim kekasih gelapnya.     

"Untuk apa cemburu! Arrghh! Jyuto! Pelan! Gunakan pengamanmu lagi yang baru!"     

"Tidak mau! Begini lebih enak, ya kan?"     

"Kau memang brengsek!' Akeno tidak bisa menolak. Setidaknya, sekarang dia sudah memiliki pil konstrasepsi agar mencegah kehamilan.     

Ketika keduanya selesai 'bertempur', Jyuto berbaring santai di samping Akeno yang merokok, hal yang biasa dilakukan gadis itu usai bercinta. "Sayank, kau yakin tak ingin kembali ke Magnifico?"     

"Tidak, terima kasih."     

"Lalu, apa kau sudah memiliki pandangan tempat kerja baru?"     

"Akan aku cari, jangan khawatir."     

"Bagaimana kalau aku katakan bahwa ada lowongan di perusahaan milik temanku?"     

"Oh ya? Di mana?"     

"Sortbank."     

Mata Akeno menyipit. "Rupanya benar bahwa kau masih berhubungan dengan pria Onodera itu."     

"He he, iya. Dia adalah pemilik saham yang cukup besar di Magnifico dan juga banyak pelangganku berasal dari rekomendasinya." Jyuto malu-malu mengakuinya.     

"Hm, Sortbank, yah! Sepertinya itu menarik juga." Akeno mempertimbangkan sambil manggut-manggut. "Berikan aku detil lowongannya."     

"Nanti akan aku berikan padamu. Tapi … kau harus melayaniku lagi satu kali sebelum aku tidur, he he!" Jyuto lekas meloncat ke atas Akeno dan langsung saja menusukkan miliknya ke liang Akeno seperti sebelumnya.     

"Jyuto sialan! Bisakah kau pelan dan tak langsung main tusuk begitu saja?" omel Akeno meski pada akhirnya dia pasrah dan membiarkan Jyuto melakukan apapun yang diinginkan pada tubuhnya.     

Walau dia kadang kesal karena Jyuto main hantam begitu saja, Akeno masih menahannya. Padahal dia ingin merasakan yang namanya foreplay sebuah hubungan intim seperti yang sering diceritakan kawan-kawannya masa kuliah. Dan entah kenapa Jyuto tidak pernah melakukan foreplay. Mungkin terlalu tak bisa sabar dan terburu bernapsu ketika melihat Akeno?     

-0-0-0-0-     

Esok lusanya, setelah sebelumnya Akeno mengetahui apa saja persyaratan yang harus dia lengkapi untuk mendaftar kerja di Sortbank, hanya sebagai formalitas saja. Dia tentu akan langsung diterima tanpa seleksi atas wewenang Nathan Ryuu.     

Akeno berdiri di trotoar bersama banyak orang, siap untuk menyeberang di jalanan Tokyo yang padat. Tiba-tiba saja, tubuhnya terdorong ke depan dikarenakan adanya beberapa bocah remaja yang bercanda di belakangnya.     

Ia terhuyung dan kakinya turun ke badan jalan, berusaha menyeimbangkan kaki bersepatu hak tinggi, dan ternyata ada mobil dari arah kanannya. Akeno membeku, sepertinya ia akan berakhir di sini.     

========     

lyrics source: Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.