Inevitable Fate [Indonesia]

Wanita di Sarang Penyamun



Wanita di Sarang Penyamun

0Makete mo sugu tachiagare (Sekali pun gagal, aku akan segera bangkit lagi)     
0

Nando idon datte ii sa (Lebih baik terus menghadapi tantangan)     

Jibun ni tada shoujiki ni ayunde ikeba ii (Lebih baik melangkah dan mengikuti isi hati sesungguhnya)     

- Gamushara (berani) by CHiCO with HoneyWorks - OST. Boruto: Naruto Next Generation -     

===========     

Ketika Akeno sedang merasa begitu bersemangat di tempat kerja barunya, ingin membuktikan yang terbaik dari dirinya, demikian pula dengan Reiko di Magnifico. Dia bekerja keras pula untuk membuktikan bahwa diri dan kemampuannya lebih besar daripada rumor buruk apapun itu.     

Hari ini adalah minggu baru di Magnifico, dan merupakan suatu rutinitas perputaran grup terjadi di setiap minggunya.     

Kali ini, Yuza mengerang kesal karena berpisah dari Reiko, tidak lagi satu grup dengannya, melainkan Shingo. Mereka bersama di grup bagian pastry.     

Yuza bahkan merengek pada Shingo untuk bertukar tempat agar bisa terus mendampingi Reiko. "Kau ini tidak akan bisa menjaga Reiko-chan! Hanya aku yang bisa diandalkan Reiko-chan sebagai hero dia!" sesumbarnya pada Shingo ketika bertemu di jam rehat makan siang.     

"Apa kau pikir kau bisa lebih baik dari Tuan Ryuu? Jangan bermimpi!" Shingo langsung memukul tepat di hati Yuza, mengakibatkan lelaki itu menunduk mengakui ucapan Shingo ada benarnya. Mana bisa dia bersaing sebagai hero untuk Reiko-chan jika itu menyangkut nama Nathan Ryuu?     

"Ta-tapi, aku yang menjadi pelindung Reiko-chan di sini!" Yuza bersikukuh sambil melotot ke Shingo, tak mau kalah.     

"Hgh!" Shingo mendesah putus asa dengan keras kepala Yuza. "Kau benar-benar tidak tertolong." Dia menggeleng-gelengkan kepala seakan sudah menyerah saja. Sebagai lelaki yang juga menyukai Reiko, Shingo cukup tahu diri saat ini untuk tidak terlalu menaruh harapannya karena sudah ada Nathan Ryuu.     

Di benak Shingo, dia merasa hubungan Reiko dengan Nathan Ryuu tidak hanya sekedar kekasih biasa saja. Sepertinya lebih dalam dari itu, meski dia tidak berani menanyakan ini pada Reiko karena sepertinya kurang sopan.     

Dan ketika Reiko terkikik melihat kedua pria berdebat karenanya, ia merasakan ponselnya bergetar di saku celemeknya. Mengambil ponsel itu, ia membaca pesan dari suaminya.     

[Akeno sudah mendarat dengan aman dan tentram di Sortbank, kutempatkan di bawah Itachi. Nah, apakah kau puas, istriku sayank?]     

Senyum lebar Reiko timbul usai membaca pesan itu, dan dia meletakkan sebentar kotak bentonya untuk membalas pesan suaminya.     

[Tentu saja puas! Kau suami terbaik! Terima kasih, Ryuu]     

Setelah itu, dia tekan tombol 'send'. Dan tak berapa lama, muncul pesan baru dari suaminya.     

[Nyatakan terima kasihmu itu dengan sesuatu yang manis nanti malam, oke! Aku ingin tahu seberapa berterima kasihnya dirimu, sayank], lalu ada emoticon senyum sambil mengedip dan blowing kiss.     

Dasar lelaki mesum, batin Reiko dan menyimpan kembali ponselnya ke saku celemek.     

"Siapa itu, Reiko-chan?" tanya Yuza dengan mata menyelidik ingin tahu.     

"Tsk! Kau ini bodoh atau idiot?" Malah Shingo yang menyahut dengan tatapan dingin seperti biasa. "Siapa lagi kalau bukan dia."     

Dan keduanya pun kembali berdebat tanpa henti sambil meneruskan makan masing-masing. Senyum Reiko terus terkembang karena rasa lega bahwa Akeno sudah mendapatkan pekerjaan lagi.     

Dia akan terus merasa bersalah jika membiarkan Akeno tanpa memiliki pekerjaan sesegera mungkin. Bagaimana pun, Akeno dipecat dan bahkan ditampar gara-gara dia. Itu takkan bisa hilang dari benaknya. Tindakan Akeno akan selalu tersimpan baik di sanubari Reiko, menjadikan Akeno sebagai wanita pejuang yang hebat.     

Reiko bertanya-tanya, kapan dia bisa setegas Akeno? Dia berpikir, andai dia adalah Akeno, pasti dia akan bersikap tegas terhadap orang-orang yang mem-bully dia.     

Tapi, biarlah. Reiko memiliki cara dan pemikiran sendiri. Dia adalah dia. Caranya adalah caranya.     

Usai makan, Reiko mengajak Shingo kembali ke meja kerja mereka. Dia sungguh bersyukur satu grup dengan salah satu orang yang dia percayai seperti Shingo setelah minggu lalu dengan Yuza.     

Di grup baru ini, Reiko bersama dengan Hewajima Eiji, Takagi Natsuhiro, Imazuki Kaito. Semuanya lelaki kecuali Reiko. Ini membuat banyak perempuan penggosip di sana mulai riuh membicarakan Reiko.     

"Wah, senang sekali jadi Reiko, yah! Dikelilingi banyak lelaki begitu."     

"Bukankah dia sudah biasa dikelilingi lelaki, ya kan?"     

"Hi hi, sekarang dia pasti sudah menebarkan racun berbahayanya."     

"Kita lihat saja siapa nanti di antara 4 pria itu yang tergila-gila oleh si jalang itu."     

"Ugh … kenapa Eiji-san ada di sana? Aku patah hati. Aku khawatir Eiji aku akan digoda si jalang!"     

"Sudah, sudah, jangan mengobrol terus! Kau ingin dibentak manajer baru yang lebih galak dari Akeno-san?"     

"Hei, omong-omong, kenapa Akeno-san satu-satunya yang tidak kembali ke sini, yah? Padahal 2 pembuat onarnya kembali, tapi justru Akeno-san yang tidak."     

"Iya, nih! Padahal, daripada 2 pembuat onar itu, akan lebih baik jika Akeno-san saja yang kembali!"     

"Kasihan Akeno-san harus dipecat gara-gara si jalang!"     

Di dekat para penggosip itu, ada Erina yang tekun membuat kuenya. Senyum malaikat dia terus muncul seiring telinganya mendengarkan pembicaraan mengenai Reiko.     

Di meja kerjanya, Reiko sedang tekun mengamati bagaimana Imazuki Kaito yang bertindak selaku ketua grup, memberikan pengajaran pada Reiko cara membuat croissant dari langkah awal hingga akhir.     

"Lihat, adonannya harus kau pipihkan berkali-kali di mesin sebelum melipatnya menjadi tiga." Imazuki Kaito memperlihatkan metodenya.     

"Baik." Reiko mengangguk tegas.     

"Setelah kau lipat menjadi tiga begini, buat bentuk segitiga menggunakan penggaris. Ukurannya sudah ada di penggarisnya karena sudah ditandai para senior."     

"Baik!"     

"Garisi begini, ini dan ini, lalu sekalian potong dengan pisau tajam. Nah, lihat, jadi segitiga, kan?"     

"Ya, Kaito-san."     

"Nah, ambil salah satu lembar, gulung begini. Cobalah!" Imazuki Kaito memberikan setumpuk adonan yang telah berbentuk segitiga sama kaki panjang ke Reiko.     

Lekas saja, Reiko melakukan persis seperti yang dilakukan Kaito sebelumnya.     

"Wah, kau langsung bisa! Itu bagus! Kau benar-benar cepat belajar." Kaito mengangguk senang meski tanpa senyum di wajah seriusnya. "Nah, bila hendak memberikan rasa pada croissant ini, cukup taruh adonan berperisa di atas adonan utama, dan gulung bersama-sama. Begini."     

Kaito memberikan contoh menggunakan adonan rasa cokelat yang ditaruh di atas adonan utama dan digulung bersamaan. Reiko kembali mencoba dan ternyata langsung bisa tanpa gagal meski itu adalah percobaan pertama.     

"Wah, Reiko-san sungguh genius, yah! Langsung paham dan bisa mencontoh tanpa cacat!" puji Hewajima Eiji dengan senyum cerah ke arah Reiko. "Hei, Kaito-san, aku juga ingin mengajari Reiko-san!"     

Kaito belum sempat menjawab ketika Eiji sudah bergerak menyingkirkan ketua grup dia dari sisi Reiko. "Nah, Reiko-san, jika kau ingin menambahkan selai atau sejenisnya, itu juga bisa kau letakkan di atas adonan utama dan gulung seperti ini. Tapi ini butuh teknik menggulung kelas tinggi, loh! Apakah kau bisa?" Eiji lekas mempraktekkan caranya.     

Reiko menatap ke adonan yang diberi selai stroberi di atasnya dan digulung cepat menjadi croissant. "Biarkan saya mencobanya." Ia menganggukkan kepala secara sopan ke Eiji.     

Tangan Reiko melakukan seperti yang tadi Eiji lakukan. Namun, dia sedikit terganggu ketika pria itu malah meletakkan siku ke meja kerja dekat Reiko dan menopangkan kepalanya sambil melihat intens ke Reiko sambil tersenyum genit. Apa-apaan sih pria itu?     

========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.