Inevitable Fate [Indonesia]

Hari Damai dan Menyenangkan Bagi Reiko



Hari Damai dan Menyenangkan Bagi Reiko

0Ame ga futtetatte kumo no ue wa hareteru tte (Bahkan setelah badai pun, ada cuaca yang cerah di balik awan)     
0

Fuan furihodoke me ni mienakute mo (Mari melepaskan kegelisahan meski tak dapat terlihat)     

Itami datte kitto imi ga atte mukashi kara sou de (Kuyakin pasti ada makna di balik rasa sakit, sejak dulu sudah begitu)     

Obieru na idomou ze (Jangan takut, mari menghadapi tantangan)     

- Gamushara (Berani) by CHiCO with HoneyWorks - OST. Boruto: Naruto Next Generation -     

===========     

Tangan Reiko melakukan seperti yang tadi Eiji lakukan. Namun, dia sedikit terganggu ketika pria itu malah meletakkan siku ke meja kerja dekat Reiko dan menopangkan kepalanya sambil melihat intens ke Reiko sambil tersenyum genit. Apa-apaan sih pria itu?     

Ini membuat tangan Reiko tergelincir ketika menggulung sehingga croissant dia gagal. "Ahh!" Ia menatap kecewa pada apa yang terjadi di depannya.     

"Fu fu fu …." Terdengar kekehan pelan dari mulut Eiji ketika melihat kegagalan Reiko. "Ternyata Reiko-san kikuk juga jika dilihat lekat seperti tadi, yah!" Eiji kembali meluruskan tubuhnya, berdiri sempurna.     

"A-aahh, itu … aku akan mencoba lagi!" Reiko mengambil selembar adonan segitiga lagi dan mengolesinya dengan selai stroberi yang licin. Namun, lagi-lagi Eiji melakukan hal seperti tadi, menyebabkan dia kembali menemui kegagalan menggulung sempurna seperti yang diajarkan Kaito.     

Melihat kegagalan itu, Eiji terkekeh lagi dan berkata, "Reiko-san benar-benar imut ketika sedang grogi! Aku senang melihatnya. Kau begitu manis ketika begitu," godanya secara terang-terangan.     

"Sudah, biarkan dia belajar dengan tenang, Casanova! Pergi sana ke spotmu sendiri!" usir Kaito sambil menggeser Eiji dari sisi Reiko.     

Reiko menghela napas lega ketika Eiji sudah ditarik pergi oleh Kaito. Dia bersyukur tidak perlu berlama-lama di sebelah lelaki itu. Eiji sungguh seorang lelaki yang bagi Reiko … berbahaya.     

"Jangan hiraukan dia, Reiko-san. Dia hanya playboy kacang. Nah, aku akan berikan kau tugas untuk menggulung adonan biasa hari ini, bagaimana?" Kaito berkata ke Reiko.     

"Ohh! Masing-masing tidak membuat sendiri?" tanya Reiko, agak heran dengan metode yang dicanangkan Kaito di grup baru ini.     

Kaito mengangguk dan menjelaskan. "Aku lebih suka membagi anggotaku ke masing-masing tugas mereka secara terpisah. Mulai besok, aku akan mempraktekkan pembagian tugas secara ketat. Aku dan Natsuhiro akan membuat lima macam adonan, lalu Shingo dan kau akan memipihkannya di mesin dan menggulung seperti tadi, dan Eiji akan memasukkan krim ke dalam croissant."     

"Ehh, croissant-nya bisa diberi krim di dalamnya?" Reiko membelalakkan mata dan mulai tertarik mengenai itu. Setahu dia, croissant biasanya kosong begitu saja atau ada sedikit keju di dalamnya. Tapi krim?     

Kaito mengangguk dan mengambil croissant yang sudah dipanggang dan dikeluarkan dari oven. Lalu dia mengambil butter cream rasa cokelat yang telah dimasukkan ke piping bag (plastik segitiga).     

"Lihat baik-baik, Reiko dan Shingo. Pertama-tama, lubangi bagian bawah croissant matang ini dengan alat ini, spuit kue[1], begini, sampai berlubang, lalu suntikkan krim di piping bag ke dalam lubang itu sampai terasa penuh."     

"Wah, ternyata begitu! Menarik!" Reiko menoleh ke Shingo dan pria itu mengangguk setuju. "Bolehkah saya mencobanya?"     

"Silahkan." Kaito memberikan waktu ke Reiko dan Shingo untuk mempelajari berbagai metode mengenai croissant di hari pertama sebagai kelonggaran yang diberikan dikarenakan keduanya merupakan karyawan baru di Magnifico.     

"Beginikah?" Reiko memperlihatkan hasil buatannya.     

Kaito memeriksa croissant yang baru saja diisi oleh Reiko dan dia mengangguk. "Ya, begitu. Shingo, coba aku lihat hasilmu." Lalu setelah memeriksa buatan Shingo, dia mengangguk juga. "Tidak buruk, hanya, jangan terlalu besar lubangnya, kau bisa lihat buatan Reiko, itu lubangnya pas."     

"Baik, Kaito-san." Shingo mengangguk, tidak merasa tersinggung meski dibandingkan dengan Reiko. Mana mungkin dia marah!     

"Nah, untuk hari ini, aku masih akan memerintahkan kalian membuat masing-masing croissant kalian, namun Reiko dan Shingo akan aku beri kelonggaran untuk mempelajari dulu semuanya dari penakaran bahan-bahan, pembentukan adonan, penggulungan, pemberian isi dan yang terakhir … sentuhan terakhir." Suara Kaito terdengar jelas dan dia memang pantas menjadi ketua grup, sama seperti Ino dan Kazuto yang pernah mengetuai grup yang diikuti Reiko.     

.     

.     

Hari itu terlewati dengan damai dan menyenangkan bagi Reiko. Dia bisa mengambil banyak ilmu mengenai membuat croissant. Ini tentu sesuatu yang berharga untuknya.     

Jika Reiko merasa senang dan damai, tidak demikian yang dirasakan oleh Ayumi, si nyonya dari Magnifico.     

Ayumi bergerak gelisah ketika suaminya tidak juga mendatangi rumah orang tuanya sejak kemarin. Dia berguling ke kanan dan kiri dengan gelisah, memikirkan kenapa suaminya tidak juga datang menjemput dia?     

Dia bergerak gelisah di kamar lama dia di rumah orang tuanya.     

"Sebenarnya apa yang dilakukan si bodoh itu, sih? Sudah sejak kemarin! Sejak kemarin dia tidak juga datang, bahkan tidak menghubungiku melalui telepon! Apa dia sudah gila?!" Mata kesal Ayumi menatap ponselnya, menunggu-nunggu layarnya menampilkan nama suaminya, tapi tidak juga ada.     

"Apakah dia marah? Dia sungguhan marah?" pikirnya sambil menebak-nebak. "Tapi … harusnya aku yang marah! Aku yang berhak marah! Huh! Si brengsek itu! Berani-beraninya dia mengabaikan aku!"     

Meski kesal luar biasa karena diabaikan suaminya sejak kemarin, namun harga diri Ayumi menentang ketika dia berpikir untuk menghubungi suaminya. "Tidak! Dia akan besar kepala kalau aku menghubungi lebih dulu! Huh! Jangan harap bisa berlaku seenaknya denganku, Jyuto!"     

Sementara itu, orang yang sedang dijadikan bahan dilema dan pemikiran gelisah Ayumi justru sedang mengerang penuh semangat ketika Akeno bergerak binal di atas tubuhnya, menggoyangkan pinggulnya, menaikkan libido Jyuto hingga ke langit.     

Sambil meremas kedua payudara Akeno dari bawah, dia terus menaik-turunkan pinggulnya sendiri untuk memberikan hentakan kecil pada liang intim kekasihnya.     

Setelah puas dengan posisi itu sampai dia klimaks, tanpa menunggu Akeno orgasme, ia membalikkan Akeno menjadi menungging membelakangi dia, dan Jyuto lekas menusukkan lagi miliknya yang baru saja 'meledak' dan memompa keras-keras Akeno sambil meraih payudara favorit dia.     

"Annghh! Jyuto! Pelan saja kenapa!" Dia agak kesal karena lagi-lagi Jyuto egois tidak menunggu dia orgasme dan main cabut dan tusuk begitu saja. Tak pernahkan Jyuto tahu yang namanya foreplay atau hal seperti give and take dalam suatu persenggamaan?     

Kadang Akeno merasa lelah menjalani hubungan dengan Jyuto. Dulu dia menerima cinta Jyuto hanya karena dia merasa kasihan saja karena sudah berbulan-bulan lelaki itu mengejarnya.     

Ia tak menyangka Jyuto begitu tidak berpengalaman dalam s3ks. Bukan berarti Akeno sangat berpengalaman. Namun, dia juga terkadang menonton film dewasa dan mengerti langkah demi langkah dalam bercinta yang baik.     

Seperti melakukan foreplay terlebih dahulu, sebagai bentuk cumbu rayu tingkat tinggi sebelum ke tindakan utama. Wanita tentu saja sangat menyukai kegiatan foreplay. Apakah Jyuto tidak tahu mengenai itu? Tapi dia enggan mengatakan itu dan membiarkan saja Jyuto langsung terjang padanya setiap ada kesempatan.     

Kali ini, lagi-lagi Jyuto tidak membiarkan Akeno orgasme dan meninggalkan dia dengan ejakulasinya sendiri, lalu melesat ke kamar mandi usai itu. Akeno hanya bisa memutar matanya dan meraih rokok untuk meredakan kekesalannya.     

-------------------     

[1] spuit kue = besi kecil berbentuk kerucut yang diletakkan di ujung plastik segitiga untuk menyuntikkan cream, membentuk butter cream menjadi berbagai bentuk seperti bunga, daun, dll sebagai penghias kue.     

=========     

lyrics source = Kazelyrics     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.